Setelah Kudeta Militer, Bendera Rusia Jadi Favorit Warga Niger 

Dukungan kepada Rusia bersamaan dengan meningkatnya sikap anti-Prancis.

AP Photo/Fatahoulaye Hassane Midou
With the headquarters of the ruling party burning in the back, supporters of mutinous soldiers demonstrate in Niamey, Niger, Thursday, July 27 2023. Governing bodies in Africa condemned what they characterized as a coup attempt Wednesday against Niger
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, NIAMEY – Penjahit Niger, Yahaya Oumarou, memotong dengan hati-hati kain putih, biru, dan merah. Ia menyatukan kain-kain itu dengan menjahitnya menjadi bendera Rusia. Banyak pesanan yang harus ia selesaikan. 

Baca Juga


‘’Sejak terjadinya kudeta, saya telah membuat lusinan bendera Rusia,’’ kata Oumarou, yang bekerja di ibu kota Niger, Niamey, Rabu (9/9/2023). Okacha Abdoul-Aziz, warga Niamey menyatakan senang dengan bendera Rusia. 

‘’Saya fan bendera Rusia, inilah mengapa hari ini saya membeli kain untuk diserahkan ke penjahit untuk dibuatkan bendera Rusia. Sebelum kudeta, saya tak tahu bendera Rusia,’’ kata Aziz yang ikut aksi massa pro junta saat militer melakukan kudeta. 

Banyak permintaan bendera Rusia sejak Presiden Niger Mohamed Bazoum digulingkan dari pemerintahan melalui kudeta militer akhir bulan lalu. Massa yang merayakan kudeta tersebut juga menyampaikan dukungan kepada Rusia.

Dukungan meluas kepada Rusia di Niger menular ke negara-negara Afrika Barat lainnya. Kondisi tersebut mengkhawatirkan negara-negara Barat karena bisa jadi pengaruh mereka kemudian terkikis digantikan kian mengauatnya pengaruh Rusia. 

Oumarou menambahkan, bendera negara tetangga, yaitu Burkina Faso, Guinea, dan Mali, yang mengalami kudeta militer sejak 2020, juga populer di Niger. Dukungan kepada Rusia bersamaan dengan meningkatnya sentiment anti-Prancis di seluruh Afrika Barat. 

Junta militer Mali telah memalingkan mukanya dari Prancis sejak mengambil pemerintahan pada 2021. Mereka kemudian lebih memilih bermitra dengan tentara bayaran Rusia untuk memerangi kelompok perlawanan jihadis di Sahel.

Warga di Burkina Faso juga mengibarkan bendera Rusia selama demonstrasi anti-Prancis yang menjelma jadi kekerasan, kemudian diikuti aksi kudeta pada September 2022. Kudeta kedua di negara tersebut pada tahun yang sama. 

 

Sikap anti terhadap negara Barat lainnya juga tampak. Pimpinan kudeta militer Niger menolak permintaan diplomat senior AS bertemu Presiden Mohamed Bazoum. Junta militer Niger saat ini menahan presiden dan AS menyebutnya dengan istilah “virtual house arrest.”

Penolakan disampaikan saat Plt Wakil Menlu AS Victoria Nuland bertemu dan melakukan pembicaraan dengan junta militer pada Senin (7/8/2023). Ia melakukan pembicaraan selama dua jam dengan para pemimpin junta di Niamey. 

Nuland bertemu Jenderal  Moussa Salaou Barmou, yang mendapat pelatihan AS, dan tiga colonel yang terlibat dalam pengambilalihan pemerintahan. Pemimpin junta militer yang juga mantan kepala pasukan pengawal presiden Abdourahamane Tchiani, tak ikut serta. 

Niger selama ini merupakan mitra penting AS dalam melakukan aksi kontraterorisme di kawasan Afrika Barat. Nuland menyatakan, mereka juga menentang tekanan AS untuk mengembalikan kekuasaan ke pemerintahan sipil Bazoum. 

‘’Pembicaraan dengan mereka sangat terbuka dan terus terang. Terjadi pada waktu yang sulit. Mereka bertahan mengenai apa yang ingin mereka jalankan dan tak mendukung konstitusi yang berlaku di Niger,’’ ujar Nuland menegaskan.

Dalam pertemuan tersebut, dirinya menegaskan pula berbagai dukungan yang selama ini berjalan akan dihentikan termasuk bantuan militer jika demokrasi di Niger tak dipulihkan. AS menganggap pemerintahan yang sah digulingkan dengan cara tak konstitusional.

Ia menaruh perhatian pada nasib Presiden Bazoum yang saat ini ditahan bersama istri dan anak laki-lakinya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler