Sudah Tersebar di 23 Ribu Titik, Gerakan Mbah Dirjo Kelola Hingga 64 Ton Sampah per Hari
Meski TPA Piyungan dibuka, namun sampah yang bisa masuk tetap dibatasi.
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gerakan Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja (Mbah Dirjo) terus dimasifkan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta. Per 4 September 2023, biopori ini sudah tersebar di 23 ribu titik di seluruh Kota Yogyakarta.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto mengatakan, 23 ribu titik biopori dari Gerakan Mbah Dirjo tersebut setidaknya dapat mengelola sampah organik hingga 64 ton per hari. Gerakan ini akan terus dimasifkan meski TPA Regional Piyungan mulai dibuka pada 6 September 2023 besok.
"Gerakan Mbah Dirjo yang sudah tersebar sekitar 23 ribu titik. Harapannya ini jadi suatu gerakan yang lebih masif sehingga bisa mengurangi sampah paling tidak di atas 64 ton," kata Sugeng di Kompleks Balai Kota Yogyakarta, Senin (4/9/2023).
Meski TPA Piyungan dibuka, sampah yang bisa masuk tetap dibatasi. Untuk Kota Yogyakarta dibatasi kuota sampah maksimal 127 ton per hari yang bisa dibawa ke TPA Piyungan.
Pihaknya juga tetap menggunakan depo-depo sampah sebagai basis utama pengelolaan sampah. Bahkan, operasional 14 depo sampah yang ada di Kota Yogyakarta diperpanjang sejak pukul 06.00-13.00 WIB, kecuali pada hari libur.
"Berkaitan ketika pola pembuangan di TPA Piyungan diatur tiga hari buka kemudian satu hari tutup, pada hari libur kami tetap buka depo. Dengan catatan jam bukanya tidak panjang, hanya kisaran satu sampai dua jam untuk mengantisipasi pembuangan sampah mandiri," ujar Sugeng.
Sementara itu, Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo mengatakan, dimasifkannya Gerakan Mbah Dirjo ini juga untuk mengurangi sampah yang dibawa ke TPA Piyungan. "Kita terus menggalakkan Mbah Dirjo. Informasi yang kami terima dari DLH Kota, terjadi penurunan (volume sampah) yang cukup signifikan," kata Singgih.
Pihaknya juga terus melakukan edukasi ke masyarakat untuk menjalankan gerakan ini. Bahkan, bank sampah juga dilibatkan secara aktif untuk menggalakkan Gerakan Mbah Dirjo berbasis RW, yang mana gerakan ini dikombinasikan dengan Gerakan Zero Sampah Anorganik.
"Pentingnya edukasi Mbah Dirjo di level wilayah. Mbah Dirjo ini di bulan ini akan kita galakkan secara masif libatkan bank sampah basis RW. Sampah anorganiknya sudah (dikurangi dengan Gerakan Zero Sampah Anorganik), sekarang sampah organik (dengan Gerakan Mbah Dirjo). Jadi memilah sampah selesai di rumah,” ujar Singgih.