Semua Mengungsi Hindari Serangan Abrahah, Ini Justru yang Dilakukan Ibunda Rasulullah SAW
Abrahah mengerahkan pasukannya untuk menyerang Kabah
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Banyak riwayat yang menjelaskan seputar kehamilan ibunda Nabi Muhammad SAW, Aminah.
Seperti dikutip dari buku Jalan Damai Rasulullah karya Fuad Abdurrahman, bahwa Aminah kerap didatangi orang-orang dalam mimpi, yang menyampaikan salam dan mengabarkan bahwa Aminah sedang mengandung manusia teragung penghulu para utusan Allah SWT.
Suatu malam, kerika purnama memancarkan sinarya dengan terang, sekali lagi, Amina mendengar suara berkata, "Tidak lama lagi kamu akan melahirkan tokoh umat ini. Kalau dia lahir, berdoalah memohon perlindungan untuknya kepada Yang Maha Esa dari semua yang iri hati dan namailah dia Muhammad."
Suatu hari, Abdul Muthallib datang ke rumah Aminah, menantunya. Dia meminta Aminah untuk bersiap-siap keluar dari rumah, seperti kebanyakan wanita kaumnya pada waktu itu, menuju bukit-bukit atau gunung-gunung Makkah untuk melindungi diri dan kandungannya dari kejahatan Abrahah dan pasukannya.
Mereka datang untuk menghancurkan Kabah. Namun, Aminah merasa berat meninggalkan rumahnya. Dia bersikeras untuk tetap tinggal di rumah. Dia yakin Allah SWT akan melindunginya dari kejahatan Abrahah karena sedang mengandung janin pemimpin umat ini. Hal itu mungkin merupakan hidayah dari Allah SWT yang datang kepadanya.
Dalam pertemuannya dengan Abdul Mathallib, Abrahah berkata, "Wahai Pemuka Kota Makkah, aku datang tidak untuk memerangi kalian. Aku datang hanya untuk menghancurkan Kabah, rumah Tuhan-Tuhan kalian. Jika kalian tidak menghalangi keinginanku, aku tidak akan memerangi kalian, jika kalian menghalangi, perang akan pecah antara kita, dan kalian tidak akan mampu melindungi rumah Tuhan-Tuhan kalian!"
Abdul Muthallib dengan kecerdasannya menjawab, “Kami tidak akan menghalangi ambisimu untuk menghancurkan Kabah. Kami tidak menginginkan perang. Kabah ini adalah rumah Allah yang dibangun Ibrahim, kekasih Allah. Kami akan menyerahkan urusan Ka’bah di antara engkau dan Allah. Jika Tuhan Ibrahim menghendaki, Dia akan menjaganya dan mencegah ambisimu. Sesungguhnya rumah ini memiliki Tuhan yang akan melindunginya darimu."
Selanjutnya, Abdul Muthallib meminta 200 ekor unta miliknya yang sebelumnya dirampas oleh Abrahah. Abrahah heran lalu bertanya, "Mengapa engkau memintaku untuk mengembalikan 200 unta milikmu dan tidak membela rumah Tuhan-Tuhan kalian?"
Dengan percaya diri, Abdul Muthalib berkata, "Karena aku adalah pemilik unta-unta itu. Sedangkan Kabah itu ada Tuhannya sendiri yang akan menjaganya.”
Baca juga: 5 Dalil yang Menjadi Landasan Pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad SAW
Penduduk Makkah telah bersiap mengungsi ke celah-celah, bukit dan gunung untuk menghindari kejahatan Abrahah dan pasukannya. Abdul Muthalib berjalan menuju Kabah. Dia lalu memegang gantungan di pintu Ka’bah, berdoa dengan keras dan dikuti orang-orang:
"Wahai Tuhan, aku tidak mengharap bantuan kepada selain Engkau Wahai Tuhan, cegahlah mereka dari rumah-Mu Sesungguhnya musuh rumah ini adalah musuh-Mu maka, cegahlah mereka yang akan menghancurkan tempat tinggal-Mu Jangan sampai salib mereka menang. Kekuatan mereka adalah musuh kekuatan-Mu. Semua pasukan dan gajah mereka datang dari negeri mereka."
Hampir semua penduduk Makkah meninggalkan...
Hampir semua penduduk Makkah meninggalkan Kota Makkah. Mereka berhamburan menyelamatkan diri.
Namun, Aminah binti Wahab, bertahan di rumahnya. Aminah sangat yakin bahwa Allah SWT akan melindungi rumah-Nya dari kejahatan pasukan Abrahah.
Dan, ternyata benar dugaan Aminah. Allah SWT menggagalkan rencana busuk Abrahah. Mereka menyuruh gajah-gajah mereka untuk menyerang Kabah, tetapi semua gajah tidak mau berjalan kendati dipukul atau dirayu dengan lembut sekalipun.
"Hadapkanlah gajah itu ke arah Syam, mungkin dia akan bergerak!" teriak salah seorang dari mereka. Baru sedikit saja mereka menghadapkan gajah itu ke arah Syam, tiba-tiba gajah sudah bergerak dengan cepat. Mereka lalu menghadapkan kembali gajah itu ke arah Kabah, tetapi lagi-lagi gajah itu bergeming. Begitu berulang-ulang. Sejurus kemudian, ketika panas menyengat, mereka melihat gumpalan awan hitam bergerak ke arah mereka. Tentu saja, mereka gembira dan mengira hujan akan turun. Gumpalan hitam itu mendekati mereka dan ternyata itu adalah burung-burung yang menjatuhkan batu-batu hitam panas ke arah mereka. Dalam sekejap, tubuh-tubuh mereka terbakar. Batu-batu itu masuk dari atas kepala dan menembus keluar dari telapak kaki mereka. Mereka bergelimpangan mati sambil teriak histeris:
فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍۭ "Tubuh mereka terkoyak-koyak laksana daun yang dimakan ulat.” (QS Al-Fil ayat 5)
Masing-masing burung membawa tiga batu kecil yang berasal dari Sijjil di kedua kakinya dan di paruhnya. Batu-batu kecil itu oleh pasukan burung dijatuhkan tepat mengenai kepala masing-masing pasukan bergajah.
Baca juga: 5 Dalil yang Menjadi Landasan Pelaksanaan Maulid Nabi Muhammad SAW
Abrahah sendiri tertimpa batu itu dan tidak mampu menolaknya, Namun, itu tidak membuatnya terbunuh.
Dia hanya terluka dan berdarah. Lalu, dia terjatuh dari gajahnya dengan darah bercucuran. Allah menghendaki ida tidak mati saat itu, agar peristiwa itu menjadi peringatan baginya. Abrahah dinaikkan ke atas gajah dan meninggalkan medan pertempuran. Abrahah mati sebelum sampai ke Yaman dan Kabah pun tetap berdiri megah.