Pemkot Palu Ingatkan Warga untuk Waspada Kebakaran Lahan Dampak El Nino
Puncak fenomena El Nino diprediksi terjadi pada Agustus hingga September.
REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Pemerintah Kota Palu mengimbau warga mewaspadai bahaya kebakaran lahan mengingat saat ini terjadi kemarau akibat dampak fenomena El Nino.
"Kami mengimbau warga jangan membakar sampah di sembarang tempat, sebab bisa memicu kebakaran, termasuk tidak membuang barang-barang yang dapat memicu pemantik api," kata Plt Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Palu Yohan Wahyudi menanggapi kondisi cuaca ekstrem yang terjadi saat ini, Senin (14/8/2023).
Menurut dia, saat ini banyak rumput di lahan terbuka mulai kering sehingga sangat rawan terjadi kebakaran bila bertemu dengan pemicu api, oleh karena itu masyarakat perlu berhati-hati menyalakan api, termasuk aktivitas membuka lahan baru sebaiknya tidak di bakar.
Guna mengedukasi warga, kata dia, dibutuhkan kerja sama semua pihak, termasuk Pemerintah Kecamatan dan Kelurahan, karena hal sepele terkadang dapat menimbulkan kondisi yang buruk, oleh karena itu warga diminta bijak melakukan aktivitas di luar rumah.
"Banyak hal yang dapat memicu kebakaran, baik unsur kesengajaan maupun tidak di sengaja. Berdasarkan pengalaman kami temukan di lapangan, kebakaran terjadi akibat kelalaian," katanya.
Menurut catatan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Palu, delapan bulan terakhir terjadi insiden kebakaran hampir 100 kejadian, sudah termasuk kebakaran lahan.
Guna mengantisipasi insiden tersebut, pihaknya selalu siap siaga 1 x 24 jam dengan kekuatan armada 15 unit sembilan di antaranya aktif dioperasikan dan didukung personel khusus operasional sejumlah 138 orang.
"Jumlah armada cukup memadai, namun dilihat luas wilayah dan luas manajemen kebakaran di daerah ini idealnya di Kota Palu delapan pos pemadam sesuai jumlah kecamatan. Saat ini kami masih memiliki dua pos pemadam kebakaran di wilayah Kecamatan Palu Barat dan Tawaeli," katanya.
Menurut prediksi BMKG, puncak fenomena El Nino terjadi pada Agustus hingga September, sehingga pemerintah pusat memerintahkan pemerintah daerah menghemat penggunaan air bersih guna mengantisipasi krisis air bersih pada kondisi cuaca ekstrem saat ini, demikian Yohan Wahyudi.