Pameran Patung KAWS Dinilai Tingkatkan Daya Tarik Wisata di Candi Prambanan

Pemasangan KAWS tak melanggar mengingat lokasi pemasangannya jauh dari tempat ibadah.

Republika/Wihdan Hidayat
Boneka raksasa KAWS karya seniman Brian Donelly yang menjadi ikon seni rupa kontemporer menghiasi pelataran Candi Brahma, Komplek Candi Prambanan, Yogyakarta, Rabu (23/8/2023). Boneka raksasa ikonik KAWS yang berbentuk mirip Mickey Mouse itu terlihat rebahan sambil menutup kedua matanya. Boneka raksasa ini memiliki panjang 45 meter, tinggi 15 meter, dan berwarna pink ini akan berada di pelataran Candi Prambanan hingga 31 Agustus mendatang. Acara ini merupakan rangkaian KAWS: Holiday Indonesia yang merupakan tur pameran keliling dunia. Ratusan pengunjung candi bergantian berfoto atau swafoto di samping Boneka KAWS secara bergantian.
Rep: Silvy Dian Setiawan Red: Fernan Rahadi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pameran patung 'KAWS: Holiday' di Candi Prambanan dinilai dapat meningkatkan daya tarik Candi Prambanan sebagai destinasi wisata di Indonesia, khususnya di DIY. Pameran patung di Candi prambanan ini berlangsung sejak 19-31 Agustus 2023.


"(Pameran patung KAWS) Bisa menjadi daya tarik Candi Prambanan itu dari segi wisata, apalagi ini sangat spektakuler," kata Budayawan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Tulus Warsito kepada Republika, Rabu (23/8/2023).

Pemasangan patung raksasa ini menuai protes di media sosial, bahkan beberapa seniman juga memprotes pemasangan patung tersebut di Candi Prambanan. Protes dilontarkan mengingat Candi Prambanan merupakan tempat ibadah umat Hindu.

Namun, Tulus menilai bahwa pemasangan patung karya Brian Donnelly alias KAW tersebut di Candi Prambanan tidak bermasalah. Bahkan, ia juga menilai pemasangan tersebut tidak melanggar, mengingat lokasi pemasangannya yang jauh dari tempat ibadah umat Hindu yang ada di Candi Prambanan.

Dengan begitu, pemasangannya juga tidak mengganggu kegiatan ibadah di kawasan tersebut. "Tempat naruhnya itu jauh dari titik sakral Prambanan itu sebagai pusat ibadah umat Hindu. Dan sekali lagi, postur konstruksi patung itu kebetulan dia tidur, rebahan. Dia (patungnya dibuat) seperti dia malu-malu, melihat ke langit," ucap Tulus.

Tulus juga menilai dengan adanya patung KAWS ini justru sebagai pembanding kontras di Candi Prambanan. Pasalnya, Candi Prambanan yang dikenal sebagai tempat ibadah (religius), kuno, dan sakral, justru memiliki daya tarik lain dengan dipasangnya patung KAWS.

"Kalau Prambanan itu dikenal religius, kuno, dan daerah sakral. Sementara (patung KAWS) ini adalah budaya populer dan kebetulan patung itu posturnya tidur, seakan dia malu-malu, melihat-lihat langit, sehingga tidak bisa kita katakan mengungguli Prambanan (melanggar), tidak bisa," katanya.

Menurut dia, pameran tersebut juga dapat menjadi inspirasi bagi seniman di Indonesia. Pasalnya, melalui pameran patung raksana ini dapat menjadi pembelajaran bagi seniman Indonesia, terutama teknologi dalam seni patung yang digunakan dalam pemasangan patung KAWS.

"Pemasangan patung raksasa kalau di darat itu kesulitannya, dia harus dibebani sesuatu biar tidak terbawa angin, dan itu suatu teknologi yang tidak mudah sebenarnya. Itu (seni patung dari pameran patung KAWS) bagus untuk kita pelajari," kata Tulus menjelaskan.

Pameran KAWS ini digelar di sejumlah negara, salah satunya di Indonesia, yakni di Candi Prambanan. "Dia (Brian Donnelly) suka bikin patung yang besar-besar, bagusnya dia membawa barang (patung) yang bisa dikempeskan. (Patung KAWS) itu dibuat dari poliester, dikempeskan, bisa dibawa ke mana-mana, itu bisa jadi pelajaran," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler