Dinkes Kota Bekasi Bentuk Tim Investigasi Kasus Anak Meninggal Usai Operasi Amandel
IDI Kota Bekasi juga sudah mulai bekerja melakukan investigasi.
REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bekasi telah membentuk tim investigasi untuk mengungkap penyebab kematian pasien atas nama Benediktus Alvaro Darren (7 tahun) setelah menjalani operasi amandel di Rumah Sakit (RS) Kartika Husada. Dinas Kesehatan Kota Bekasi melibatkan beberapa unsur di antaranya Ikatan Dokter Indonesi (IDI), Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), tim spesialis ahli THT, konsultan anestesi.
"Jadi tim ini akan bekerja di dalam proses investigasi," Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Bekasi dr Fikri Firdaus, Rabu (5/10/2023).
Fikri menyampaikan pembentukan tim investigasi ini berdasarkan Pasal 75 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 47 tahun 2021 tentang Klasifikasi RS, Kewajiban RS, Akreditasi RS, Pembinaan, dan Pengawasan RS dan Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif. Meski Dinkes Kota Bekasi diberikan kewenangan membentuk tim investigasi, mereka tidak bisa menjatuhkan sanksi, karena hal itu kewenangan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berdasarkan Pasal 65, PP Nomor 47 tahu 2021.
"Kita tidak bisa melakukan itu (sanksi) yang berhak melakukan itu menurut Pasal 65, PP nomor 47 adalah Kemenkes" katanya.
Fikri menuturkan, tim investigasi sudah resmi dibentuk pada 3 Oktober 2023. IDI Kota Bekasi sudah mulai bekerja melakukan investigasi terhadap kematian pasien atas nama BAD.
"Dan hari ini secara klinis IDI melakukan investigasi atau kajian apa yang telah dilakukan dokter-dokter tersebut terkait operasi kepada pasien ananda Alvaro," katanya.
Dari hasil investigasi itu, tim akan melaporkannya kepada Dinkes Kota Bekasi. Jika ditemukan satu pelanggaran maka Dinkes Kota Bekasi akan merekomendasikan sanksi administratif, merekomendasikan pemberhentian sebagai layanan atau seluruh layanan.
"Jadi bukan menutup RS semuanya. Jika memang yang bersalah layanan THT, atau anestesi akan memberhentikan itu sesuai dengan rekomendasi yang diberikan kepada Kemenkes dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat," katanya.
Fikri mengatakan, pihaknya telah memberikan laporan kepada Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat terkait adanya kasus operasi amandal, namun menyebabkan kematian batang otak. Saat ini tim investigasi telah melakukan kajian terkait kasus yang dialami pasien atas nama BAD.
Sebelumnya, ayah dari Benediktus Alvaro Darren, Albert Francis menjelaskan, anaknya ketika itu dalam kondisi kritis dan tidak sadarkan diri selama dua pekan sejak operasi amandel dilakukan pada Selasa (19/9/2023) lalu. Albert juga menyampaikan sebelum anaknya meninggal dunia, dokter telah menyampaikan, BAD mengalami infeksi di paru-paru sebelah kanan akibat pemakaian ventilator yang terlalu lama.
Kejadian bermula saat dua anak Albert, BAD dan J (9 tahun), menjalani operasi amandel di RS Kartika Husada. Dua bocah ini dirujuk dari puskesmas ke rumah sakit tersebut lantaran menderita sakit tenggorokan dan telinga. Keduanya juga harus menjalani operasi pengangkatan amandel.
Anak kedua Albert, BAD, yang terlebih dulu dioperasi pada 19 September 2023. Kabar dari dokter, lanjut Albert, operasi BAD berjalan lancar. Akan tetapi, anak bungsunya itu tiba-tiba kesulitan bernapas beberapa saat kemudian.
Dokter lantas melakukan resusitasi jantung dan memasangkan ventilator terhadap BAD. Menurut Albert, korban dibawa ke ruang ICU dengan kondisi tidak sadarkan diri. Sejak saat itu, BAD tak kunjung siuman hingga akhirnya dinyatakan meninggal.
"Pengamatan dokter syaraf berdasarkan GCS (glasgow coma scale), di situ dokter mengeluarkan diagnosa bahwa anak saya mati batang otak," ujar Albert.
Komisaris RS Kartika Husada Jatiasih dr Nidya Kartika Yolanda mengaku tidak mengetahui dan tidak memiliki wewenang menjawab pertanyaan terkait operasi amandel yang berhubungan dengan mati batang otak. "Bukan ranah kami menjawab penyebabnya, tapi dokter terkait. Sekarang dokter terkait sedang dipanggil Dinas Kesehatan," kata dr Nidya dalam konfrensi pers yang digelar pada Selasa (3/10/2023).
Nidya hanya mengatakan bahwa kematian batang otak itu terjadi karena beberapa faktor. Namun, Nidya tidak menjelaskan faktor apa saja operasi amandel itu menjadi penyebab batang mati otak.
"Kita sudah melaksanakan sesuai SOP-nya. Sebelum melakukan tindakan, sudah kami sampaikan setiap risiko yang timbul pascaoperasi," ungkapnya.