Cerita Mantan Menkes Lolos dari Maut, Kamar yang Disiapkan untuknya Ditembaki Israel

Mantan Menkes Siti Fadilah batal mengikuti rombongan ke Gaza

Dok Istimewa
Siti Fadilah. Mantan Menkes Siti Fadilah batal mengikuti rombongan ke Gaza
Rep: Fuji E Permana Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan menteri kesehatan (Menkes) Indonesia, dr Siti Fadilah Supari mengawali ceritanya ketika selamat dari maut akibat serbuan tentara Israel pada 2010 lalu. 

Baca Juga


Waktu itu, usai menjabat sebagai menkes, Siti Fadilah menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). 

Siti Fadilah menceritakan, awalnya pendiri Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Joserizal Jurnalis meminta untuk mengawal sumbangan untuk rakyat Palestina. Waktu itu, baru saja selesai menjabat sebagai menkes, selanjutnya diberi tugas menjadi wantimpres. 

Perjuangan Siti Fadilah saat menjadi menkes Indonesia di kancah internasional masih menyala-nyala sehingga Siti Fadilah mendapat undangan dari menteri-menteri kesehatan dari berbagai negara yang akan melaksanakan pertemuan di Jenewa. 

"Saya minta izin (untuk ke Jenewa), waktu itu Menteri Sekretaris Negara Indonesia, Pak Sudi Silalahi, saya dibolehkan berangkat," kata Siti Fadilah saat diwawancarai Republika.co.id di Hotel The Acacia, Jakarta, usai Talkshow dan Launching Buku terbaru MER-C berjudul Menghimpun Kebesaran Allah; Kisah perjuangan pembangunan RS Indonesia di Gaza Palestina, Ahad (27/8/2023). 

Siti Fadilah mengaku, sebelum berangkat ke Jenewa, diberi pesan agar jangan ada dua matahari dan lain sebagainya. Padahal berangkat ke Jenewa hanya sebagai alasan dari misi kemanusiaan yang sudah dibicarakan dengan MER-C.

Siti Fadilah mempersiapkan diri untuk berangkat ke Jenewa hanya agar bisa ke Turki, kemudian menyeberang ke Palestina menggunakan kapal lewat jalur laut. 

Untuk mengawal sumbangan yang akan disampaikan ke rakyat Palestina atas permintaan Joserizal Jurnalis.

Siti Fadilah juga sudah dijadwalkan untuk menaiki kapal MV Mavi Marmara yang berlayar dari Turki menuju Gaza, Palestina. "Saya sudah dipesankan (tempat atau kamar), nama saya sudah ada di kapal itu," ujar Siti Fadilah sambil mengenang peristiwa belasan tahun lalu tersebut. 

Baca juga: Jangan Lelah Bertobat kepada Allah SWT, Begini Pesan Rasulullah SAW

Siti Fadilah juga sudah disiapkan ajudan yang akan menemaninya berangkat dari Turki ke Gaza yakni dr Zackya Yahya dari MER-C. 

"Sudah dapat izin berangkat (ke Jenewa), sudah beli tiket, sudah persiapan, tiba-tiba kurang sehari (untuk berangkat), tiba-tiba dibatalkan, bapak (presiden SBY) tidak mengizinkan," ujar Siti Fadilah. 

Siti Fadilah saat itu kecewa dan berprasangka buruk. Mantan menkes ini juga bertanya-tanya, mengapa jadwalnya ke Jenewa dibatalkan, sehingga rencananya diam-diam ke Turki kemudian ke Gaza tidak bisa berjalan. 

Awalnya Siti Fadilah menduga mungkin... 

Awalnya Siti Fadilah menduga mungkin ada pihak yang ketakutan tersaingi olehnya yang namanya mencuat di kancah internasional saat menjadi menkes. "Saya tidak mungkin berangkat dari Indonesia ke luar negeri, karena saya wantimpres, ya sudah saya pasrah ke Allah," ujar Siti Fadilah. 

Siti Fadilah mengatakan, ternyata iring-iringan kapal yang membawa bantuan ke Gaza berjalan tidak sesuai harapan. 

Kapal Mavi Marmara yang akan ditumpangi mantan menkes Indonesia ini adalah kapal paling besar dari beberapa kapal yang mengiringinya. Kapal Mavi Marmara juga ditumpangi tokoh-tokoh yang pro Palestina alias anti Israel. 

Di tengah perjalanan kapal Mavi Marmara ke Gaza, tentara Israel turun dari helikopter menaiki Mavi Marmara, mereka juga naik dari kapal-kapal mereka. 

Tentara Israel menembaki kapal Mavi Marmara yang membawa 1 juta dolar AS, bahan makanan, obat-obatan dan barang-barang bangunan untuk rumah sakit. 

"Termasuk kamar saya (ditembaki tentara Israel), masih ada nama saya (di kamar di dalam kapal Mavi Marmara), hanya selisih sehari artinya semua sudah di-organize (diatur)," ujar Siti Fadilah. 

Siti Fadilah menerangkan, dirinya bersama tokoh-tokoh yang pro Palestina akan menyampaikan sumbangan ke Gaza. Tapi Israel tidak membolehkannya, maka kapal yang membawa bantuan ini nekat pergi ke Gaza. Akhirnya Israel marah dan menyerang kapal Mavi Marmara. 

"Saat itu saya sedih banget (tidak bisa berangkat ke Jenewa kemudian ke Turki dan Gaza), tapi ternyata Allah menyelamatkan saya," jelas Siti Fadilah. 

Baca juga: 10 Makanan yang Diharamkan dalam Islam dan Dalil Larangannya

Siti Fadilah sampai sekarang mengaku tidak tahu mengapa Presiden SBY melarangnya pergi ke Jenewa secara mendadak sehingga dia lolos dari serangan tentara Israel. 

"Pak SBY menyelamatkan saya setelah tahu seperti itu, terima kasih pak SBY, tadinya saya marah-marah," kata Siti Fadilah sambil tertawa mengenang kisahnya belasan tahun lalu. 

Siti Fadilah mengatakan, kejadian yang tidak sesuai rencana sebetulnya belum tentu buruk. Maka harus selalu berprasangka baik. 

Setelah peristiwa itu, dikatakan Siti Fadilah, Joserizal Jurnalis mengadukan perlakuan tentara Israel ke Mahkamah Internasional. Kemudian Mahkamah Internasional memutuskan Israel bersalah menyerang kapal yang membawa bantuan untuk Palestina. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler