DPP PKS Nilai Arah Majelis Syura Positif Dukung Muhaimin Cawapres Anies
Mardani mengkalkulasikan, 80 persen sikap PKS akan tetap bersama Koalisi Perubahan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera mengatakan bahwa silaturahim Abdul Muhaimin Iskandar dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) disambut baik oleh pihaknya. Termasuk Majelis Syura PKS yang akan menggelar rapat pada Jumat (15/9/2023).
Pembahasan utama rapat Majelis Syura tersebut adalah menentukan sikapnya terhadap Muhaimin yang sudah dideklarasikan sebagai bakal calon wakil presiden (cawapres) dari Anies Rasyid Baswedan. Ia sendiri yakin, rapat tersebut akan memutuskan mengusung pasangan tersebut.
"Kalau melihat kehangatan kemarin bacaannya sih positif mendukung (Anies-Muhaimin)," ujar Mardani di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (13/9/2023).
Rapat Majelis Syura juga akan membahas strategi pemenangan PKS pada pemilihan umum (Pemilu) 2024. Ia mengkalkulasikan, 80 persen sikap PKS akan tetap bersama Koalisi Perubahan.
"80 persen sih sudah fix, tapi di Majelis Syura, 20 persen kan bisa jadi besar juga kalau (alasannya) kuat gitu," ujar Mardani.
"(Misalnya) Majelis Syura memutuskan oke cawapresnya Cak Imin, kalau Anies kan sudah. Nah sudah gitu sudah tinggal gaspol," sambung anggota Komisi II DPR itu.
Sebelumnya, Muhaimin optimistis PKS dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bisa bersatu dalam Koalisi Perubahan untuk memenangkan Pemilihan Umum Presiden 2024. Ia pun menyadari, kedua partai memiliki basis ideologi yang berbeda.
PKS merupakan partai Islamis yang berbasis gerakan tarbiah, sedangkan PKB merupakan partai Islamis tradisional yang berbasis Nahdlatul Ulama (NU). Cak Imin menilai perbedaan basis ideologi ini justru menguntungkan karena keduanya bisa saling melengkapi.
"Perbedaan-perbedaan yang tidak penting, kami songsong masa depan untuk cepatnya terwujud pembangunan yang adil makmur dan sejahtera," katanya.
PKS merupakan partai Islamis yang berbasis gerakan tarbiah, sedangkan PKB merupakan partai Islamis tradisional yang berbasis Nahdlatul Ulama (NU). Cak Imin menilai perbedaan basis ideologi ini justru menguntungkan sebab keduanya bisa saling melengkapi.
Apalagi, lanjut Cak Imin, PKB dan PKS sudah sering bekerja sama di DPR. Oleh sebab itu, Cak Imin meyakini perbedaan ideologi tidak terlalu penting dalam menjalin kerja sama.
"Perbedaan-perbedaan yang tidak penting, kami songsong masa depan untuk cepatnya terwujud pembangunan yang adil makmur dan sejahtera," katanya.