Rasa Malas Kerap Dihadapi Muslim Ketika Beribadah, Begini Pesan Imam Ghazali
Berdoalah kepada Allah SWT saat diserang rasa malas ibadah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Hendaknya setiap Muslim tidak menyerah ketika menghadapi rintangan-rintangan saat berupaya istiqomah mengerjakan ibadah-ibadah, membaca wirid, ataupun dalam menuntut ilmu.
Imam Al Ghazali dalam kitab Bidayat al-Hidayah mengatakan bahwa ketika seseorang telah terbiasa melakukan ibadah, atau membaca wirid, ataupun menuntut ilmu dalam waktu yang panjang maka dengan sendirinya akan merasa ringan atau tidak lagi terbebani untuk melakukannya.
Dengan terus-menerus melakukannya maka akan menghadirkan rasa senang untuk mengerjakan ibadah, wirid, dan menuntut ilmu sehingga menghasilkan ilmu yang manfaat.
وإن جربت نفسك مدة في الأوراد والعبادات ، وكانت لا تستثقلها كسلا عنها ، ولكن ظهرت رغبتك في تحصيل العلم النافع ،
“Dan bila engkau telah mencoba pada dirimu dalam masa yang yang panjang melakukan wirid-wirid dan ibadah-ibadah, maka dirimu itu tidak akan terbebani untuk melakukannya karena malas untuk wirid dan ibadah. Akan tetapi akan tampak kesenanganmu dalam menghasilkan ilmu yang bermanfaat” (Lihat kitab Bidayat al-Hidayah halaman 111 cetakan Darul Minhaj Lebanon Beirut).
Lebih lanjut, Imam Al Ghazali juga menjelaskan bahwa dalam ibadah ataupun menuntut ilmu itu harus dilandasi dengan niat yang benar, yakni niat untuk mengharap ridha Allah ta'ala dan surga-Nya. Namun, bila tidak benar niatnya dalam menuntut ilmu ataupun dalam ibadah, maka seseorang akan tergelincir dalam kecelakaan.
ولم ترد به إلا وجه الله تعالى والدار الآخرة ، فذلك أفضل من نوافل العبادات مهما صحت لك النية ، ولكن الشأن في صحة النية. فإذا لم تصح ، فهي معدن غرور الجهال ، ومزلة أقدام الرجال
Baca juga: 10 Makanan yang Diharamkan dalam Islam dan Dalil Larangannya
“Dan engkau tidak akan menginginkan dengan ibadah atau belajar itu kecuali mengharap ridha Allah Ta'ala dan mengharap surga. Maka menuntut ilmu itu lebih utama dari ibadah-ibadah sunah asal benar niatnya. Dan yang menjadi persoalan adalah di dalam benarnya berniat. Maka bila tidak benar niatnya, maka karena tidak benar niat itu akan menjadi sumbernya terbujuknya orang-orang bodoh, dan itu menjadi tempat terpelesetnya manusia.”