PLN Group Siap Produksi Solar Panel dengan Teknologi Mutakhir

Untuk melakukan transisi energi, PLN melakukan kolaborasi dengan banyak pihak.

Dok. PLN
Penandatanganan shareholders agreement PT Trina Mas Agra Indonesia (TMAI) oleh PLN Indonesia Power (IP) Renewables dengan manajemen TMAI pada Rabu, (11/10) di Jakarta. Kiri ke kanan (atas): Krisnan Cahya (President Director DSS), Wu Yingjiang (Director of Global Capacity Management Trina Solar), Saleh Husin (Managing Director Sinarmas), Gao Huichun (President of Jiangsu Trina Solar Smart Distributed Energy), Franky Oesman Widjaja (Board Member Sinar Mas Group), Gao Jifan (CEO Trina Solar), Taufiek Bawazier (Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kemenperin), Darmawan Prasodjo (Direktur Utama PLN), Hartanto Wibowo (Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PLN), Harvey Tjokro (President Director PT Agra Surya Energi), dan Edwin Nugraha (Direktur Utama PLN IP). Kiri ke kanan (bawah): Zhang Yanfei (Director TMAI), Lokita Prasetya (Vice President Director DSS), Ooi Kok Tiong (President Director TMAI), dan Wiryantono Setyolaksono (Direktur Utama PLN IP Renewables).
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN (Persero) melalui PLN Indonesia Power Renewables melakukan penandatanganan shareholders agreement joint venture bersama Trina Solar, Sinar Mas dan Agra Surya Energi sebagai milestone masuknya PLN ke dalam industri manufaktur energi baru terbarukan (EBT). Perusahaan gabungan antara PLN Indonesia Power Renewables dengan PT Trina Daya Agra Energy (TDAE) ini nantinya akan memproduksi sel dan panel surya (solar panel).

Baca Juga


TDAE adalah gabungan Trina Solar Co Ltd dan joint venture antara PT Dian Swastatika Sentosa dan PT Agra Surya Energy. Saat ini, pembangunan Pabrik Sel dan Panel Surya terbesar di Indonesia tengah dilakukan di Kawasan Industri Kendal, Jawa Tengah.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyampaikan rasa bangga dan apresiasinya atas kolaborasi tersebut. Dirinya pun berharap kolaborasi yang kuat ini sebagai kunci utama upaya menyelamatkan bumi dari perubahan iklim.

”Hari ini adalah hari yang bersejarah, saya sangat mengapresiasi dan bangga atas terjalinnya kolaborasi ini. Untuk melakukan transisi energi kami tidak bisa sendiri, dibutuhkan kolaborasi dengan berbagai pihak baik dari sisi kebijakan, teknologi, inovasi, dan investasi, karena masalah iklim merupakan permasalahan global,” ujar Darmawan, mengutip keterangan tertulis, Jumat (13/10/2023).

Darmawan menjelaskan, pihaknya akan memberikan upaya terbaiknya dalam perusahaan joint venture tersebut. Hal ini sejalan dengan potensi energi surya di Indonesia yang sangat besar mencapai 207 Gigawatt (GW).

”Dengan cara seperti ini kolaborasi akan berlangsung jangka panjang dalam upaya mengembangkan industri EBT dalam negeri. Hal ini juga akan mampu meningkatkan perekonomian Indonesia, sekaligus membangun kapasitas nasional,” lanjut Darmawan.

Darmawan mengungkapkan guna mencapai target produksi sebesar 1 Gigawatt Peak (GWP) akan digunakan teknologi TOPCon (Tunnel Oxide Passivated Contact) yang belum ada di industri Solar PV dalam negeri. Melalui teknologi TOPCon, efisiensi panel surya dapat ditingkatkan menjadi 28,7 persen dari rata-rata efisiensi saat ini berkisar 20 persen.

Chaiman Trina Solar Gao Jifan menyampaikan dirinya juga sangat mengapresiasi kolaborasi dengan berbagai perusahaan salah satunya PLN dalam upaya mencapai karbon netral. Menurutnya saat ini dalam menjalankan bisnis bukan semata mencapai sisi ekonomi, tapi penting juga bagaimana memastikan keberlangsungan kehidupan generasi mendatang.

”Kita berkumpul bersama pada kesempatan ini untuk menyambut masa depan yang baru. Karbon netral ini bukan hanya masalah ekonomi tetapi juga untuk masa depan yang lebih baik sejalan dengan visi China dan Indonesia yang menargetkan karbon netral di tahun 2060, dan acara hari ini adalah tonggak dimulainya aksi kita. Sangatlah berarti jika hal ini dilakukan di Indonesia. Karena Indonesia mempunyai potensi yang besar, di mana Indonesia diprediksi akan menjadi lima besar perekonomian di dunia di masa depan,” jelas Gao Jifan.

Menurut Gao, potensi tersebut didukung oleh lokasi Indonesia yang strategis serta pemangku kepentingan yang dinilainya sangat mendukung iklim usaha di Indonesia. Senada dengan hal tersebut, Board Member Sinar Mas Group Franky Oesman Widjaja menilai upaya kolaborasi ini penting dilakukan sejalan dengan komitmen bersama dalam mendukung transisi ke sumber energi terbarukan.

”Ini akan menjadi langkah yang sangat progresif untuk mengakselerasi energi terbarukan, kami di sini untuk mendukung proyek kemitraan ini, dan proyek yang kita lakukan ini punya banyak ruang untuk dikembangkan,” kata Franky.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler