Israel Memutus Aliran Listrik dan Pasokan Air ke 5.000 Tahanan Palestina
Langkah Israel sebagai bagian dari menerapkan pengepungan total di Jalur Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Israel memutus aliran listrik dan pasokan air bagi tahanan Palestina yang ada di penjara-penjara Israel. Ini dilakukan untuk mencegah mereka membantu konflik antara pasukan Israel dan pejuang perlawanan Palestina di luar penjara.
"Listrik telah diputus untuk semua tahanan Palestina untuk memblokir semua akses ke media dan sarana komunikasi oleh para tahanan yang berpotensi memberikan bimbingan. atau instruksi kepada pejuang perlawanan Palestina yang saat ini memerangi pasukan Israel," kata Pejabat senior di Layanan Penjara Israel, dikutip dari Middle East Monitor, Jumat (13/10/2023).
Keputusan untuk menghentikan pasokan listrik bagi para tahanan dikeluarkan oleh Komisaris Layanan Penjara Katy Perry. Ia juga memerintahkan pada Sabtu lalu agar pemutusan terseut diberlakukan pada semua tahanan Palestina di penjara-penjara Israel, termasuk mengurung mereka di sel.
Namun, menurut Kelompok Tahanan Palestina, bukan hanya aliran listrik yang dihentikan dan disita dari para tahanan, namun juga pasokan air mereka. "Lebih dari 5.250 tahanan Palestina menghadapi risiko bencana nyata di penjara-penjara Israel setelah keputusan pendudukan Israel untuk memutus aliran listrik dan air di penjara-penjara tersebut," kata kelompok itu.
Langkah otoritas penjara Israel ini dilakukan di tengah taktik pemerintah yang lebih luas yang menerapkan pengepungan total di Jalur Gaza dan memutus semua pasokan listrik, air, makanan, bahan bakar dan bantuan ke wilayah tersebut.
Hal itu dilakukan ketika militer Israel melakukan kampanye pemboman dan serangan udara yang brutal terhadap Hamas dan penduduk sipil Gaza. Dari 5.250 narapidana, dilaporkan terdapat 39 narapidana perempuan dan lebih dari 170 anak-anak, sehingga risiko yang mereka hadapi jauh lebih parah.
Setelah mendeklarasikan perang terhadap pejuang Palestina, Israel mengintensifkan pengeboman di Jalur Gaza pada Senin (9/10/2023). Israel bertujuan untuk mengakhiri kekuasaan kelompok Hamas di Gaza.
Dalam beberapa hari terakhir kelompok Hamas melancarkan serangan ke luar Gaza. Dilaporkan setidaknya 700 orang tewas di Israel. Jumlah ini merupakan korban jiwa yang sangat besar dan belum pernah dialami Israel selama beberapa dekade terakhir.
Sementara lebih dari 400 orang meninggal dunia di Gaza. Pejuang Palestina telah menahan lebih dari 130 tawanan dari pihak Israel.