Anak Anda Alergi? Coba Cek Kesehatan Ususnya

Ratusan juta anak di seluruh dunia menderita alergi.

dreawood
Ruam pada kulit anak akibat alergi
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebuah studi baru menunjukkan bahwa alergi pada masa kanak-kanak mungkin ada kaitannya dengan susunan bakteri usus seseorang. Selain itu, para peneliti di Kanada percaya bahwa antibiotik dapat memperburuk masalah ini.

Baca Juga


Sebuah tim dari University of British Columbia mengatakan, komposisi mikrobiota usus bayi dapat membantu memprediksi dan berpotensi mencegah kondisi penyakit seperti demam. Penelitian ini meneliti 1.115 anak sejak lahir hingga usia lima tahun, dengan lebih dari separuhnya mengalami setidaknya satu jenis alergi.

"Ratusan juta anak di seluruh dunia menderita alergi. Penting untuk memahami mengapa hal ini terjadi dan bagaimana hal ini dapat dicegah,” kata Dr Stuart Turvey, seorang profesor di Departemen Pediatri, seperti dilansir Study Finds, Ahad (3/9/2023).

Penelitian ini unik karena mengeksplorasi asal-usul empat alergi yang berbeda secara bersamaan. Tim peneliti sangat tertarik dengan bagaimana alergi ini mungkin terkait dengan komposisi mikrobiota usus bayi.

"Ini adalah diagnosis yang secara teknis berbeda, masing-masing dengan daftar gejalanya sendiri, sehingga sebagian besar peneliti cenderung mempelajarinya satu per satu. Namun, ketika Anda melihat apa yang salah pada tingkat sel, mereka sebenarnya memiliki banyak kesamaan,” kata Turvey.

Untuk melakukan penelitian ini, para ilmuwan mengevaluasi mikrobioma usus anak-anak melalui sampel tinja yang dikumpulkan pada kunjungan klinis ketika anak-anak berusia tiga bulan dan 12 bulan. Dari anak-anak yang diteliti, 523 tidak menunjukkan tanda-tanda alergi, sementara 592 didiagnosis dengan satu atau lebih gangguan alergi.

Para peneliti mencatat faktor-faktor seperti pola makan, metode kelahiran, lokasi geografis, dan paparan antibiotik, semuanya dapat mempengaruhi mikrobiota usus bayi.

"Ada banyak wawasan potensial dari analisis yang kuat ini. Dari data ini kita dapat melihat bahwa faktor-faktor seperti penggunaan antibiotik pada tahun pertama kehidupan lebih mungkin mengakibatkan gangguan alergi di kemudian hari, sementara menyusui selama enam bulan pertama bersifat protektif," kata Dr Turvey.

"Hal ini berlaku universal untuk semua gangguan alergi yang kami teliti. Oleh karena itu, mengembangkan terapi yang mengubah interaksi ini selama masa bayi dapat mencegah perkembangan semua jenis penyakit alergi pada masa kanak-kanak, yang sering kali berlangsung seumur hidup,” kata dia menambahkan.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler