Cegah Kanker Payudara Memburuk, Jangan Takut Skrining
Jumlah kasus kanker payudara pada 2020 mencapai 16,6 persen dari total kasus kanker.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika pertama kali mendapat diagnosis kanker, kemungkinan besar batin penderitanya menjadi terpuruk. Seperti yang dirasakan Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat saat mendapat diagnosis kanker payudara, ia menangis dan berusaha tegar.
Tetapi, ia berpesan bahwa keluarga harus selalu menjadi support terbaik dan jangan lupa untuk bersyukur setiap harinya. “Kita harus berdamai dengan kematian, tapi juga harus selalu merayakan kehidupan,” ucap Lestari dalam peluncuran kampanye #SaveIbuku bersama Selangkah di RS Siloam TB Simatupang, Jakarta Selatan, Selasa (29/8/2023).
Setelah dinyatakan sembuh total, Lestari selalu ingin menyuarakan agar semua perempuan mau peduli dan mendeteksi dini keadaan payudara mereka. Bagi dia, kanker memang mematikan, tetapi tidak mampu membunuh harapan dan cinta.
“Menjadi penderita dan kemudian penyintas adalah kesempatan kedua yang diberikan-Nya kepada kita, untuk menjadi lebih baik dan berguna dalam melewati setiap tahapan pengobatan. Kita menguatkan diri sendiri demi semua yang mencintai kita, dengan semangat terus merayakan kehidupan,” ucap Lestari lagi.
Kampanye #SaveIbuku bersama Selangkah ini dilaksanakan oleh RS Siloam menggandeng Dompet Aman, platform gaya hidup loyalti digital untuk meningkatkan kesadaran terhadap tindakan pencegahan kanker payudara. Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, jumlah kasus kanker payudara pada 2020 mencapai 68.858 atau 16,6 persen dari total 396.914 kasus kanker di Indonesia. Yang memprihatinkan, jumlah kasus kematian akibat kanker payudara sendiri mencapai lebih dari 22 ribu jiwa.
Data juga menunjukkan, banyak para perempuan yang tidak melakukan skrining karena takut membayangkan prosesnya, dan juga adanya ketakutan untuk meninggalkan urusan rumah terutama jika berkaitan dengan anak. Nyatanya, prosedur ini bisa menyelamatkan nyawa, karena masih berada di stadium awal sehingga bisa dilakukan pengobatan secara optimal. Dan sebaiknya, skrining ini sudah dimulai ketika perempuan sudah memasuki usia 40 tahun.
“Sebuah kenyataan yang kita hadapi, pengidap kanker payudara kebanyakan dari menengah ke bawah yang tidak punya akses untuk kesehatan. Saya apresiasi BPJS untuk semua individu dapat semua pengobatan, tetapi kembali lagi deteksi dini yang penting,” ujar Lestari.
Dengan adanya kampanye #SaveIbuku ini, maka gaungan dan aktivitas yang akan dilakukan dapat menjangkau lebih banyak anak-anak muda serta semakin banyak para ibu melakukan prosedur mammografi. Untuk satu tahun ke depan, kampanye #SaveIbuku menargetkan 125 ribu pemeriksaan kanker payudara dengan mammografi. Agar target tersebut dapat dipenuhi, Dompet Aman juga menawarkan beragam program yang menarik.
Salah satu programnya adalah Buy 1 Give 1, di mana setiap ibu yang melakukan pemeriksaan mammogram berbayar, akan ada satu ibu kurang mampu yang akan mendapatkan pemeriksaan gratis. Selain mendapatkan fasilitas dan layanan mammografi dari RS Siloam, Dompet Aman juga memberikan layanan berkelanjutan bernama Aman Concierge yang akan menjawab semua kebutuhan para ibu, pemesanan via chat dengan dokter, akses ke psikolog terpilih, data manajemen, dan tentunya loyalti point/voucher yang akan mereka dapatkan dari pembelian paket #SaveIbuku x Selangkah.
Kampanye ini juga bertujuan untuk membangkitkan kesadaran mereka yang berada pada usia produktif yaitu generasi Y dan Z. Tujuannya agar memberikan cinta dan perhatian kepada orang yang paling penting dalam hidup mereka, seperti sang ibu.