Erick Thohir dan Gus Miftah Berdoa Bersama Harapkan Persatuan Bangsa

Menurut Gus Miftah, Ciri ketiga orang radikal, eksklusif, dan merasa kunci surga dia

Republika.co.id
Menteri BUMN Erick Thohir dan mubaligh Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah.
Rep: Muhammad Nursyamsi Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir bersama mubaligh Miftah Maulana Habiburrahman alias Gus Miftah berdoa bersama di Masjid At-Thohir, Cimanggis, Kota Depok. Keduanya berdoa agar persatuan bangsa Indonesia tetap terjaga.

"Selepas sholat Jumat kami bersalawat bersama Gus Miftah dari Masjid At-Thohir, berdoa untuk persatuan dan ukhuwah bangsa Indonesia," ujar Erick di Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat, Jumat.


Keduanya hadir di Masjid At Thohir dalam rangka kajian umum bertemakan 'Menjaga Kesatuan dengan Ukuwah Bangsa'. Kegiatan pengajian tersebut dihadiri ribuan jamaah At Thohir.

Erick berterima kasih kepada Gus Miftah yang telah berkenan hadir di masjid yang dibangun untuk mengenang Almarhum Muhammad Thohir itu. "Suwun Gus, sudah menyempatkan hadir membagi ilmu di masjid kami. Bismillah, untuk Indonesia yang sejuk, tentram, dan optimistis," ucap Erick.

Dalam ceramahnya, Gus Miftah mengajak warga negara Indonesia untuk mewaspadai pihak yang mendalami faham radikal. Itu perlu karena penganut radikalisme cenderung tidak suka atas keharmonisan antarumat beragama dan suku bangsa yang saat ini sudah sangat berkembang di Indonesia.

Mubaligh dan pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta tersebut menyebutkan, terdapat lima ciri orang yang radikal. Ciri pertama orang radikal, menurut Gus Miftah adalah tidak menerima khilafiyah atau perbedaan pendapat, pandangan, atau sikap. Sikap ini terkadang muncul pada persoalan tata cara sholat, seperti tahiyat atau doa qunut.

"Padahal empat imam mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali sendiri berbeda-beda. Silakan pilih mau pakai imam yang mana. Salah seorang imam menegaskan, ikuti imam di mana kita berada saat beribadah," ujar Gus Miftah.

Ciri kedua orang radikal, ujar Gus Miftah, adalah tidak memiliki dasar keilmuaan. Namun, mereka kerap berdalih mengatasnamakan Alquran dan Hadist.  "Contohnya, ada yang menganggap musrik siapa pun yang menyanyikan lagu Padamu Negeri. Padahal hasil dari menyanyikan lagu itu adalah cinta kepada Tanah Air, bukan ibadah?" katanya.

Menurut Gus Miftah, Rasulullah saat meninggalkan Makkah, berdoa sambil menangis dari atas nukit, "Demi Allah kamu Makkah, adalah tanah yang paling saya cintai. Begitu Beliau tiba di Madinah, Beliau berdoa, Ya Allah anugerahkan padaku kota Madinah sebagaimana saya mencintai kota Makkah," ucapnya.

Teladan Nabi Muhammad itu, ujar Gus Miftah, menunjukkan bahwa Rasulullah pun sangat mencintai tanah airnya. Sebab, di Makkah lah, Nabi Muhammad dilahirkan, besar, tumbuh, berjuang, dan akhirnya wafat. Ciri ketiga orang radikal, ujar Gus Miftah, eksklusif, dan merasa bahwa kunci surga dia yang punya, kelompok lain adalah salah.

Ciri keempat, adalah anti-Pancasila. Menurut Gus Miftah, mereka mengatakan bahwa Pancasila itu bid'ah, sementara cinta Madinah itu ibadah hanya karena ingin sama dengan Rasulullah. Ciri kelima orang radikal, menurut Gus Miftah adalah memusuhi orang yang beda agama.

"Padahal, Nabi sendiri sampai menghormati jenazah nasrani. Karena menurut Beliau, kita sama-sama mahluk Allah," katanya. Gus Miftah mengatakan, jangan jadikan perbedaan sebagai sumber permusuhan. Yang harus dijaga adalah jangan sampai terjadi perpecahan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler