Melawan Kejaran Api, Para Bayi Dilemparkan dari Jendela
Mereka berusaha menyelamatkan diri dari lalapan api
REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Beberapa orang melemparkan bayi keluar dari jendela lantai tiga kepada orang lain yang menunggu di bawah dalam keadaan putus asa untuk mengungsi. Mereka berusaha menyelamatkan diri dari lalapan api di tengah hari.
Kebakaran malam hari melanda sebuah gedung apartemen yang sebagian besar ditempati oleh para tunawisma dan penghuni liar di Johannesburg pada Kamis (31/8/2023). Kebakaran itu menyebabkan sedikitnya 74 orang meninggal dunia. Setidaknya 12 dari korban meninggal adalah anak-anak, yang termuda berusia satu tahun.
Asap merembes keluar dari gedung yang menghitam meskipun api telah padam. Sementara selimut dan seprai tergantung seperti tali dari jendela yang pecah untuk menunjukkan cara orang-orang menggunakannya untuk mencoba melarikan diri dari api.
Beberapa orang yang selamat menceritakan cara melompat keluar jendela, baru setelah itu melemparkan anak-anak mereka ke orang lain di bawah. “Semuanya terjadi begitu cepat dan saya hanya punya waktu untuk membuang bayi itu,” kata Adam Taiwo yang berhasil menyelamatkan putranya yang berusia setahun dan dirinya sendiri.
“Saya juga mengikutinya setelah mereka menangkapnya di bawah.” Taiwo mengaku tidak mengetahui keberadaan istrinya, Joyce.
Seorang saksi mata yang tinggal di sebuah gedung di seberang jalan mengatakan, melihat orang lain juga melemparkan bayi keluar dari gedung yang terbakar. Setidaknya satu orang tewas ketika dia melompat dari lantai tiga dan menabrak trotoar beton dengan kepala terlebih dahulu.
Saat api berkobar, beberapa penghuni terjebak di balik gerbang yang terkunci di pintu keluar dan tidak ada jalur keluar api. “Orang-orang tidak bisa keluar,” kata penjelasan pejabat setempat menjelaskan beberapa korban mungkin meninggal setelah melompat keluar dari gedung.
Pejabat kota dan petugas medis mengatakan, sejumlah orang masih hilang dan banyak mayat yang ditemukan telah terbakar hingga tidak dapat dikenali lagi. Lebih dari 50 orang terluka, enam di antaranya berada dalam kondisi serius di rumah sakit.
Pejabat layanan darurat sebelumnya telah memperingatkan bahwa jumlah korban meninggal bisa bertambah terus. Petugas masih melakukan pencarian di lokasi kejadian lebih dari 12 jam setelah kebakaran terjadi sekitar pukul 01.00 dini hari.
Puluhan jenazah yang ditemukan petugas pemadam kebakaran dibaringkan di pinggir jalan di luar blok apartemen, ada yang di dalam kantong jenazah, ada pula yang ditutupi lembaran atau selimut perak setelah kantong jenazah habis. Mereka akhirnya dibawa pergi dengan kendaraan departemen patologi.
“Selama 20 tahun bekerja di layanan ini, saya belum pernah menemukan hal seperti ini,” kata juru bicara Manajemen Layanan Darurat Johannesburg Robert Mulaudzi.
Pihak berwenang belum mengetahui penyebab kebakaran tersebut. Namun pejabat pemerintah setempat Mgcini Tshwaku mengatakan, bukti awal menunjukkan bahwa kebakaran tersebut bermula dari lilin. Penghuni gedung menggunakan lilin dan api sebagai penerangan dan penghangat di musim dingin.
Petugas pemadam kebakaran masih menyusuri sisa-sisa gubuk dan bangunan semi permanen lainnya yang berserakan di dalam gedung berlantai lima. Gedung terlantar ini berada di jantung kawasan pusat bisnis Johannesburg.
Para saksi menyatakan, lebih dari 200 orang tinggal di gedung itu, termasuk di ruang bawah tanah, yang seharusnya digunakan sebagai garasi parkir. Sedangkan diperkirakan kemungkinan gedung tersebut dihuni oleh lebih banyak orang.
Para penghuni yang beragam akan menyulitkan identifikasi korban...
Walikota Johannesburg Kabelo Gwamanda mengatakan, 141 keluarga terkena dampak tragedi tersebut tetapi tidak dapat menyebutkan secara pasti berapa banyak orang yang berada di dalam gedung ketika kebakaran terjadi. Banyak orang di dalam adalah warga negara asing.
Para penghuni yang beragam dan warga asing ini akan menyulitkan identifikasi korban dan pelacakan orang hilang. Kemungkinan besar banyak korban berada di Afrika Selatan secara ilegal.
Dalam sebuah pernyataan, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan, kebakaran itu adalah tragedi besar yang dirasakan oleh keluarga-keluarga yang orang-orang terkasihnya.
"Hati kami turut berduka cita bagi setiap orang yang terkena dampak peristiwa ini," ujar Ramaphosa.
Juru bicara Ramaphosa mengatakan, presiden telah menawarkan bantuan kepada badan penanggulangan bencana nasional jika diperlukan. Ramaphosa juga kemudian mengunjungi lokasi tersebut setelah membatalkan pidato televisi yang akan membahas hasil pertemuan puncak ekonomi BRICS yang diadakan di Johannesburg pekan lalu.
Ramaphosa menyebut kebakaran tersebut sangat menghancurkan dan merupakan seruan bagi pusat ekonomi Afrika Selatan untuk mengatasi krisis perumahan di dalam kota. “Kami di sini bukan untuk menyalahkan siapa pun. Ini adalah pelajaran yang sulit bagi kita semua," kata Ramaphosa di luar gedung yang terbakar.
Johannesburg dinilai sebagai kota terkaya di Afrika tetapi pusat kotanya rusak dan sering terabaikan. Bangunan yang terbengkalai dan rusak adalah hal biasa, dengan tunawisma menggunakannya sebagai tempat berlindung. Pemerintah kota menyebut bangunan tersebut sebagai bangunan yang dibajak dan telah menjadi masalah selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun.