Huawei Investasikan Rp 6,7 Triliun untuk Pacu Digitalisasi di Afrika
Afrika mewakili elemen penting dari ambisi pertumbuhan perusahaan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Raksasa teknologi China, Huawei, menginvestasikan 430 juta dolar AS (sekitar Rp 6,7 triliun dengan kurs Rp 15.300 per dolar AS) untuk membuka potensi besar di Afrika dalam digitalisasi dan teknologi pintar.
Hal itu diungkapkan Presiden Huawei Terry He pada acara Huawei Connect baru-baru ini di Shanghai, China, dilansir Zawya, Sabtu (30/9/2023).
Investasi itu akan dilaksanakan selama periode lima tahun di 28 negara di kawasan Afrika Utara dan akan digunakan untuk pendirian pusat cloud dan pelatihan digital profesional, termasuk spesialis teknologi dan pengembang perangkat lunak. Huawei berupaya mengintegrasikan teknologi pintar, khususnya kecerdasan buatan (AI), ke dalam sektor-sektor penting, termasuk kesehatan, pendidikan, transportasi, keuangan, pertanian, dan pertambangan.
Dalam sebuah pernyataan, Huawei mengatakan Afrika "mewakili elemen penting dari ambisi pertumbuhan perusahaan".
Sebagian besar penduduk Afrika (60 persen) berusia 25 tahun atau lebih muda. Potensi energi ramah lingkungan yang signifikan di benua ini juga menawarkan "keunggulan kompetitif" di era AI. Bagaimana modal akan dibelanjakan Berdasarkan rencana investasi lima tahun Huawei yang disebut "Masa Depan Cerdas", 200 juta dolar AS akan digunakan untuk mendirikan pusat cloud publik pertama di kawasan ini, yang akan menawarkan lebih dari 200 layanan cloud. Dana sebesar 200 juta dolar AS lainnya akan mendukung 200 "mitra perangkat lunak lokal dan memberdayakan 1.300 mitra saluran".
Huawei akan menyisihkan 30 juta dolar AS untuk melatih 10.000 pengembang lokal dan mendidik 100.000 profesional digital, guna menciptakan tenaga kerja terampil dan mendorong transformasi cerdas di kawasan ini. "Untuk mempercepat transformasi cerdas di Afrika Utara, Huawei akan mengintensifkan investasinya di bidang teknologi, ekosistem, dan sumber daya manusia," kata He.