Putin Isyaratkan Perang Lebih Lama di Ukraina

Ranjau darat menghambat gerak pasukan Ukraina.

EPA-EFE/MIKHAEL KLIMENTYEV
Presiden Rusia Vladimir Putin
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, VLADIVOSTOK – Presiden Rusia Vladimir Putin mengisyaratkan perang akan berlangsung lebih panjang di Ukraina. Perang ini bermula dari invasi yang dilakukan Rusia pada Februari 2022. Dengan bantuan senjata dari negara sekutunya, Ukraina kini melakukan serangan balasan ke Rusia. 

Baca Juga


Silakan saja Kiev, kata Putin, memanfaatkan gencatan senjata apapun untuk memperkuat kembali persenjataan mereka. Ia juga meyakini, Washington akan tetap menganggap Rusia sebagai musuhnya siapapun presiden terpilih nantinya dari penyelenggaraan Pemilu 2024.

Berbicara selama beberapa jam di sebuah forum ekonomi di kota pelabuhan, Vladivostok, Putin menyatakan, serangan balik Ukraina melawan pasukan Rusia sejauh ini bisa dikatakan gagal. ‘’Pasukan Ukraina mengalami kekalahan besar,’’katanya, Selasa (12/9/2023). 

Menurut Putin, mereka kehilangan 71 ribu personel militernya dalam serangan terhadap Rusia. Kapan negosiasi bisa dilakukan? Ia menyatakan ketika Ukraina kehabisan personel, peralatan, dan amunisi baru mereka akan berbicara mengenai perdamaian. 

Namun, Putin menduga,’’Kiev akan menggunakan kesempatan gencatan senjata untuk memulihkan kembali sumber daya mereka dan menguatkan lagi kemampuan bertempur pasukan yang mereka miliki untuk melawan pasukan Rusia.’’

Putin menambahkan, banyak mediator potensial bertanya kepadanya apakah Rusia siap menghentikan pertempuran tetapi tak mungkin Rusia melakukannya ketika harus menghadapi serangan balik yang dilakukan Ukraina. 

Untuk membuka kesempatan adanya pembicaraan damai, jelas Putin, Ukraina mesti terlebih dahulu larangan pada dirinya sendiri untuk menggelar perundingan damai. Ukraina juga mesti menjelaskan apa yang mereka mau. 

Rusia kini menguasai sekitar 18 persen wilayah Ukraina, termasuk Krimea yang dicaplok pada 2014. Dalam beberapa bulan, Ukraina bertempur untuk merebut kembali wilayah miliknya. Mereka bahkan berhasil menguasai sejumlah desa. 

Namun pasukan Ukraina belum mencapai terobosan berarti untuk merangsek ke wilayah yang dikuasai Rusia karena banyaknya ranjau darat. Ukraina menegaskan, mereka tak akan berehat hingga seluruh tentara Rusia keluar dari tanah miliknya. Barat menegaskan ingin membantu Ukraina mengalahkan pasukan Rusia.

Zelenskyy mengungkapkan rasa frustrasinya....

Di sisi lain, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengungkapkan rasa frustrasinya atas masih lambatnya serangan balik terhadap Rusia. Kekuatan udara Rusia telah berhasil menghentikan serangan-serangan balik Ukraina. 

‘’Kami tak menguasai wilayah udara dan Rusia menguasainya. Mereka menghentikan serangan kami dari udara. Mereka menghentikan serangan balik kami,’’ kata Zelenskyy, Jumat (8/9/2023) seperti dilansir laman berita Al-Arabiya. 

Makanya ia menyeru negara-negara sekutu Baratnya untuk memasok lebih banyak senjata jarak jauh dan memiliki kekuatan lebih hebat dibandingkan milik Rusia. Sudah berulang kali Kiev meminta pesawat agar mengimbangi kekuatan udara yang dimiliki Rusia. 

Namun, negara Barat ragu mengirimkan pesawat tempur yang sangat dibutuhkan. Sudah berpekan-pekan Ukraina komplain mengenai kurang cepatnya proses mendapatkan pesawat tempur F-16 untuk meningkatkan kekuatan udaranya. 

Sebab, pesawatnya yang mereka miliki masih dengan teknologi era Uni Soviet. Ia mengeluhkan tak cepatnya pengiriman senjata dari Barat dan sanksi terhadap Rusia. Para pejabat Ukraina termasuk Zelenskyy frustrasi atas kritik bahwa serangan balik tak berjalan mulus. 

‘’Ketika sejumlah mitra kami mengatakan bagaimana serangan baliknya, kapan langkah berikutnya? Jawaban saya, langkah kami cepat dibandingkan paket sanksi baru untuk Rusia,’’ kata Zelenskyy menegaskan. 

Ia menambahkan, senjata yang dikirimkan ke Kiev dan sanksi pada Rusia menjadi semakin rumit dan lebih lambat. Ukraina saat ini memang bergantung pada pasokan senjata Barat untuk melakukan serangan balik dalam jangka panjang.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler