Sebulan Lebih Dirawat di RS Polri, Begini Kondisi Korban Kabel Serat Optik

RS Polri telah memasang tindakan pembedahan medis trakeostomi dengan balon.

Republika
Pejalan kaki melintasi kabel serat optik yang menjuntai di jalan. ilustrasi
Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berat badan korban terjerat kabel optik di Jalan Pangeran Antasari, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sultan Rif'at Alfatih (20) terus bertambah hingga mencapai sembilan kilogram (kg) selama menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

Baca Juga


Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Raden Sukanto (RS Polri) Kramat Jati Brigjen Pol Hariyanto di Jakarta, Sabtu (16/9/2023), menjelaskan, kenaikan berat badan itu seiring perawatan intensif yang diterima Sultan selama di RS tersebut sejak Selasa (1/8/2023).

"Sejak dirawat di sini, Alhamdulillah sudah banyak kemajuan, yang awalnya berat badannya saat masuk RS itu 44 kilogram, saat ini sudah 54 kilogram," kata Hariyanto di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.

Menurut dia, sejak pertama kali Sultan dirawat, RS Polri memang memfokuskan terhadap pengaturan gizi Sultan. "Sehingga Sultan mendapatkan pendampingan khusus dari para medis guna kelangsungan penyembuhannya," katanya.

Penurunan berat badan Sultan dikarenakan imbas dari kejadian kecelakaan (laka) tersebut yang melukai bagian organ tubuh dan membuat proses makan serta minumnya terganggu. "Jadi ini sekunder dari gangguan yang terjadi langsung, yaitu kabel itu kena laring atau jalur nafas dan kerongkongan," katanya.

Akibat terjadi gangguan itu, asupan makan Sultan pun terganggu. "Beratnya menurun sejak Januari 2023, sudah banyak," kata Hariyanto.

Jenderal polisi bintang satu itu mengaku pihaknya akan melakukan tindakan penyembuhan terhadap saraf pita suara Sultan. Kondisi pita suaranya saat ini tidak dapat menutup secara normal sehingga kerap mengakibatkan infeksi pada organ paru.

"Ludah yang diproduksi itu harus dibiarkan mengalir ketika ditelan, masuknya bukan di kerongkongan, tetapi di tenggorokan,” ujarnya.

RS Polri telah memasang tindakan pembedahan medis bernama trakeostomi dengan balon sehingga cairan ludah dari bagian atas tidak dapat masuk ke dalam paru-paru. "Kemudian kita akan melakukan penyuntikan pita suara dengan sel lemak supaya menutup sehingga cairan dari mulut tidak masuk ke dalam tenggorokan," kata Hariyanto.

 


sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler