Dapat Durian Runtuh, Warga Desa Rajek Grobogan Masak Pakai Gas Rawa, Tak Perlu Lagi Beli LPG
Gas rawa atau biogenic shallow gas adalah gas yang terbentuk dari bakteri metagonik pada lingkungan rawa yang merupakan lingkungan anaerobik
Kurusetra -- Salam Sedulur... Ada sejumlah bahan bakar alternatif untuk memasak selain memakai gas elpiji. Seperti yang dilakukan warga desa di Kabupaten Grobogan, tepatnya di Desa Rajek Kecamatan Godong yang memanfaatkan gas rawa untuk memasak selama enam tahun terakhir.
Penggunaan gas rawa untuk memasak membuat warga Desa Rajek Grobogan tidak bergantung kepada elpiji bersubsidi. “Alhamdulillah, saya pakai gas rawa sudah sekitar enam tahun, sejak tahun 2017 tidak pakai gas elpiji. Cukup pakai gas rawa saja untuk memasak,” kata Siti Aminingsih, warga Desa Rajek di Kabupaten Grobogan, seperti dinukil dari Antara, Selasa (3/10/2023).
Baca Juga: Siap-Siap Bawa Payung yang Mau Liburan ke Puncak, BMKG Prediksi Bogor Hujan Ringan Akhir Pekan Ini
Siti menceritakan, memasak menggunakan gas rawa, jauh lebih aman dan nyaman dibandingkan memasak menggunakan kompor gas elpiji. Apalagi, saat memakai gas elpiji, dirinya kerap kesulitan mencari gas elpiji isi ulang di sekitar tempat tinggalnya.
“Kalau dulu ada elpiji, bingung nyari-nyari ke warung. Kalau sekarang pakai gas rawa, Alhamdulillah sudah siap gasnya. Setiap kali dibutuhkan, gas sudah ada,” ujar perempuan berusia 46 tahun ini.
Saat masih memakai gas elpiji, Siti mengungkapkan dalam satu bulan bisa empat kali membeli tabung gas ukuran 3 kilogram. Artinya dalam kurun waktu seminggu mengeluarkan uang Rp20 ribu untuk membeli gas elpiji isi ulang ukuran 3 kilogram. Sejak menggunakan gas rawa, Siti bisa menghemat pengeluarannya dan bisa mengalihkan uang yang biasa dipakai membeli gas elpiji isi ulang untuk keperluan lainnya.
Baca Juga: Mengenal Kopassus, Pasukan Elite TNI yang Tumpas RMS Sampai PKI
Teknisi separator gas rawa Desa Rajek, Sarmadi, mengatakan distribusi gas rawa ke rumah warga menggunakan dua separator. Separator pertama berfungsi memisahkan air dan gas, sedangkan separator kedua berfungsi mengalirkan gas murni ke rumah warga.
“Kualitas gas rawa dibandingkan dengan biogas itu ya jelas tinggi gas rawa. Lebih bagus gas rawa. Dari segi keamanannya juga lebih nyaman gas rawa. Maksudnya kan (gas rawa) lebih cepat untuk memasak, voltasenya besaran gas rawa, lebih ringan gas rawa,” ujarnya.
Apa itu gas rawa?
Dinukil dari situs resmi Pemprov Jawa Tengah, pemanfaatan gas rawa diharapkan mampu dikembangkan sebagai sumber energi alternatif baru oleh masyarakat sekaligus mewujudkan kemandirian energi desa di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya. Gas rawa atau biogenic shallow gas merupakan gas yang terbentuk dari bakteri metagonik pada lingkungan rawa yang merupakan lingkungan anaerobik.
Gas ini terdapat pada lapisan batuan yang dangkal. Gas rawa saat ini telah dikembangkan di Jawa Tengah sebagai salah satu sumber energi alternatif.
Gas rawa ini juga tergolong ramah lingkungan dan dapat digunakan untuk menggantikan LPG. Aplikasi gas rawa di sejumlah wilayah Jateng diharapkan mendorong pembangunan ekonomi masyarakat setempat. Pengembangan gas rawa ini juga menjadi bagian dari diversifikasi energi, mendorong ketahanan energi.
Gas Rawa untuk Semua Warga
Pada 2020, Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah membangun instalasi gas rawa di Desa Bantar untuk 25 kepala keluarga. Kemudian pada tahun berikutnya instalasi diperluas menjadi 100 kepala keluarga dengan instalasi terjauh sepanjang 600 meter.
Penggunaan gas rawa ini bisa menghemat sekitar 72 persen biaya LPG. Biasanya, masyarakat menggunakan 3 tabung LPG seharga Rp 23 ribu rupiah per bulan, tetapi sekarang tidak perlu membayar untuk LPG.
Pemprov Jateng memanfaatkan gas rawa untuk mendukung kemandirian energi desa. Kegiatan ini mendukung program transisi energi Indonesia sekaligus memetakan potensi dan inovasi berbasis komunitas yang muncul.
Warga di Desa Rajek, Jawa Tengah memanfaatkan gas alam metana (CH4) yang dijuluki “gas rawa” yang berasal dari sumur bor yang mengeluarkan gas di salah satu pekarangan warga setempat. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013 merespons dengan mengirim tim ahli geologi untuk melakukan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan kandungan gas alam yang terpendam di bawah Desa Rajek melimpah dan secara ilmiah ahli geologi yang diterjunkan menyebutkan gas rawa tersebut adalah gas alam yang berada di kedalaman yang dangkal yang terbentuk dari fosil hewan dan tumbuhan di kedalaman sekitar 30-40 meter.
Gas alam tersebut kemudian dialirkan ke seluruh rumah warga karena potensi gas alamnya sangat mencukupi dan tidak berbahaya karena tekanannya yang relatif rendah, sehingga bisa digunakan hingga puluhan tahun ke depan. Proses pemanfaatan gas rawa di Desa Rajek juga cukup sederhana pertama gas diambil dari sumur bor yang mengandung gas kemudian gas yang masih bercampur air dipisahkan menggunakan separator atau mesin pemisah yang terdapat dua tabung yang berbeda yaitu tabung untuk menampung air dan tabung untuk menampung gas.
Baca Juga: Sejak Gas Jadi Bahan Penerangan di Batavia, Tempat Hiburan Malam Pun Merajalela
Dari tabung berisi gas itulah kemudian baru disalurkan ke rumah-rumah warga yang hanya perlu membayar biaya Rp 15.000 untuk biaya perawatan alat dan kas desa. Warga berharap kepada pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan pihak terkait agar terus menyempurnakan pemanfaatan gas rawa di Desa Rajek agar bisa dimanfaatkan secara optimal, adil dan merata sehingga tercipta kesejahteraan di masyarakat.
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.