PM Palestina: Genosida Massal Sedang Terjadi di Gaza

2.750 warga Palestina meninggal dan 9.700 terluka dalam serangan udara Israel di Gaza

AP Photo/Fatima Shbair
Warga Palestina mencari korban selamat pasca serangan udara Israel di Khan Younis, Jalur Gaza, Senin, 16 Oktober 2023.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Israel telah membantai seluruh keluarga Palestina selama pemboman di Jalur Gaza. Dalam pidato yang disiarkan di televisi pada Senin (16/10/2023), Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh mengatakan, ribuan warga Gaza meninggal dan banyak lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka ketika pesawat tempur Israel membombardir lingkungan demi lingkungan di daerah kantong yang terkepung.

Baca Juga


"Situasi di Gaza dapat mengarah pada skenario Nakba lainnya, genosida massal sedang terjadi (di Gaza)," ujar Shtayyeh.

Shtayyeh meminta komunitas internasional untuk mengutuk perang Israel di Gaza. Dia mengatakan, pengepungan yang sedang berlangsung telah menyebabkan ribuan orang mengungsi. Shtayyeh juga menegaskan, dia sedang berdiskusi dengan organisasi kemanusiaan untuk memungkinkan pengiriman bantuan medis dan kemanusiaan ke warga Gaza.

Kementerian Kesehatan pada Senin mengatakan, setidaknya 2.750 warga Palestina telah meninggal dan 9.700 lainnya terluka dalam serangan udara Israel di Gaza sejak 7 Oktober Israel bersiap untuk melancarkan invasi darat ke Gaza.

Israel telah memanggil sekitar 360.000 tentara cadangan, dan telah menempatkan diri di sepanjang perbatasan Gaza. Israel juga memulai latihan yang akan menjadi kampanye luas untuk membubarkan kelompok perlawanan Palestina, Hamas. 

Para pejabat Israel tidak memberikan jadwal kapan serangan darat akan dimulai. Menurut kelompok bantuan, serangan darat Israel dapat mempercepat krisis kemanusiaan di wilayah Gaza.

Lebih dari 100 truk yang membawa bantuan kemanusiaan sedang menunggu masuk di perbatasan Rafah pada Senin menyusul laporan bahwa gencatan senjata antara Israel, Mesir, dan PBB akan segera berlangsung. Namun, pejabat Hamas Izzat El Reshiq mengatakan kepada Reuters, menepis laporan tentang pembukaan perbatasan Rafah dengan Mesir atau gencatan senjata. Israel juga mengeluarkan pernyataan yang menyangkal bahwa gencatan senjata sedang berlangsung di Gaza selatan.

Perang Palestina-Israel terbaru dimulai pada Sabtu (7/10/2023) ketika Hamas memulai Operasi Badai Al-Aqsa terhadap Israel. Hamas melancarkan serangan mengejutkan dengan menembakkan ribuan roket dan infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara.

Hamas mengatakan, serangan ini merupakan tanggapan keras atas penyerbuan Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur oleh pemukim Yahudi, dan meningkatnya kekerasan pemukim Israel terhadap warga Palestina. Israel dibuat kewalahan dengan operasi mendadak Hamas yang menggunakan taktik jenius.

Menanggapi tindakan Hamas, militer Israel melancarkan Operasi Pedang Besi di Jalur Gaza. Serangan udara Israel menghancurkan rumah warga sipil Gaza, gedung perkantoran, dan fasilitas publik seperti sekolah.

Ribuan warga sipil Gaza, termasuk anak-anak meninggal dunia. Respons Israel meluas hingga memotong pasokan air dan listrik ke Gaza, yang semakin memperburuk kondisi kehidupan di wilayah yang terkepung sejak 2007.

Israel telah memerintahkan evakuasi warga Palestina ke Gaza selatan. Namun di tengah perintah evakuasi itu, pemboman terus berlangsung hingga Gaza selatan yang dinilai cukup aman.

Warga Palestina di Gaza terjebak dalam pemboman Israel. Sementara rumah sakit kewalahan menerima korban luka maupun meninggal dunia akibat serangan Israel. Ditutupnya perbatasan Rafah menyebabkan pasokan obat-obatan semakin menipis.

sumber : Reuters, AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler