Waktu yang Tepat Bicara dengan Anak tentang Bahaya LGBT
Pemahaman mengenai LGBT bisa berbeda untuk setiap anak.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semakin masifnya kampanye terkait gerakan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) membuat orang tua perlu lebih waspada. Pasalnya, penyebarannya bisa sangat tersamar, bahkan secara tidak kentara ada di sejumlah film, lagu, atau tayangan video yang kerap disimak anak. Kapan waktu yang tepat bagi orang tua memberi tahu anak terkait LGBT?
Menurut psikolog anak, remaja, dan keluarga Sani Budiantini Hermawan, memberi pemahaman mengenai edukasi seksual, termasuk di dalamnya informasi perihal LGBT, bisa berbeda untuk setiap anak. Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani itu menjelaskan, setiap anak memiliki kebutuhan masing-masing.
Untuk itu, orang tua disarankan memberikan informasi sesuai kebutuhan, tingkat pendidikan, kematangan anak, juga disesuaikan dengan apa yang sedang beredar. "Ketika anak di usia SD memasuki pre teen (praremaja), saya rasa paling cocok membicarakan LGBT. Itu usia yang paling tepat kalau orang tua mau menginformasikan tentang LGBT," kata Sani saat dihubungi Republika.co.id, Senin (28/8/2023).
Menurut Sani, alasannya adalah karena di usia menjelang remaja, perkembangan psikologis anak sedang ada di fase menuju rasa penasaran yang tinggi terhadap hal-hal seperti gender atau eksplorasi seksual. Itu sebabnya, akan cocok jika orang tua mulai mengedukasi soal bahaya LGBT.
Pada wawancara sebelumnya, Sani pernah menyampaikan bahwa lebih baik melakukan antisipasi daripada kurasi. Kurasi merupakan intervensi psikologis atau psikoterapi yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan atau gangguan psikologis.
Misalnya, butuh proses kurasi dalam kasus tertentu ketika anak sudah beranjak dewasa dan terpapar paham LGBT. Dalam situasi demikian, akan sulit untuk diarahkan kembali. Meski, tetap ada usaha-usaha yang bisa dilakukan terkait hal itu.
Sani mengingatkan kepada para orang tua bahwa akan ada fase usia di mana anak cenderung memiliki sikap yang berlawanan dengan orang tua. Namun, orang tua tetap perlu melakukan pendekatan yang lembut untuk memahami anak.
Menurut Sani, orang tua perlu terus menjalin kedekatan dan hubungan yang hangat dengan anak. "Ketika orang tua jauh, berjarak, dan bermasalah dengan anak, apa yang disampaikan kepada anak mungkin juga tidak "masuk" dan tidak diterima anak," ujarnya.