26 Kecamatan di DIY Diimbau Antisipasi Dampak Kekeringan Meteorologis

Di beberapa kabupaten di DIY sudah lama tidak terjadi hujan.

Humas Pusdatin Kementan.
Areal lahan sawah milik petani yang mengalami kekeringan di Bukit Pathuk Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Rep: Silvy Dian Setiawan Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) YIA menyebut ada 26 kecamatan di DIY yang saat ini berstatus awas kekeringan meteorologis. Untuk itu, wilayah yang berstatus ini diminta untuk melakukan antisipasi.

Peringatan dini kekeringan meteorologis pun dikeluarkan BMKG untuk seluruh kecamatan tersebut. "Masyarakat serta pemerintah daerah setempat yang berada dalam wilayah peringatan dini agar mengantisipasi dampak kekeringan meteorologis," kata Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY, Reni Kraningtyas, Ahad (1/10/2023).

Reni menuturkan, 26 kecamatan tersebut tersebar di Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Kulon Progo, dan Kabupaten Sleman. Masing-masingnya ada delapan kecamatan di Bantul dan Gunung Kidul, sedangkan Kabupaten Kulon Progo ada satu kecamatan, dan di Kabupaten Sleman ada sembilan kecamatan yang berstatus awas.

Reni menjelaskan, delapan kecamatan di Bantul yang berstatus awas yakni Kecamatan Banguntapan, Bantul, Dlingo, Imogiri, Kasihan, Pundong, Sedayu, dan Sewon. Sedangkan, di Gunung Kidul yakni Kecamatan Gedangsari, Girisubo, Karangmojo, Ngawen, Playen, Ponjong, Tepus, dan Wonosari.

Lebih lanjut, di Kulonprogo yang berstatus awas yakni Kecamatan Girimulyo. Sementara di Sleman yang berstatus awas di Kecamatan Berbah, Cangkringan, Depok, Gamping, Kalasan, Ngemplak, Pakem, Sleman, dan Turi.

"(Kecamatan dengan) Status awas karena telah mengalami hari tanpa hujan lebih dari 61 hari, dan prakiraan curah hujan rendah dari 20 milimeter per dasarian dengan peluang terjadi di atas 70 persen," ucap Reni.

Untuk itu, seluruh kecamatan tersebut diminta melakukan antisipasi dampak kekeringan meteorologis pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan. Selain itu, BMKG DIY juga meminta untuk mengantisipasi pengurangan ketersediaan air tanah atau kelangkaan air bersih.

Termasuk mengantisipasi peningkatan potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Dengan begitu, masyarakat diminta untuk tidak menimbulkan sumber-sumber api yang dapat menyebabkan kebakaran, seperti tidak membakar sampah.

"(Kecamatan dengan) Status awas karena telah mengalami hari tanpa hujan lebih dari 61 hari, dan prakiraan curah hujan rendah dari 20 milimeter per dasarian dengan peluang terjadi di atas 70 persen," ungkapnya.

Sebelumnya juga diberitakan bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY menyebut bahwa sudah ada 21 kecamatan di DIY yang terdampak bencana kekeringan. Plt Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad mengatakan, dropping air terus dilakukan terhadap kecamatan-kecamatan yang terdampak bencana kekeringan ini.

Setidaknya, dropping air bersih sudah dilakukan di 100 titik di wilayah yang terdampak kekeringan. Total dropping air ini sudah mencapai 35 tangki air bersih.

"BPBD DIY lakukan dropping air ke Gunung Kidul, Bantul, dan Kulon Progo. Sudah mulai menggunakan dana tanggap darurat di Kulon Progo. Ada 100 titik dilakukan droping air dinas sosial dengan 35 tangki air bersih," kata Noviar, Kamis (28/9/2023).

Noviar menyebut, di beberapa kabupaten di DIY sudah lama tidak terjadi hujan. Bahkan, beberapa sumur warga juga sudah mengering seperti yang terjadi di Gunung Kidul.

Dengan begitu, dropping air akan terus dilakukan di wilayah-wilayah yang terdampak bencana kekeringan, dengan turut menggandeng pihak lainnya. Masing-masing kecamatan yang terdampak, katanya, juga masih bisa mencukupi sendiri kebutuhan untuk dropping air.

"Bantuan air bersih dengan dropping air bukan BPBD DIY saja yang bekerja, ada unsur masyarakat umum bekerja sama juga TNI," ujar Noviar.

Meski ada puluhan kecamatan di DIY yang terdampak kekeringan, namun Noviar mengatakan belum ada laporan gagal panen. "Semuanya masih bisa diantisipasi," kata Noviar.

Selain itu, Noviar juga meminta masyarakat untuk tidak membakar sampah mengingat dapat menyebabkan kebakaran hutan. Terlebih di lokasi-lokasi yang berdekatan dengan hutan maupun lahan.

"Kita ingatkan masyarakat agar tak bakar sampah, abai bakar sampah, merembet ke kebakaran hutan terjadi. Di Srumbung Magelang, 37 hektare area semak terbakar, bukan wilayah DIY tapi ada di perbatasan, maka kita turut bantu," tegasnya.

Baca Juga


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler