Fenomena Ganjar Ditinggal Relawan dan Pendukung Jokowi Jelang Pendaftaran Capres-Cawapres
Sebagian relawan meyakini Prabowo adalah capres yang akan didukung Jokowi.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Dessy Suciati Saputri, M Noor Alfian Choir
Sebulan jelang pendaftaran pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres), bakal capres dari PDIP, Ganjar Pranowo dihadapkan pada fenomena pengalihan dukungan sebagian relawan yang menyeberang ke kubu Prabowo Subianto. Tidak hanya relawan, para pendukung atau simpatisan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang notabene satu partai dengan Ganjar, juga mengalihkan dukungan ke Prabowo.
Pada akhir pekan lalu contohnya, Relawan Milenial Ganjar Pranowo di Jawa Timur resmi mengalihkan dukungan ke Prabowo Subianto. Para relawan tersebut mengalihkan dukungan dengan cara melepaskan baju dan atribut Relawan Ganjar Pranowo.
"Dukungan ini kami berikan kepada Bapak Prabowo Subianto melihat realitas masyarakat saat ini. Kami melihat Pak Prabowo yang direstui Bapak Jokowi, direstui Para Kiai, Alim Ulama, direstui para tokoh bangsa," kata Ketua Relawan Ahmad Saifullah dalam keterangannya di Surabaya, Sabtu (9/9/2023).
Menurut Saifullah, Prabowo merupakan sosok pemimpin yang tegas pada kebaikan dan berani mengambil sikap untuk kebenaran. Tak hanya itu, Prabowo juga merupakan pemimpin yang mau merangkul dan gigih berjuang untuk Indonesia.
"Kami ingin mendorong pemimpin yang tegas pada kebaikan, tegas mempersatukan, berani mengambil sikap untuk kebenaran, mau merangkul, yang gigih berjuang untuk Indonesia bukan karena tugas partai tapi karena panggilan hati," ucapnya.
Dengan niat bulat, pihaknya mendeklarasikan diri untuk menarik dukungan dari Bapak Ganjar Pranowo dan totalitas penuh ikhlas memberikan dukungan kepada Bapak Prabowo Subianto untuk menjadi Presiden 2024-2029. Para relawan menarik dukungan dari Ganjar lantaran tidak ingin terlibat kampanye negatif dan memberikan dukungan kepada capres yang mau melanjutkan program Jokowi tanpa merendahkan lawan.
Secara tegas, kata dia, para relawan menyampaikan ingin lepas dari hal tersebut agar Indonesia bisa lebih baik di masa yang akan datang dan bisa mendapatkan pemimpin dengan cara yang baik.
"Kami tidak ingin terlibat kampanye-kampanye negatif, narasi-narasi merendahkan lawan dengan fitnah yang selama ini bergulir. Kami ingin lepas hal-hal tersebut untuk sebuah Indonesia maju yang hakiki," ujar Saifullah.
Di Jawa Tengah (Jateng), relawan pendukung Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019 yang tergabung dalam organisasi kemasyarakatan Pro Jokowi (Projo) Jawa Tengah melebur atau berganti nama menjadi Garuda Nusantara 08. Selain mengganti nama, mereka juga memberikan dukungan kepada bakal calon presiden dari Partai Gerindra dan partai politik koalisi, Prabowo Subianto.
“Zaman sudah berubah, tahun 2024 menurut saya perkembangan zaman sudah berbeda, tantangan juga berbeda. Saat ini kita butuh pemimpin yang penguasaan globalnya mumpuni, ahli strategi dan semuanya ini ada pada Prabowo Subianto,” kata Ketua Umum Garuda Nusantara 08 sekaligus mantan Ketua Projo Jateng, Agus Suryo Winarto, di Semarang, Sabtu (9/2023).
Kendati demikian, ia menyatakan dirinya tidak mempunyai strategi khusus untuk memenangkan bakal capres Prabowo Subianto pada pilpres mendatang.
“Saya tidak pernah punya strategi yang muluk-muluk, saya selalu berikan informasi kepada teman-teman DPC untuk selalu menjalankan kegiatan sosial tanpa pernah menjelek-jelekkan pasangan calon apapun. Kami tidak pernah menyebut sebagai lawan, kami selalu jalankan pekerjaan-pekerjaan sosial yang dibutuhkan masyarakat,” ujarnya.
Dirinya berharap jika Prabowo Subianto memenangi Pilpres 2024 bakal melaksanakan program akses sanitasi dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia. Hal itu disampaikan Agus usai Deklarasi Relawan Garuda Nusantara 08 untuk Prabowo Subianto yang dihadiri, antara lain, kader PSI Helmy Yahya, mantan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, Sekretaris DPD Partai Gerindra Jateng Sriyanto Saputro, dan Bendahara DPD Partai Golkar Jateng Mohammad Saleh.
Fenomena relawan Ganjar dan pendukung Jokowi mengalihkan dukungan ke Prabowo bukan baru kali ini terjadi. Di Jakarta, sejumlah organisasi relawan yang mencoblos Jokowi pada Pilpres 2014 dan 2019 sudah lebih dulu menyatakan dukungan mereka kpada Prabowo.
Pada pertengahan Agustus lalu, Immanuel Eben Ezer, yang mewakili sejumlah organisasi relawan pendukung Prabowo di Rumah Pemenangan Relawan Prabowo 2024, menegaskan dukungan kepada Ketua Umum Partai Gerindra itu merupakan panggilan dari hati nurani.
“Yang jelas Pak Jokowi tidak mengarahkan apa pun. Ini riil hati nurani kami,” kata dia menjawab pertanyaan wartawan saat jumpa pers acara peresmian Rumah Pemenangan Relawan Prabowo 2024 di Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan sejumlah organisasi pendukung Jokowi memutuskan memilih Prabowo karena mereka tidak ingin ada konflik saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. “Lupakan masa lalu, kalau masa lalu melahirkan konflik, ke depan jangan bicara konflik, (kita) bicara rekonsiliasi,” kata Immanuel, Ketua Harian Rumah Pemenangan Relawan Prabowo 2024.
Dia menambahkan para relawan pendukung Jokowi memilih Prabowo karena mereka melihat sosok bakal calon presiden itu sebagai pemersatu. “Pak Prabowo Bapak Persatuan. Kami mau ke depan nanti, kita butuh pemimpin yang secara simbolik menyatukan bangsa ini,” kata dia.
Oleh karena itu, dia menyampaikan relawan tidak punya maksud lain mendukung Prabowo selain untuk kepentingan bangsa. Dia menyebut itu tercermin dalam kontrak perjanjian yang disepakati oleh Prabowo dan para relawan.
“Kontrak politik tetap menegakkan demokrasi, menyejahterakan rakyat, dan persoalan-persoalan berkaitan dengan pelanggaran HAM harus diselesaikan secara hukum dan juga di luar hukum juga dengan memberi kompensasi terhadap para korban. Artinya, penyelesaian hukum menjadi agenda nanti ketika Pak Prabowo menang. Artinya, kita tidak beralergi dengan isu-isu HAM,” kata dia.
Tidak hanya dari elemen relawan, partai politik seperti Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pun sudah memberikan sinyal akan mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024 lewat sebuah pertemuan dengan Prabowo pada awal bulan lalu. Namun, Wakil Ketua Dewan Pembina DPP PSI Grace Natalie mengatakan, pihaknya akan mengikuti arahan Presiden Jokowi soal dukungan partainya ke salah satu calon presiden 2024.
Grace menegaskan, partainya saat ini masih terus menjalin komunikasi dengan berbagai partai politik lainnya, termasuk dengan Partai Gerindra. Menurutnya, situasi politik saat ini masih sangat cair.
Koalisi yang terbentuk saat inipun masih bisa berubah sewaktu-waktu. Karena itu, jika capres-cawapres belum resmi didaftarkan di Komisi Pemilihan Umum (KPU), PSI masih belum akan menentukan dukungannya.
"Arahannya bukan karena kultus individu tapi lagi-lagi masih sangat masuk di akal memang situasinya masih sangat cair, koalisi yang hari ini terbentuk masih sewaktu-waktu bisa berubah jangan-jangan bahkan capres-cawapres kemarin yang kemarin diumumkan, kalau belum resmi akad di KPU itu masih bisa berubah juga," ujar eks ketua umum PSI tersebut.
Jokowi sidah pernah meminta kepada relawan agar dapat fokus untuk pertumbuhan ekonomi nasional, dibandingkan sibuk dengan urusan politik menjelang Pemilu 2024.
"Saya pesan, urusan (Pemilu) 2024 tidak usah tergesa-gesa. Ojo, ojo kesusu. Kita kerja dulu saja untuk ekonomi negara kita, karena saya melihat atraksi politiknya belum selesai; wira wiri, sana sini, saya melihat masih," kata Jokowi seperti dalam tayangan video yang dipantau di Jakarta, akhir bulan lalu.
Jokowi juga menilai bahwa atraksi politik saat ini masih belum selesai. Ini karena partai politik masih mencari format koalisi yang tepat untuk Pemilu 2024. Jokowi pun mengakui bahwa dia hanya mengamati dari jauh terkait koalisi partai, apalagi calon presiden dan calon wakil presiden dari tiap koalisi belum ditentukan.
"Saya enggak tahu partai ini ke sana, partai ini ke sini, partai ini ke sana, partai ini ke sini. Jadi, masih ngalor ngidul," kata Jokowi.
Dia pun meminta agar para relawan tetap giat bekerja dan produktif. Sebab, tegas Jokowi, jangan sampai urusan politik menjelang Pemilu 2023 mengganggu stabilitas ekonomi Tanah Air. Menurut dia, apabila stabilitas ekonomi terganggu, maka akan sulit untuk mengembalikan ke kondisi perekonomian yang sudah stabil.
"Calonnya juga masih belum jelas, cawapresnya siapa juga belum jelas. Belum jelas, kok malah dijawab. Jadi, kita giat bekerja saja, giat bekerja, kerja saja sehingga produktif. Itu, udah, ke situ saja. Setuju enggak? Belum jelas, kok malah dijawab," ujar Jokowi.