Banyak Negara Seolah ‘Bungkam’ Terhadap Konflik Israel-Palestina, Apa Alasannya?

Ada banyak alasan negara di dunia cenderung tak ikut campur konflik Israel-Palestina.

ANTARA FOTO/Feny Selly
Sejumlah peserta aksi menunjukkan poster yang bertulis solidaritas terhadap Palestina di simpang lima DPRD Provinsi Sumsel Palembang, Sumsel, Senin (16/10/2023). Aksi yang diikuti puluhan Aliansi Pemuda Sumsel Bergerak ini mengecam tindakan Israel terhadap Palestina.
Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG --Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Andalas, Sumatra Barat, Virtuous Setyaka, menilai dunia memiliki momentum untuk mendesak Israel agar tidak lagi menjajah Palestina. Menurut dia, dalam perang itu, Israel banyak melanggar hukum atau tidak mengindahkan hukum perang internasional.

Baca Juga


"Karena itu bisa menjadi momentum bagi negara di dunia untuk mendesak Israel agar tidak lagi menjajah Palestina," katanya di Padang, Senin (16/10/2023).

Secara politik internasional, dukungan negara tertentu kepada negara lain itu sah-sah saja, namun harus dipahami bahwa kekejaman dan penjajahan yang dilakukan Israel harus segera dihentikan oleh negara-negara di dunia terutama PBB.​ "Ada banyak alasan banyak negara di dunia cenderung tidak ikut campur dalam pusaran konflik Israel dan Palestina. Pertama, negara-negara di dunia memperhitungkan siapa Israel ini," kata pakar Hubungan Internasional itu.

Pertimbangan tersebut merujuk kepada kekuatan persenjataan serta teknologi mutakhir yang dimiliki Israel. Virtuous tidak menampik dukungan Amerika Serikat terhadap Zionis juga menjadi alasan bagi negara lain untuk tidak masuk ke konflik itu.

"Israel dikenal di-backup negara-negara besar khususnya Amerika Serikat dan negara-negara Eropa yang lain," ujar Virtuous yang juga dosen di Program Studi Hubungan Internasional Universitas Andalas itu.

Bahkan, negara di luar Amerika Serikat dan Eropa juga menjalin kerja sama langsung dengan Israel. Sebagai imbalan, negara zionis tersebut menanamkan investasi dalam jumlah besar. Sebagai contoh, sebelum pecahnya konflik Israel dan Palestina yang memakan banyak korban jiwa, Arab Saudi berencana melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Artinya, terdapat kepentingan nasional khususnya bagi negara yang selama ini sudah bekerja sama dengan Israel.

Di satu sisi, Virtuous menilai adanya kerja sama antara beberapa negara di dunia dengan Israel, menjadi semacam sandungan atau menyandera sikap politik negara tersebut terhadap perlakuan Israel kepada rakyat Palestina. "Secara tidak langsung (kerja sama) menyandera sikap dan tindakan mereka kepada Israel, tetapi hal tersebut sah-sah saja dilakukan, namun dunia harus menghentikan kekejaman dan penjajahan yang dilakukan Israel," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler