Uskup Michael Cox Mengaku Senang Sinead O’Connor Dimakamkan Sesuai Syariat Islam
Sinead O Connor menjadi mualaf pada 2018.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teman lama Sinead O’Connor, uskup Michael Cox, mengungkapkan bahwa dirinya tidak keberatan jika penyanyi "Nothing Compares 2 U" itu dimakamkan sesuai dengan syariat Islam. Beberapa hari lalu, dia juga menyatakan kesedihannya ketika mendengar kabar O’Connor ditemukan tak bernyawa di rumahnya di London, Inggris.
"Kabar itu membuat saya sangat sedih. O'Connor adalah orang yang menyenangkan. Semoga dia beristirahat dalam damai. O'Connor merupakan orang tulus yang hanya ingin berbuat baik di dunia," kata uskup Cox, dikutip dari The Sun, Ahad (6/8/2023).
Uskup Cox mengenal O'Connor pada 1999. Pada 2018, O'Connor diketahui menjadi mualaf dan mengubah namanya menjadi Shuhada Davitt dan belakangan menjadi Shuhada Sadaqat.
Hingga saat ini, rincian pemakaman O'Connor belum diumumkan. Namun, jasadnya sudah diserahkan kepada pihak keluarga setelah autopsi selesai. Cox mengaku maklum jika O'Connor dimakamkan sebagai seorang Muslim.
"Keputusan pemakaman ada di tangan keluarganya. Saya tidak akan membuat rekomendasi tentang pemakaman seperti apa yang harus dilakukan. Saya hanya menyampaikan belasungkawa dan berdoa untuknya," ujarnya.
Cox mengatakan tidak menyesal pernah menahbiskan O’Connor sebagai pendeta. Upacara itu dilakukan tujuh tahun setelah O’Connor memicu kemarahan dunia dengan merobek foto Paus Yohanes Paulus II secara langsung di siaran TV AS. Sebagai bentuk protes, umat Katolik yang marah merusak album O’Connor di luar kantor pusat perusahaan rekamannya di New York.
Kala itu, Cox mengatakan tidak terganggu dengan apa yang O’Connor lakukan, yakni merobek foto Paus. Menurut dia, O’Connor hanya kesal pada apa yang terjadi di dalam Gereja Katolik karena skandal pelecehan.
Uskup Cox yang berbasis di Offaly itu pertama kali mendengar O’Connor tentang keinginannya untuk menjadi seorang pendeta ketika dia diwawancarai oleh Gay Byrne di The Late Late Show. Penyanyi itu kemudian menghubungi uskup Cox di rumahnya dengan harapan untuk ditahbiskan ke dalam gereja breakaway-nya.
"O’Connor memberi tahu saya bahwa menjadi seorang pendeta akan memperkuat rencananya untuk melakukan pekerjaan yang baik," kata uskup Cox yang sempat berbicara panjang lebar dengan O'Connor.
"Perempuan adalah satu-satunya harapan yang mungkin bagi masa depan Gereja Katolik. Bagi saya, musik adalah karunia dari Roh Kudus," ucap O'Connor saat itu.
"Tritunggal Mahakudus saya adalah saya seorang ibu, saya seorang penyanyi, dan saya seorang pendeta, ketiganya hal yang sakral bagi saya," tutur O'Connor.
Uskup Cox menyangkal anggapan bahwa mengurapi Sinead sebagai pendeta adalah sebuah kesalahan. Meyakini tindakannya dilakukan untuk semua alasan yang benar, uskup Cox mengaku sama sekali tidak menyesal menahbiskan Sinead sebagai pendeta.
"Saya membiarkan O’Connor untuk melanjutkan imamat. Dia kembali secara rutin dan saya mencoba menjawab sebaik mungkin setiap kali dia mengajukan pertanyaan," ucapnya.
Sementara itu, Dr Ali Selim dari Pusat Kebudayaan Islam Dublin, Irlandia mengungkapkan keinginannya agar O’Connor mendapatkan pemakaman secara islami, sesuai dengan keyakinan agama terakhirnya. Kematian penyanyi legendaris itu terjadi selang beberapa pekan setelah dia pindah ke Inggris.