Polusi Udara Batam dan Singapura Beda Jauh, Menteri PPN: Aneh Sekali
Indonesia saat ini menempati posisi ketujuh di dunia sebagai negara paling berpolusi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polusi udara di Tanah Air tengah menjadi perhatian masyarakat akibat peningkatan yang terjadi belakangan ini. Tak hanya di sekitaran Jakarta wilayah-wilayah lain di Indonesia juga tengah dihadapkan pada masalah kotornya udara yang bisa menjadi sumber penyakit.
Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Soeharso Monoarfa pun mengakui polusi udara tengah menjadi masalah yang dihadapi Indonesia. Ia pun membandingkan indeks kualitas udara antara Batam dan Singapura yang berbeda jauh di mana udara Singapura dalam kondisi sehat.
“Kualitas (udara) kita cukup buruk dan memang saya merasa aneh sekali. Batam agak sedikit oranye, tapi Singapura itu hijau banget. Itu aneh. Medan dan sekitarnya merah,” kata Monoarfa dalam sambutannya pada Dialog Nasional Antisipasi Dampak Perubahan Iklim di Jakarta, Senin (21/8/2023).
Mengutip data IQ Air pada Senin (21/8/2023) pukul 13.00 waktu setempat, indeks kualitas udara (AQI) di Singapura berada pada level 41 atau masuk dalam kategori baik. Adapun tingkat polusi udara PM 2.5 berada pada konsentrasi 10 mikrogram per normal meter kubik.
Sementara, pada saat yang sama, nilai AQI di Pulau Batam, Indonesia berada pada level 56 atau masuk dalam kategori sedang. Adapun tingkat polusi udara PM 2.5 berada pada konsentrasi 14 mikrogram per normal meter kubik.
AQ Air juga mencatat Indonesia saat ini menempati posisi negara ketujuh di dunia sebagai negara paling berpolusi dengan tingkat AQI sebesar 152 khususnya di ibu kota Jakarta.
Soeharso menambahkan, terlepas dari persoalan polusi Jakarta yang terjadi saat ini, fenomena perubahan iklim dunia yang terus berlangsung juga menjadi perhatian pemerintah.
Ia mengungkapkan, laporan Intergovernmental Panel Climate Change (IPCC) mencatat rata-rata suhu permukaan global saat ini naik 1,09 derajat celcius dibandingkan periode 1850-1900.
Peningkatan suhu permukaan akan terus meningkat lantaran produksi gas rumah kaca ke atmosfer yang terus berlanjut.
“Ini pertanyaan besar buat kita, bagaimana kita bisa mengatasi ini. Dan seperti kita ketahui, berdasarkan laporan IPCC, rata-rata suhu muka bumi ini terus meningkat. Kalau kondisi ini terus dibiarkan, bumi akan semakin memburuk,” kata dia.