PM Anwar: Pidato Prabowo Pahit tapi Sangat Penting

Prabowo menyindir terpecahnya negara-negara Muslim di pidato D-8.

EPA-EFE/JUSTIN LANE
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim berpidato pada sesi ke-78 Majelis Umum PBB di Markas Besar PBB di New York, AS, 22 September 2023.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID,PUTRAJAYA – Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengakui kenyataan pahit yang disampaikan Presiden Prabowo Subianto dalam pidato di helatan KTT D-8 di Kairo, Mesir, Kamis pekan lalu. Bagaimanapun, Anwar menyatakan negaranya mendukung penuh seruan Prabowo soal pentingnya persatuan negara-negara Muslim tersebut. 

Baca Juga


Dilansir kantor berita Malaysia Bernama Anwar Ibrahim mengatakan bahwa Prabowo, yang dilantik sebagai presiden republik pada 20 Oktober, telah mengartikulasikan kenyataan pahit seputar isu kenegaraan Palestina. “Presiden Prabowo telah menyampaikan kebenaran pahit namun sangat penting yang harus disikapi secara bijak dan hati-hati, khususnya terkait hak Palestina yang merdeka dan berdaulat.

“Oleh karena itu, Malaysia dengan tegas mendukung kepemimpinannya di D-8 pada tahun 2026,” ujarnya dalam postingan media sosial, Jumat. Anwar juga membagikan video pidato Prabowo berdurasi empat menit 17 detik pada KTT D-8 yang berakhir pada Kamis. Lebih lanjut, Anwar menyatakan siap membina kerja sama yang lebih erat dengan Indonesia untuk memastikan D-8 menjadi organisasi yang lebih dinamis dan inklusif.

“Sebagai negara tetangga yang mempunyai ikatan budaya yang sama, Malaysia akan berdiri bersama dalam momen bersejarah ini untuk memperkuat suara masyarakat di negara-negara berkembang,” tambahnya. 

Didirikan di Istanbul, Turki pada 15 Juni 1997, D-8 adalah organisasi negara-negara Islam berkembang. Kumpulan ini membentuk aliansi pembangunan ekonomi yang terdiri dari Bangladesh, Mesir, Indonesia, Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan, dan Turki. 

Di antara negara-negara mayoritas Muslim, Malaysia dan Indonesia menempati posisi unik yang relatif bebas dari konflik bersenjata sejak lama. Meski memiliki perbedaan di masa lalu, hubungan Malaysia-Indonesia tergolong sangat erat di regional. Kedua negara itu kerap dipandang sebagai contoh komunitas Muslim yang terbuka dan toleran.

Saat menyampaikan pidatonya pada sesi pembukaan KTT D-8 ke-11 di Kairo pada Kamis, Prabowo menyoroti kenyataan bahwa negara-negara Muslim tidak dihormati. Ia mengatakan negara-negara Muslim, dengan populasi 2 miliar orang, harus mengupayakan kerja sama yang erat di antara mereka sendiri, berbicara dengan satu suara, dan menghindari perpecahan. 

Dia menyoroti konflik di antara para pemimpin Muslim di Sudan, Libya, dan Yaman, dan mempertanyakan, “Kapan hal ini akan berakhir?” ujarnya. “Divide et impera telah menjadi hukum imperialisme selama ribuan tahun, dan kita terpecah setiap hari,” ia menambahkan.

“Bagaimana kita bisa membantu warga Palestina jika kita saling bertengkar? “Saya menghadiri begitu banyak KTT, dan yang kita lakukan hanyalah mengeluarkan deklarasi dukungan,” tambahnya. 

Dalam pidatonya, Prabowo menekankan perlunya persatuan dan kerja sama. “Indonesia akan melakukan yang terbaik dengan cara apa pun yang kami bisa, namun saya menyerukan persatuan dan kerja sama.” “Mari kita, sebagai negara Muslim, menyadari bahwa kita tidak dihormati. Mereka tidak peduli dengan suara kita... hak asasi manusia bukan milik umat Islam. Inilah kenyataannya. Ini sangat menyedihkan, tapi marilah kita melakukan apa yang kita bisa. Mari kita hadapi kenyataan dan jujur pada diri sendiri,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler