Erick Thohir Bisa Dukung Pengembangan Inklusi dan Literasi Keuangan Syariah

Tingkat literasi dan inklusif keuangan syariah masih rendah.

Dok. Instagram/@erickthohir
Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah Erick Thohir.
Rep: Rahayu Subekti Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) kini memiliki tantangan untuk meningkatkan literasi dan inklusi ekonomi serta keuangan syariah. CEO MarkPlus Islamic Taufik mengungkapkan, ada beberapa hal yang perlu ditingkatkan untuk mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah.

Baca Juga


Taufik mengapresiasi saat ini ekosistem keuangan syariah sudah mulai berkembang, tapi masih membutuhkan banyak kreativitas.

"Masih perlu kreativitas baru terutama memanfaatkan digitalisasi keuangan yang sekarang kalau kita lihat sudah semakin luas," kata Taufik kepada Republika.co.id, Rabu (11/10/2023).

Taufik menyarankan bank syariah harus lebih aktif untuk melakukan pendekatan langsung kepada masyarakat melalui ekosistem digital. Salah satunya, yakni layanan pilihan pembayaran di e-commerce yang saat ini sering digunakan masyarakat yang memliki transaksi cukup besar.

"Dengan lebih masif lagi masuk ke layanan digutal ini akan meningkatkan inklusi tadi. Termasuk juga sekarang sudah banyak yang menjual makanan halal, hijab, dan produk lainnya. Ini sesuatu yang gampang dilakukan sebenarnya," ujar Taufik.

Taufik menambahkan, jika pendekatan melalui layanan keuangan digital sudah dilakukan akan memudahkan dalam melakukan edukasi kepada masyarakat. Khususnya dalam mengedukasi untuk meningkatkan literasi ekonomi syariah dan penggunaannya.

Sebab, Taufik menekankan saat ini bank perkereditan rakyat (BPR) sudah memiliki aplikasi maaing-masing. Menjadi salah satu pilihan pembayaran bagi masyarakat merupakan upaya yang efektif untuk mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah.

Terlebih, MES saat ini juga memiliki ketua umum baru, yakni Erick Thohir yang juga menjadi menteri Badan Usaha Miliki Negara (BUMN). Taufik menyarankan, dengan jaringan luas yang dimiliki, Erick bisa mendukung pengembangan inklusi dan literasi keuangan syariah.

"Sekarang Ketua Umum MES yang baru punya banyak jaringan. Kenapa tidak dilakukan pendekatan ke sana. Kan sekarang bisa mengajak pengusaha besar masuk ke sana," kata Taufik.

Taufik mengingatkan, jangan sampai pergerakan perbankan syariah kalah dengan masifnya pinjaman online dan judi online di tengah masyarakat. Produk perbankan syariah menurutnya harus terus dimunculkan di banyak kesempatan dengan pendekatan langsung kepada masyarakat.

Dia menambahkan, dalam melakukan sosialisasi produk jasa keuangan syariah juga dapat memanfaatkan influencer. Tak hanya influencer dengan pengikut yang banyak, untuk tingkat lokal juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan kerja sama dalam meningkatkan literasi dan inklusi ekonomi keuangan syariah.

"Bisa kerja sama (dengan influencer di tingkat lokal). Tapi, yang penting mereka aktif dan bisa dijadikan partner untuk melakukan edukasi. Bisa bikin judul atau video yang bagus diajak kerja sama," ujar Taufik.

Taufik juga memastikan saat ini sudah melakukan kerja sama dengan MES. Dia mengatakan, Markplus Islamic menyarankan untuk memaksimalkan kerja sama yang melibatkan banyak komunitas.

Dia menyebut, biasanya komunitas juga memikiki influencer yang bagus dengan pengikut yang cukup banyak. Selain itu komunitas juga memiliki media sosial yang cukup banyak pengikutnya.

Taufik menilai, edukasi akan efektif jika dilakukan terus menerus. "Namanya edukasi itu kan butuh berulang-ulang. Seperti pinjol saja itu kenapa banyak orang pakai karena promosinya memang berulang-berulang. Termasuk juga judi online begitu kan endorse influencer orang tertarik," ujar Taufik.

Untuk itu, Taufik menekankan, produk dan layanan dari keuangan syariah yang sudah semakin bagus perlu dimaksimalkan lagi dalam pendekatan langsung kepada masyarakat. Kolaborasi dengan komunitas bisa menjadi pilihan bagi MES dalam mendukung peningkatan inklusi keuangan syariah.

Sebelumnya, Ketua Umum MES Erick Thohir mengatakan, banyak masyarakat yang belum menggunakan produk dan jasa keuangan syariah. Tak hanya itu, tingkat literasi dan inklusif keuangan syariah masih rendah yaitu tercatat 9,14 persen dan 12,12 persen.

"Capaian ini jauh tertinggal dibandingkan indeks literasi inklusi keuangan nasional, yaitu yang sebesar 49,68 dan 85 persen," kata Erick.

Salah satu faktor masih lambatnya pertumbuhan ekonomi syariah adalah diferensiaasi model bisnis produk syariah yang masih terbatas. Selain itu, inovasi dan kreativitas pelaku industri syariah juga masih sangat dibutuhkan untuk menciptakan model bisnis produk syariah yang tentu tepat yang mengikuti pada zamannya.

"Pemenuhan sumber daya manusia yang belum memadai, sumber daya manusia dengan kepakaran di bidang ekonomi dan keuangan syariah juga diperlukan agar industri halal dan sektor keuangan syariah bisa terus berkembang secara optimal," ujarnya.

Untuk itu diperlukan kerja sama dan berbagai pihak, di sinilah peran besar masyarakat ekonomi syariah yang diharapkan dapat berkontribusi secara optimal dalam mengembangkan ekonomi syariah demi kemaslahatan umat. Erick menekankan, hal utama yang paling penting adalah kontribusi masyarakat Indonesia dalam pengembangan ekonomi syariah itu sendiri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler