Kapan Kemarau Berakhir? Berikut Prediksi Awal Musim Hujan 2023/2024 dari BMKG

Awal musim hujan di seluruh kawasan Indonesia tidak terjadi secara bersamaan.

ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Awan mendung di kawasan Sentul, Kabupaten Bogor. BMKG memprediksi awal musim hujan pada Oktober.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kemarau berkepanjangan yang memicu kekeringan dan suhu panas membuat banyak orang menantikan musim hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan prediksi awal musim hujan di berbagai wilayah di Indonesia.


Koordinator Bidang Analisis Perubahan Iklim BMKG, Kadarsah, menyampaikan awal musim hujan di seluruh kawasan Indonesia tidak terjadi secara bersamaan. "Hingga pertengahan September 2023, sejumlah 72 zona musim (ZOM) atau sekitar 10 persen ZOM sudah memasuki musim hujan," ujar Kadarsah saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (3/10/2023).

Kawasan itu meliputi sebagian besar Aceh, sebagian besar Sumatra Utara, sebagian Riau, Sumatra Barat bagian tengah, dan sebagian kecil Kepulauan Riau. Demikian pula sebagian kecil Kalimantan Barat, sebagian kecil Sulawesi Tengah, sebagian kecil Maluku, dan sebagian kecil Papua Barat.

Kadarsah menginformasikan prediksi awal musim hujan 2023/2024 di sejumlah kawasan lainnya. Wilayah Jambi, Sumatera Selatan bagian utara, Jawa Tengah bagian selatan, sebagian Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah bagian barat, serta sebagian besar Kalimantan Timur diperkirakan akan mulai memasuki musim hujan pada bulan Oktober 2023.

Sementara itu, Sumatra Selatan, Lampung, sebagian besar Banten, Jakarta, Jawa Barat, sebagian besar Jawa Tengah, sebagian Jawa Timur, Bali, sebagian kecil NTB, sebagian kecil NTT, Sulawesi Utara, Gorontalo, sebagian Sulawesi Tengah, sebagian besar Sulawesi Selatan, Maluku Utara bagian utara, dan Papua Selatan bagian selatan akan merasakan musim hujan pada November 2023.

Ada sebagian kawasan yang diprediksi baru akan diguyur hujan pada Desember 2023, yakni Jawa Timur bagian utara, sebagian besar NTB, sebagian besar NTT, sebagian besar Sulawesi Tenggara, serta Maluku. Disebutkan Kadarsah, puncak musim kemarau sudah berlangsung pada September 2023.

Sepanjang September, hujan sangat jarang terjadi, serta tidak ada awan-awan di langit, sehingga pancaran sinar radiasi matahari pada siang matahari akan lebih maksimal. Pada September, gerak semu matahari menunjukkan bahwa posisi matahari mulai bergeser dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan.

Setidaknya hingga Oktober 2023, pancaran matahari akan terasa lebih maksimal di wilayah dekat khatulistiwa (Kalimantan), serta di lintang selatan (Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara). Selama musim kemarau, BMKG merilis data peta monitoring hari tanpa hujan (HTH), yang juga bisa dilihat di situs resmi BMKG.

Sebagian wilayah di Pulau Sumatra bagian Selatan, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, Sulawesi Utara dan Sulawesi bagian selatan, Maluku serta Papua bagian selatan telah mengalami hari tanpa hujan berturut-turut antara 21-60 hari.

Sementara, hari tanpa hujan kategori ekstrem panjang selama lebih dari 60 hari terpantau terjadi di wilayah Bangka Belitung, Sumatra Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua. HTH terpanjang tercatat selama 156 hari terjadi di Sumba Timur-Nusa Tenggara Timur.

Data tersebut bisa digunakan untuk mengetahui wilayah mana saja yang mengalami kekeringan meteorologis. Selanjutnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) atau Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bisa bertindak untuk mengatasi kekeringan.

"BNPB bisa mengakses informasi itu untuk mengetahui daerah mana saja yang perlu mendapat bantuan air bersih. Ada juga koordinasi di tingkat daerah untuk mengatasi masalah seperti ini," tutur Kadarsah.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler