Hadapi Iran, AS Tawarkan Pengawalan Bersenjata untuk Kapal Komersial di Selat Hormuz

Militer AS melatih personel di Timur Tengah untuk ditempatkan di kapal komersial.

Tasnim News Agency/via AP
Kapal tanker berbendera Inggris Stena Impero di pelabuhan Iran Bandar Abbas, yang ditahan Garda Revolusi Iran saat berada di Selat Hormuz.
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) akan segera menawarkan pengawalan bersenjata pada kapal komersial yang melintasi perairan Selat Hormuz. Caranya, dengan menempatkan pelaut atau marinir bersenjata di kapal tersebut

Baca Juga


Langkah diungkapkan dua pejabat AS di tengah tudingan bahwa Iran membajak kapal-kapal internasional yang melintasi perairan itu. ‘’Militer AS telah melatih personel di Timur Tengah untuk ditempatkan di kapal-kapal komersial itu,’’ kata seorang pejabat, Kamis (3/8/2023).

Namun, dia menyatakan ini terserah pemilik kapal-kapal komersial apakah akan meminta bantuan pengawalan bersenjata atas perjalanan kapal mereka di perairan berbahaya Selat Hormuz atau tidak. Pilihan, kata, diserahkan kepada mereka masing-masing. 

Bulan lalu, Departemen Pertahanan AS, Pentagon juga mengerahkan peralatan perangnya. Di antaranya menambah unit pesawat tempur F-35 dan F-16, bersamaa dengan sebuah kapal perang ke Timur Tengah. Tujuannya mengawasi lalu lintas kapal di Selat Hormuz. 

Ini merespons penyitaan sejumlah kapal komersial oleh Iran. Selat ini terletak di antara Iran dan Oman. Setelah mengambil alih sebuah kapal tanker komersial bulan lalu, Teheran menyatakan tindakan itu berdasarkan surat perintah pengadilan. 

Pada Mei, Gedung Putih menyatakan akan mengambil sejumlah langkah tetapi tak memberikan keterangan terperinci. Juli lalu, Angkatan Laut AS melakukan intervensi dengan mencegah Iran menahan dua kapal tanker komersial di Teluk Oman. 

Sejak 2019, terdapat serangkaian serangan di perairan Teluk itu saat terjadi ketegangan antara AS dan Iran. Sekitar seperlima minyak mentan dan produk minyak diangkut melalui Selat Hormuz. 

Di sisi lain, Angkatan Laut Iran mengungkapkan persenjataan terbaru mereka. Kini, mereka memiliki sejumlah kapal yang dilengkapai rudal dengan jangkauan 600 km di tengah kian intensnya kehadiran kapal AS di Teluk Persia. 

Menurut kantor berita semi resmi Iran, Tasnim, Rabu (2/8/2023) pengumuman Garda Revolusi Iran disampaikan saat latihan militer di kawasan pantai Pulau Abu Musa. Salah satu pulau di Teluk yang dikuasai Iran tetapi wilayah sengketa dengan Uni Emirat Arab (UEA). 

Tasnim tak menyampaikan detail mengenai kemampuan rudah tersebut. Namun seorang komandan menyatakan rudal tersebut dibutuhkan untuk mempertahankan pulau-pulau yang telah Iran kuasai selama ini. 

Pulau-pulau di Teluk Persia....

‘’Pulau-pulau di Teluk Persia merupakan bagian dari kehormatan Iran dan kami akan mempertahankan mereka,’’ Komandan Angkatan Laut Garda Revolusi Iran Alireza Tangsiri. Ia menambahkan, keamanan Teluk mesti dijaga oleh negara-negara kawasan itu sendiri. 

Teluk Persia, menurut dia, milik semua negara di kawsan. ‘’Negara-negara ini dituntut untuk hati-hati dan mencegah dirinya jatuh ke dalam konspirasi serta rencana memecah belah yang dibuat negara lain di luar kawasan,’’ kata Tangsiri. 

Bulan lalu, AS mengirimkan riibuan marinir dikirim, juga dua kapal amfibi USS Bataan dan USS Carter Hall. Tak hanya itu, AS juga telah mengirimkan pesawat tempur A-10 Thunderbolt II, F-16, dan F-35. Kapal perusak juga dilibatkan yaitu USS Thomas Hudner.

Departemen Pertahanan AS, Pentagon menyatakan, pengerahan ini untuk memantau perairan di Selat Hormuz dan perairan sekitarnya, menyusul langkah Iran menangkap sejumlah kapal komersial dalam beberapa bulan terakhir.

Sekitar 20 persen minyak melalui perairan sempit ini yang menghubungkan Teluk Persia dan perairan dunia yang lebih luas. AS memandang keamanan di perairan tersebut sangat krusial bagi keamanan nasionalnya dan membuat harga energi dunia stabil. 

Terkait latihan militer Garda Revolusi Iran, latihan melibatkan pasukan, kapal perang, rudal, drone untuk mempertahankan Pulau Abu Musa, satu dari tiga pulau dekat Selat Hormuz. Ini perairan strategis yang dilewati kapal pengekspor minyak, misalnya dari Arab Saudi dan Irak. 

Pulau tersebut dikuasai Iran sejak pasukan Inggris mundur pada 1971 tetapi diklaim pula oleh UEA. Bulan lalu, Rusia membuat berang Iran dengan melakukan pernyataan bersama Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) mendukung UEA menyerukan negosiasi soal pulau itu.

Aksi Rusia tersebut memicu ketegangan dengan Iran, sekutu yang telah membangun hubungan dekat ekonomi dan pertahanan dalam beberapa tahun belakangan.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler