Tips Menjaga Kesehatan Kulit dari Efek Polusi Udara
Sayangnya, tidak sedikit yang meremehkan dampak polusi udara pada kulit.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi udara di Kota Jakarta dan di kota-kota lain dikabarkan tidak dalam keadaan baik-baik saja. Itu artinya, pencemaran udara kian memburuk.
Salah satunya disumbangkan oleh polusi udara. Polusi berasal dari asap, debu, asap kendaraan, udara luar ruang, udara dalam ruang, sinar UV dan bahkan dari air, serta dari elemen yang tidak tampak berbahaya lainnya.
Setiap hari kulit menghadapi jutaan partikel polusi yang terdapat di udara perkotaan. Sayangnya, tidak sedikit yang meremehkan dampak polusi udara pada kulit. Banyak yang tidak melindungi kulitnya dari paparan polusi udara.
Seberapa besar pengaruh polusi udara terhadap kesehatan kulit? Jika bertanya kepada Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dari Rumah Sakit (RS) Pondok Indah, Benny Nelson, jawabnya, polusi udara sangat berdampak buruk pada kesehatan kulit. Tidak hanya kulit wajah, melainkan juga kulit secara keseluruhan.
Pasalnya, kulit adalah organ terbesar yang dimiliki manusia. Kulit adalah barrier antara isi tubuh dengan lingkungan. Fungsi utama kulit itu adalah untuk melindungi tubuh terhadap dunia luar. Baik itu bakteri, virus, jamur, alergen, iritan, ataupun polutan.
"Jadi, jika ada polusi udara, maka pengaruhnya sangat-sangat besar terhadap kesehatan kulit," ujar dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (19/8/2023).
Bagaimana polusi bisa merusak kulit? Dokter Benny Nelson menjelaskan, polusi mengandung radikal bebas dan agresor lain yang bisa menembus jauh ke dalam lapisan kulit sehingga dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang dan perubahan sel kulit dari dalam.
Seiring waktu, agresor dari polusi yang menembus barrier kulit akan menumpuk di pori-pori menyebabkan penyumbatan. Semakin kecil partikelnya akan semakin parah dampaknya karena agresor tersebut dapat masuk ke dalam lapisan kulit epidermis dan menimbulkan respons imun.
Menurut Benny Nelson, cara paling ampuh mengatasi polusi udara yaitu dengan menghentikan polusi udara itu sendiri. Karena polusi udaralah yang menjadi penyebab dari sumber masalah kesehatan kulit. Ini akan berhasil jika semua pihak ikut berkontribusi menjaga udara terbebas dari polusi. Bagaimanapun, mendapatkan udara bersih adalah hak asasi manusia.
"Jika kita tidak bisa menghentikan penyebabnya, maka kulit harus kita lindungi. Ada tiga hal paling dasar yang harus dilakukan dalam basic skincare, yaitu membersihkan, melembabkan, dan proteksi terhadap sinar UV. Sejatinya basic skincare ini harus dilakukan terlepas ada atau tidak adanya polusi udara," kata pria kelahiran Jakarta ini.
Pertama, kata Benny, membersihkan kulit dengan rutin mandi dengan suhu suam-suam kuku. Tidak panas, tidak dingin. Sesuai dengan suhu tubuh. Sabunnya yang bersifat gentle. Tidak perlu harus yang mengandung antiseptik. Tidak lupa keramas dan mencuci wajah dengan sabun gentle.
"Mandi juga jangan lama-lama karena akan membuat kulit semakin kering. Maksimal 10-15 menit. Bahkan, lebih cepat lebih baik," jelas Benny. "Ingat, mandi itu tidak harus terlalu bersih karena kulit memiliki flora alami sebagai benteng perlindungan kulit."
Kedua, lanjut Benny, melembabkan kulit dengan pelembab yang bersifat medis. Tidak mengandung fragrance atau wangi. Pelembab yang wangi pasti ada penambahan bahan-bahan atau substansi tertentu yang berpotensi menyebabkan iritasi atau alergi. Semula mengharapkan sehat, yang ada malah bermasalah. "Jangan lupa, selain kulit, bibir juga perlu dilembabkan dengan lipbalm dan rambut dengan conditioner rambut itu sendiri."
Ketiga, sambung Benny, perlindungan atau proteksi terhadap sinar UV. Baik dengan sunscreen maupun baju yang memiliki Ultraviolet Protection Factor (UPF). UVF dapat dilakukan dengan menggunakan sunscreen yang memiliki minimal SPF 30 dan PA ++, serta mengandung setidaknya 5 antioksidan.
Mengapa antioksidan perlu? Ini Karena semakin bertambah usia ada sel yang namanya fibroblas yang memproduksi kolagen yang berfungsi menjaga elastisitas pada kulit.
"Fibroblas ini tidak pernah mati. Semakin kita tua, semakin banyak dia menghasilkan radikal bebas, dan semakin membuat kulit kita cepat aging. Di sinilah pentingnya antioksidan," jelas Benny.
Selain basic skincare, Benny mengingatkan untuk selalu menjaga pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan minum minimal 8 gelas atau 2 liter sehari agar kebutuhan cairan harian tetap terpenuhi.
Mengapa minum penting? Ini karena akibat polusi udara, skin barrier bisa rusak, dan transepidermal water loss (TEWL) bisa meningkat, sehinga dapat menyebabkan dehidrasi jika asupan air kurang.
"Pola makan yang sehat adalah jangan melupakan buah dan sayuran yang mengandung vitamin serta antioksidan penting untuk tubuh. Jangan hanya makan nasi putih, mie goreng dan bakwan jagung yang komposisinya hanya karbohidrat saja tanpa protein ataupun sayur," kata Benny menegaskan.
Benny juga mengingatkan untuk tidak meremehkan jika kulit mengalami masalah. Datanglah ke dokter kulit agar dokter bisa mendiagnosa dan memberikan pengobatan yang tepat.
Jika memakai produk pengobatan kulit yang sembarangan yang tidak sesuai dengan gejala klinis, kata Benny, dikhawatirkan akan memunculkan permasalahan kulit yang lebih serius.
"Banyak pasien yang datang ke dokter ketika kondisi sudah parah yang mengakibatkan penanganan menjadi lebih lama. Karena itu, perlu diedukasi pentingnya sakuri atau periksa kulit sendiri untuk mendeteksi kelainan kulit lebih awal sehingga dapat ditangani lebih cepat," cetus Benny. "Karena tidak semua penyakit kulit itu disertai dengan keluhan."
Dokter RS Pondok Indah ini menambahkan, karena tubuh memiliki keterbatasan dalam memproduksi antioksidan, maka dibutuhkan tambahan dari suplemen seperti vitamin C, E, B3 atau antioksidan murni seperti superoxide dismutase. "Ada juga niacinamide, glutathione peroxidase, dan coenzyme Q10."