Transportasi Rahmatan Lil Alamin

Orang-orang sekarang tampaknya makin malas berjalan kaki, naik sepeda, dan juga naik kendaraan umum. Ada segudang alasan yang bisa dilontarkan.

retizen /jok
.
Rep: jok Red: Retizen
Sepeda sebagai transportasi ramah lingkungan. Foto: dokumentasi pribadi.

Ketergantungan kita pada kendaraan bermotor pribadi membuat lingkungan kita semakin tidak sehat yang imbasnya bakal juga kita rasakan sendiri.


Macet dan polusi adalah menu sehari-hari di kota-kota besar kita saat ini. Penyebabnya makin masifnya penggunaan kendaraan bermotor pribadi.

Orang-orang sekarang tampaknya makin malas berjalan kaki, naik sepeda, dan juga naik kendaraan umum. Ada segudang alasan yang bisa dilontarkan.

Naik kendaraan bermotor pribadi memang lebih nyaman ketimbang jalan kaki, naik sepeda maupun naik kendaraan umum. Belum lagi faktor gengsi. Masak punya jabatan mentereng jalan kaki? Masak bos naik sepeda? Masak pejabat naik angkot?

Ironinya, tidak sedikit dari mereka yang mengeluhkan soal kemacetan adalah mereka yang nyaris saban hari kemana-mana menggunakan kendaraan bermotor pribadi. Dengan demikian, mereka mengeluh, tetapi sesungguhnya mereka sendiri adalah bagian dari masalah yang mereka keluhkan.

Faktor kunci

Mengubah gaya hidup menjadi salah satu kunci dalam ikhtiar mengatasi kemacetan maupun polusi di kota-kota kita. Gaya hidup warga -- dari level jelata hingga pejabat -- perlu diarahkan kepada gaya hidup yang lebih bersahaja dan lebih ramah lingkungan. Go green, istilah kerennya.

Kita sesungguhnya bisa memulai dari diri sendiri dan keluarga kita untuk mempraktikkan gaya hidup lebih bersahaja dan lebih ramah lingkungan. Mulailah dengan lebih sering menggunakan sepeda, yang notabene sebagai transportasi rahmatan lil alamin.

Selain itu, seringlah berjalan kaki maupun menggunakan kendaraan umum. Derajat kita, wibawa kita tidak akan anjlog hanya gara-gara kita lebih sering bersepeda, berjalan kaki maupun naik transportasi umum.

Keputusan untuk mengganti penggunaan kendaraan bermotor pribadi ke penggunaan sepeda, berjalan kaki maupun naik transportasi publik, selain didorong oleh kesadaran dari dalam diri, dapat juga didorong oleh sejumlah regulasi, fasilitas serta insentif yang disediakan oleh para pengelola kota.

Maka, tugas para pengelola kota dalam hal ini adalah bagaimana membuat sejumlah regulasi dan menyediakan berbagai fasilitas memadai serta insentif menarik yang dapat medorong warga meninggalkan kendaaan bermotor pribadi mereka, untuk kemudian beralih menggunakan sepeda kayuh, berjalan kaki maupun naik transportasi umum untuk moda transportasi sehari-hari mereka.***

--

sumber : https://retizen.id/posts/236827/transportasi-rahmatan-lil-alamin
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler