Lima Pembantaian Milisi Zionis dalam Peristiwa Nakba

Lebih dari 750 ribu rakyat Palestina terusir dari negaranya sendiri pada tahun 1948.

AP Photo/Hatem Ali
Warga Palestina meninggalkan rumah mereka menyusul serangan udara Israel di kamp pengungsi Rafah, Jalur Gaza selatan, Kamis, 12 Oktober 2023.
Rep: Kamran Dikarma Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada Jumat (13/10/2023), memperingatkan akan adanya bencana Nakba kedua yang dihadapi warga Palestina setelah tentara Israel memerintahkan lebih dari 1 juta orang untuk mengungsi dari Gaza utara.

75 tahun silam, rakyat Palestina mengalami peristiwa menyakitkan, yakni diusir dari tanah airnya sendiri. Hingga kini peristiwa menyakitkan yang dikenal sebagai hari Nakba itu selalu diperingati setiap tanggal 15 Mei.

Nakba, yang dapat diartikan bencana atau malapetaka, adalah momen terusirnya lebih dari 750 ribu warga Palestina ketika Israel berdiri pada Mei 1948. Pembantaian dan genosida yang dilakukan milisi Zionis kala itu turut mendorong warga Palestina berbondong-bondong meninggalkan tanah mereka.

Terdapat puluhan pembantaian yang dilakukan milisi Zionis sebelum, sesaat, dan sesudah Israel dideklarasikan berdiri sebagai sebuah negara. Jewish Irgun, Haganah, dan Stern Gang adalah tiga milisi Zionis yang terlibat dalam aksi pembantaian tersebut.

Dikutip laman Aljazirah, berikut lima pembantaian yang dilakukan ketiga milsi Zionis itu.

1. Balad al-Sheikh

Pada 31 Desember 1947, milisi Zionis Haganah melakukan serangan besar pertama terhadap desa Balad al-Sheikh yang terletak di sebalah timur kota Haifa. Menurut Walid Khalidi dalam bukunya “All That Remains”, sebanyak 60 hingga 70 warga Palestina tewas diserangan kelompok Haganah.

Perintah dari pemimpin Haganah adalah untuk membunuh lelaki dewasa sebanyak mungkin. Dalam aksinya Palmach (pasukan elite Haganah) melepaskan berondongan tembakan dan meledakkan rumah-rumah di Balad al-Sheikh. Mereka kemudian memilah para lelaki dewasa untuk dibunuh.

Setelah penyerangan dan pembantaian tersebut, pada 7 Januari 1948, banyak warga Palestina yang tersisa di Balad al-Sheikh memutuskan meninggalkan desa tersebut. Pada akhir April 1948, pasukan Zionis mencaplok dan menduduki wilayah itu.

2. Saasaa

Pada 1948, milisi Haganah melakukan dua pembantaian, yakni pada pertengahan Februari dan akhir Oktober. Menurut buku “All That Remains” karya Walid Khalidi, pada 15 Februari 1948, pasukan Palmach menyerang desa Saasaa dan meledakkan sejumlah rumah. Menurut Haganah, serangan mereka menghancurkan 11 rumah dan menyebabkan puluhan orang tewas. Kala itu New York Times melaporkan bahwa aksi teror Haganah di desa Saasaa menewaskan 11 orang, lima di antaranya anak-anak.

Desa Saasaa kembali diserang Haganah pada 30 Oktober 1948. Mantan kepala staf nasional Haganah, Israel Galili, mengungkapkan, dalam serbuan kedua, pembunuhan massal terjadi. Namun jumlah pasti dari korban tewas tidak jelas. Tak ada laporan terperinci mengenai penyerangan kedua yang dilakukan Haganah ke Saasaa.

Sebelum 1948, Saasaa dikenal sebagai desa penghubung banyak pusat kota, termasuk Safad. Di Saasaa, pohon apel, zaitun, serta anggur tumbuh dan menghiasi desa tersebut. Pada 1949, Israel mendirikan permukiman di desa tersebut dengan nama yang sama.

Baca Juga


 

3. Deir Yassin

Pada 9 April 1948, lebih dari 110 laki-laki, perempuan, dan anak-anak Palestina di desa Deir Yassin dibantai pasukan Zionis. Itu menjadi pembantaian paling keji dan biadab yang dilakukan pasukan Zionis. Warga Palestina yang ditangkap dikumpulkan dan diarak melalui Kota Tua Yerusalem. Beberapa di antara mereka kemudian dibawa ke tambang terdekat dan dieksekusi pasukan Zionis. Sementara yang lainnya dibawa kembali ke desa dan dibunuh.

Menurut Institute for Palestine Studies (IPS), pada 1948, terdapat 144 rumah di desa Deir Yassin yang dihuni oleh 750 penduduk. IPS mengungkapkan, penyerangan dan pembantaian yang dilakukan pasukan Zionis terhadap penduduk Deir Yassin menjadi salah satu pemicu eksodus warga Palestina.

Menurut Zochrot, sebuah LSM Israel yang bekerja untuk mendukung hak penuh kembalinya warga Palestina yang diusir selama pembentukan Israel, 55 anak kecil menjadi yatim piatu akibat pembantaian di Deir Yassin.

4. Saliha

Pada 30 Oktober 1948, brigade Sheva (Ketujuh) tentara Israel melakukan pembantaian di desa Saliha. Mereka menggeruduk desa tersebut dan meledakkan sebuah bangunan yang didalamnya terdapat 60 hingga 94 warga Palestina yang tengah mengungsi. Terdapat dugaan bahwa bangunan yang diledakkan brigade Sheva itu adalah masjid. Saat ini di bekas lokasi desa Saliha berdiri permukiman Israel bernama Yir’on dan Avivim.

5. Lydda (Lydd/Lod)

Pada 9 Juli 1948, pasukan Zionis melancarkan operasi militer besar-besaran yang dikenal sebagai Operasi Dani. Tujuannya menduduki kota Lydda dan Ramla. Antara 9 dan 13 Juli 1948, milisi Zionis membunuh puluhan warga Palestina. Menurut Salman Abu Sitta’s Atlas of Palestine, kemungkinan sebanyak 200 orang terbunuh dalam operasi tersebut.

“Pembantaian terjadi dalam dua tahap: yang pertama pada masa pendudukan kota, dan yang kedua selama operasi pengusiran massal penduduknya, yang dianggap sebagai salah satu tindakan pembersihan etnis terbesar ('operasi pemindahan') yang dilakukan oleh Israel,” kata Interactive Encyclopedia of the Palestine Question.

Milisi Israel mengusir antara 60 dan 70 ribu penduduk dari Lydda dan Ramla dalam Operasi Dani. Mereka yang mencari perlindungan di masjid Lydda dibantai. Antara 80 dan 176 orang di dalam Masjid Dahmash dibantai dengan senapan mesin, granat, dan roket. Sementara 25 orang lainnya tewas di tempat lain.

Sisanya diusir dengan todongan senjata dalam apa yang kemudian dikenal sebagai "pawai kematian" ke Ramallah. Pria tua, wanita, serta anak-anak jatuh di pinggir jalan, sekarat karena kelelahan, dehidrasi, dan penyakit.

Operasi Dani diketuai langsung oleh Yitzhak Rabin dengan persetujuan David Ben-Gurion. Belakangan keduanya bakal menjabat sebagai perdana menteri Israel.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler