Agama Masyarakat Arab Sebelum Rasulullah SAW Semula Tauhid, Hingga Datang Sosok Ini

Bangsa Arab sebelum Islam semula ada para penganut ajaran tauhid

Pixabay
Ilustrasi Padang Pasir. Bangsa Arab sebelum Islam semula ada para penganut ajaran tauhid
Rep: Rossi Handayani Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pada awalnya, agama mayoritas bangsa Arab mengikuti agama Nabi Ibrahim alaihissalam, yaitu ajaran Tauhid untuk beribadah hanya kepada Allah Ta'ala. 

Baca Juga


Namun setelah waktu berjalan sekian lama, mereka melalaikan hal tersebut, meskipun masih ada sisa-sisa peninggalan ajaran Tauhid Nabi Ibrahim alaihissalam.  

Seperti dikutip dari Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah ﷺ disarikan dari kitab Ar-rahiqul Makhtum, Hingga kemudian di Makkah  ada seorang yang bernama 'Amr bin Luhay dari suku Khuza'ah yang sangat dihormati dan dimuliakan kaumnya karena kedermawanan dan perilakunya yang baik. 

Suatu ketika beliau pergi ke Syam dan di sana melihat masyarakatnya menyembah berhala sebagai bentuk ibadah.  

Dia menyimpulkan bahwa itu adalah perbuatan baik. Maka ketika kembali ke Makkah  dia membawa satu berhala yang benama Hubal dan diletakkan di dalam Kabah. 

Lalu dia mengajak kaumnya untuk melakukan apa yang dilakukan penduduk Syam. Karena pengaruh kedudukannya, maka tak lama kemudian, penyembahan berhala menjadi keyakinan tersendiri penduduk Makkah pada saat itu, dan kemudian dengan cepat menyebar ke wilayah Hijaz (Makkah  dan sekitarnya) hingga menyebar luas meliputi Jazirah Arabia. Bahkan di sekitar Kabah ada ratusan berhala yang disembah.  

Dari sana munculah berbagai bentuk praktik syirik, bidah, dan khurafat di masyarakat Arab.  Di samping itu, kehidupan sosial masyarakat Arab berkelas dan bersuku-suku. Di sana terdapat pemandangan yang sangat kontras, antar kaum bangsawan dengan segala kemewahan dan kehormatan yang dimiliki dan kaum budak dengan segala kekurangan dan kehinaan yang tak terperi.  

Kehidupan antarsukupun penuh persaingan dan sering berakibat pertikaian karena fanatisme kesukuan yang sangat tinggi. Setiap anggota suku pasti membela orang yang satu suku dengannya, tak peduli perbuatannya benar atau salah, sehingga terkenal ucapan di antara mereka:  “Bantulah saudaramu, baik dia berbuat zalim atau dizalimi.” 

Perlakuan terhadap wanita juga sangat zalim. Laki-laki dapat melakukan poligami tanpa batas, bahkan dapat menikahi dua wanita bersaudara sekaligus, kemudian dapat mencerai mereka tanpa batas.  

Sementara itu perzinahan merupakan masalah biasa. Bahkan ada suami yang memerintahkan isterinya tidur dengan laki-laki lain semata-mata karena ingin mendapatkan keturunan mulia dari laki-laki tersebut. Kelahiran anak perempuan menjadi hal yang aib bagi mereka, bahkan dikenal di sebagian mereka istilah wa'dul banat (mengubur anak wanita hidup-hidup). 

Baca juga: 19 Aktivitas Keseharian Para Firaun yang Menguasai Mesir Selama Ribuan Tahun

Perjudian dan minuman keras juga merupakan hal yang sangat lumrah dilakukan di tengah masyarakat, bahkan menjadi sumber kebanggaan tesendiri.  

Kesimpulannya, kondisi sosial sangat parah, hingga Kehidupan berlangsung tanpa aturan layaknya binatang.  

Di sisi lain, masyarakat Arab adalah masyarakat pedagang, sebagian kecil penduduk pinggir negeri hidup secara bertani dan memelihara hewan ternak. 

Mereka belum mengenal dunia perindustrian. Hasil-hasil produksi biasanya mereka dapatkan dari Yaman atau negeri Syam (Negeri Syam pada masa sekarang ini meliputi Palestina, Lebanon, Yordan dan Suriah).  

Kemiskinan cukup mewarnai kehidupan masyarakat, meskipun ada sejumlah pedagang besar dan bangsawan.  

Betapapun demikian, bangsa Arab masih memiliki beberapa akhlak yang sangat terpuji, walau kadang ditampilkan dengan cara yang salah. 

Di antaranya adalah kedermawanan, memenuhi janji, menjaga kemuliaan jiwa dan pantang dihina, pemberani, lemah lembut, suka menolong dan sederhana.   

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler