Semarak HUT Kemerdekaan dengan Lomba Permainan dan Olahraga Tradisional

Peringatan kemerdekaan jadi momentum menguatkan olahraga tradisional.

Dok Republika
Ilustrasi panahan tradisional.
Rep: S Bowo Pribadi Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN--Jaman yang terus berkembang semakin menenggelamkan popularitas berbagai permainan dan olahraga tradisional --yang pada eranya-- pernah digemari oleh anak- anak di lingkungan masyarakat.

Baca Juga


Sehingga generasi digital sekarang ini begitu asing dan bahkan tidak mengenal ragam permainan serta olahraga tradisional semacam egrang, dakonan, benthik (patok lele), gobak sodor dam- daman dan masih banyak lagi.

Anak- anak yang lahir dan tumbuh berkembang di era digital cenderung akrab dan lebih familier terhadap berbagai permainan moderen yang menyematkan banyak keunggulan teknologi dan serba artifisial.

Akibatnya sejumlah permainan dan olahraga tradisional tersebut, kini kian tergusur dan beberapa di antaranya juga di ambang kepunahan, karena tidak pernah lagi dimainkan oleh anak- anak di jaman sekarang.

Berangkat dari keprihatinan ini, ratusan guru sekolah dasar (SD) se- Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah menginisiasi untuk memainkan permainan dan olahraga tradisional tersebut.

Mengambil momentum peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-78, Korwilcam Bidang Pendidikan Kecamatan Suruh, mereka menggelar lomba gobag sodor antar guru sekolah yang diikuti oleh 34 SD negeri serta SD swasta, di halaman SD Negeri 03 Suruh, Selasa (8/8).

Kepala Korwilcam Bidang Pendidikan Kecamatan Suruh, Heri Suwarto mengatakan, lomba ini digelar untuk menggugah para guru SD di Kcamatan Suruh agar kembali mengingat permainan tradisional gobak sodor dan berbagai olahraga berbasis permainan tradisional lainnya.

“Harapannya para guru SD di Kecamatan Suruh ini ikut melestarikan gobag sodor dan berbagai permainan tradisional lainnya, dengan cara mengenalkan kepada para peserta didik di lingkugan pendidikannya,” katanya.

Meski gobag sodor ini relatif lebih dekat dengan perminan olahraga, lanjutnya, paral peserta lomba ini juga tdak mengenakan pakaian olahraga, namun megenakan pakaian tradisional guna semakin menumbuhkan semanggat nasionalisme.

Dalam hal ini panitia mengangkat pakaian tradisional Jawa sekaligus untuk nguri- uri budaya Jawa. “Sehingga --selain lebih menarik—ini juga sebagai penghargaan terhadap budaya Jawa yang adi luhur,” ungkap Heri.

Sekretaris Dinas Pendidikan Kebudayaan Kepemudaan dan Olahraga (Disdikbudpora) Kabupaten Semarang, Gogo Widyatmoko menyambut baik apa yang digagas oleh Korwil Kecamatan Suruh ini.

Menurutnya ini merupakan kearifan lokal yang harus terus dilestarikan dan dijaga dari kepunahan. Tidak hanya gobak sodor, namun juga berbagai permaian dan olahraga tradisional lainnya.

Jangan sampai keearifan lokal ini juga punah karena sekarang sudah jarang dimainkan dan bahkan dilupakan. Gobak sodor sendiri merupakan permainan tradisional yang dimainkan enam hingga delapan orang.

“Permainan ini mengutamakan kecepatan, kerjasama tim, melatih insting dan membutuhkan ketepatandalam melewati hadangan lawan,” jelasnya.

Heri Suwarto menambahkan, selain lomba gobak sodor, masih  dalam rangka HUT Kemerdekaan RI, Korwilcam Bidang Pendidikan Kecamatan Suruh juga mengelar lomba kesenian tradisional. “Seperti seni geguritan antar guru TK,” jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler