Sinead O'Connor Pernah Masuk RSJ Magdalene Laundry, Penyintas: Dia Beri Kami Keberanian
Di mata penyintas Magdalene Laundry, Sinead O Connor adalah ratu mereka.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepergian penyanyi Sinead O’Connor menyisakan kedukaan bagi banyak orang, termasuk rekannya sesama penyintas di Magdalene Laundry, Maureen Sullivan. Wanita ini mengatakan bahwa almarhumah memberi kekuatan bagi para penyintas untuk berani berbicara terkait eksploitasi gereja dan negara.
Semasa hidupnya, O'Connor mengungkap tentang pelecehan yang dialaminya di Magdalene Laundry saat remaja. Penyanyi "Nothing Compares 2U" itu pernah menghabiskan lebih dari satu tahun di sana.
Di Irlandia, Magdalene Laundry adalah institusi yang biasanya dijalankan ordo Katolik Roma yang beroperasi dari abad ke-18 hingga akhir abad ke-20. Magdalene Laundry juga dikenal sebagai rumah sakit jiwa Magdalene.
Magdalene Laundry dijalankan seolah-olah untuk menampung "fallen woman", istilah lawas untuk menggambarkan seorang wanita yang kehilangan kesuciannya. Diperkirakan, 30 ribu wanita dikurung di tempat penampungan Magdalene dan dari waktu ke waktu.
Pelecehan terhadap wanita dan anak di Magdalene akhirnya terungkap. Pada 2013, pemerintah Irlandia secara resmi menyampaikan permintaan maaf atas hal tersebut.
Maureen Sullivan, yang datang untuk melihat prosesi pemakaman O'Connor pada Selasa (8/8/2023), mengatakan bahwa ia adalah salah satu dari ribuan perempuan yang dipenjara di institusi rahasia tersebut. Dia mengaku dimasukkan ke dalam tempat penampungan itu pada usia 12 tahun setelah dilecehkan oleh seorang anggota keluarganya.
"Saya adalah penyintas dari Magdalene Laundry, dan saya menghabiskan empat tahun di tempat-tempat ini, diperdagangkan dari satu tempat ke tempat lain. Nama saya berubah, pendidikan saya dirampas, dan saya tidak diizinkan bermain dengan anak-anak lain jika saya menceritakan apa yang terjadi pada saya," kata Sullivan seperti, dilansir Independent, Kamis (10/8/2023).
Pada 2022, sebuah monumen Journey Stone diresmikan oleh para penyintas Magdalene Laundries di St Stephen's Green di Dublin. Tugu peringatan Journey Stone dirancang untuk mengenang penderitaan para perempuan yang dipenjara di Magdalene dan lembaga-lembaga serupa.
Sullivan mengatakan O'Connor merupakan bagian integral dalam mewujudkan tugu peringatan tersebut.
"Sinead datang, dia menyumbangkan sebuah lagu amal untuk kami, sehingga kami bisa mendapatkan sebuah monumen. Tanpa Sinead, Journey Stone tidak akan bisa terwujud. Monumen itu untuk semua orang yang selamat dan dia sangat senang dengan hal itu," kata Sullivan.
Sementara itu, pada 1992, O'Connor pernah menyulut kemarahan umat Kristen ketika ia merobek foto Paus Yohanes Paulus II dalam acara TV Saturday Night Live. Aksi tersebut dia lakukan sebagai bentuk protes terhadap pelecehan seksual dan fisik di Gereja Katolik.
Bertahun-tahun setelah pertunjukan tersebut, Paus Yohanes Paulus II mengakui bahwa pelecehan telah terjadi di lembaga-lembaga Katolik di seluruh dunia. Sullivan mengatakan bahwa O'Connor mengkritisi masalah ini dengan lantang, dan itu memberikan kekuatan tersendiri bagi para penyintas.
"Dia memberi kami semua keberanian. Dia memberikan kekuatan kepada begitu banyak perempuan," kata Sullivan.
"Dan satu-satunya hal yang membuat saya merasa sangat sedih adalah cara dia diperlakukan di Irlandia, saya pikir orang-orang seharusnya lebih mendukungnya. Mereka mendukungnya sekarang setelah dia meninggal, tetapi dukungan apa yang dia dapatkan ketika dia masih hidup? Itulah sisi menyedihkannya," ungkap Sullivan.
Sullivan pun berharap O'Connor sekarang bisa tenang di Surga. "Dia pantas berada di tempat yang lebih baik," kata Sullivan.
Sementara itu, advokat ibu dan anak, Laura Murphy, mengatakan bahwa sekitar 100 orang yang pernah terkena dampak dari Gereja Katolik telah ikut menyaksikan prosesi pemakaman O'Connor pada hari Selasa di Bray, Irlandia.
"Jadi kami, di Irlandia, aktivis dan penyintas memandang Sinead O’Connor sebagai ratu kami. Kami akan menghormatinya dan terus menjadikannya semangat perjuangan untuk setiap aktivisme yang kami lakukan," kata dia.