Rupiah Menguat Jelang Rilis Serangkaian Data Ekonomi AS

Rupiah menguat sebesar 0,21 persen menjadi Rp 15.260 per dolar AS pada Selasa.

Prayogi/Republika.
Rupiah menguat sebesar 0,21 persen menjadi Rp 15.260 per dolar AS pada Selasa (29/8/2023).
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan penguatan rupiah dipengaruhi pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) menjelang rilis serangkaian data ekonomi utama AS pada pekan ini. Pada penutupan perdagangan hari ini, Selasa (29/8/2023), mata uang rupiah menguat sebesar 32 poin atau 0,21 persen menjadi Rp 15.260 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp 15.292 per dolar AS.

Baca Juga


“Data kepercayaan konsumen AS akan dirilis pada hari Selasa, sementara revisi produk domestik bruto kuartal kedua akan dirilis pada hari Rabu. Pembacaan pengeluaran konsumsi pribadi, inflasi inti Federal Reserve akan dirilis pada hari Kamis, sementara data nonfarm payrolls bulan Agustus akan ditutup pada minggu ini,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Jakarta.

Menurut Ibrahim, tanda-tanda ketahanan perekonomian AS, terutama terkait inflasi dan lapangan kerja, akan memberikan dorongan lebih besar bagi The Fed untuk terus menaikkan suku bunga. Kendati mengalami pelemahan, dolar AS tetap berada di atas 2 persen pada Agustus 2023 dan mulai mencatatkan kenaikan selama enam minggu berturut-turut karena ketahanan data ekonomi AS mendukung ekspektasi bahwa suku bunga akan tetap lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.

“Pertemuan The Fed selanjutnya akan dilakukan pada bulan September 2023. Meskipun diperkirakan tidak akan menaikkan suku bunga pada saat itu, ekspektasi bahwa bank sentral AS akan menaikkan suku bunga pada bulan November 2023 semakin meningkat,” ucapnya.

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menilai penguatan rupiah diiringi indeks saham Asia yang bergerak naik dan nilai tukar regional menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Pelaku pasar disebut sedang optimistis dengan aset berisiko hari ini. Yield obligasi pemerintah AS yang sedang menurun juga memicu pelaku pasar untuk mengambil posisi di luar dolar AS, menimbang pernyataan Ketua Dewan Gubernur The Fed Jerome Powell soal ekonomi AS yang bertumbuh mungkin memicu pelaku pasar masuk ke aset berisiko.​​​​​​

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa turut menguat ke posisi Rp 15.294 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.297 per dolar AS.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler