Polusi Udara Jakarta, Islam Melarang Manusia Merusak Lingkungan dan Alam di Bumi

Tercemarnya udara membuat kualitas udara yang dihirup manusia menjadi buruk.

Republika/Prayogi
Suasana gedung-gedung bertingkat yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta, Selasa (25/7/2023).Berdasarkan data IQAir pukul 16.29 WIB, Jakarta tercatat menjadi kota dengan kualitas udara dan polusi terburuk di dunia dengan nilai indeks 168 atau masuk kategori tidak sehat. Pemprov DKI Jakarta menempuh kebijakan dengan memperbanyak penanaman pohon sebagai upaya untuk memperbaiki kualitas udara di Ibu Kota.
Rep: Fuji E Permana Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerusakan alam dan lingkungan masih terus terjadi di berbagai belahan dunia. Termasuk, polusi udara di Jakarta yang disebut tertinggi di dunia.

Baca Juga


Mengenai hal ini, agama Islam memerintahkan umat manusia untuk menjaga bumi beserta isinya. Sebab Islam adalah agama yang memberi petunjuk kepada jalan keselamatan di dunia dan akhirat.

Dengan menjaga bumi dan tidak mengeksploitasi sumber daya alam yang ada di bumi secara berlebihan, jalan keselamatan akan terbuka di muka bumi. Sebaliknya, jika manusia mengeksploitasi bumi secara berlebihan hingga berakibat rusaknya alam atau lingkungan di bumi, manusia sendiri yang terkena dampaknya.

Misalnya, tercemarnya udara membuat kualitas udara yang dihirup manusia menjadi buruk dan mengancam kesehatan manusia. Tercemarnya air tanah di kota besar membuat air tanah tidak layak lagi diminum. Tercemarnya sungai, laut, dan rusaknya hutan juga mengakibatkan dampak buruk bagi makhluk hidup, termasuk manusia.

Oleh karena itu, Allah SWT melarang manusia berbuat kerusakan di muka bumi demi kebaikan umat manusia. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Surah al-A‘raf ayat 56 dan tafsirnya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ

Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik (QS Al-A‘raf Ayat 56).

Tafsirnya dalam ayat ini, Allah melarang manusia agar tidak membuat kerusakan di muka bumi. Larangan membuat kerusakan ini mencakup semua bidang, seperti merusak pergaulan, jasmani dan rohani orang lain, kehidupan dan sumber-sumber penghidupan (pertanian, perdagangan, dan lain-lain), merusak lingkungan dan lain sebagainya.

Bumi ini sudah diciptakan Allah dengan segala kelengkapannya, seperti gunung, lembah, sungai, lautan, daratan, hutan dan lain-lain, yang semuanya ditujukan untuk keperluan manusia. Agar dapat diolah dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, manusia dilarang membuat kerusakan di muka bumi.

Selain itu, Allah juga menurunkan agama dan mengutus para Rasul untuk memberi petunjuk agar manusia dapat hidup dalam kebahagiaan, keamanan, dan kedamaian. Sebagai penutup kenabian, Allah mengutus Rasulullah SAW yang membawa ajaran Islam sebagai rahmat bagi semesta alam.

Jika manusia mengikuti ajaran Islam dengan benar, seluruhnya akan menjadi baik, manusia menjadi baik, bangsa menjadi baik, dan negara menjadi baik juga.

Sesudah Allah melarang manusia membuat kerusakan, di akhir ayat ini diungkap lagi tentang etika berdoa. Ketika berdoa untuk urusan duniawi atau ukhrawi, selain dengan sepenuh hati, khusuk dan suara yang lembut, hendaknya disertai pula dengan perasaan takut dan penuh harapan.

Cara berdoa semacam ini akan mempertebal keyakinan dan akan menjauhkan diri dari keputusasaan, karena langsung memohon kepada Allah yang Maha Kuasa dan Mahakaya. Rahmat Allah akan tercurah kepada orang yang berbuat baik, dan berdoa merupakan perbuatan baik.

Oleh karena itu, rahmat Allah tentu dekat dan akan tercurah kepadanya. Anjuran untuk berbuat baik banyak diungkap dalam Alquran, seperti berbuat baik terhadap tetangga, kepada sesama manusia, kepada kawan, kepada lingkungan dan lainnya.

Karena itu, jika seseorang akan menyembelih binatang, hendaknya ia melakukan dengan cara yang baik, yaitu dengan pisau yang tajam agar tidak menyebabkan penderitaan bagi binatang itu. Tafsir dari surah al-A‘raf ayat 56 ini dilansir dari Tafsir Kementerian Agama RI.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler