Anwar Ibrahim Hubungi Pemimpin Hamas Sampaikan Dukungan Tegas Malaysia untuk Palestina

Israel tak kunjung membiarkan konvoi bantuan kemanusiaan memasuki Gaza.

EPA-EFE/JUSTIN LANE
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim telah melakukan percakapan telepon dengan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh.
Rep: Kamran Dikarma Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR – Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim telah melakukan percakapan telepon dengan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh. Pada kesempatan itu, Anwar menyampaikan dukungan tegas Malaysia terhadap Palestina.

Baca Juga


“Saya melakukan percakapan telepon dengan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh kemarin untuk menyatakan dukungan teguh Malaysia terhadap rakyat Palestina,” ungkap Anwar lewat akun X resminya, Selasa (17/10/2023).

Anwar menambahkan, mengingat situasi yang mengerikan di Jalur Gaza, dia sangat menganjurkan penghentian segera pemboman dan pembentukan koridor kemanusiaan di Rafah. “Penting juga bagi Israel untuk meninggalkan komitmen mereka terhadap politik perampasan, segera melakukan gencatan senjata dengan Hamas dan benar-benar mengupayakan resolusi damai untuk mengakhiri konflik yang sedang berlangsung,” ucapnya.

Dia menekankan, sangat penting memprioritaskan kesejahteraan dan keselamatan semua individu yang terkena dampak krisis akibat pertempuran Israel dengan Hamas. “Dalam semangat ini, kami berkomitmen untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan, khususnya dalam bentuk makanan dan obat-obatan untuk meringankan penderitaan mereka yang membutuhkan,” ujar Anwar.

Pada Senin (16/10/2023) lalu, Anwar menyampaikan, Malaysia tidak akan tunduk pada tekanan Barat yang mendesak agar kecaman dilayangkan terhadap Hamas. Dia mengklaim, negara Barat dan Eropa telah berulang kali meminta Malaysia untuk mengecam Hamas.

“Saya katakan bahwa kami, secara kebijakan, memiliki hubungan dengan Hamas dari sebelumnya dan ini akan terus berlanjut. Oleh karena itu kami tidak setuju dengan sikap mereka yang menekan, karena Hamas juga menang di Gaza dengan bebas melalui pemilu dan warga Gaza memilih mereka untuk memimpin,” kata Anwar.

Pertempuran terbaru antara Israel dan kelompok Hamas yang mengontrol Jalur Gaza pecah pada 7 Oktober 2023 lalu. Eskalasi dimulai ketika ratusan anggota Hamas berhasil melakukan infiltrasi ke wilayah Israel yang berbatasan dengan Jalur Gaza.

Infiltrasi dilakukan sesaat setelah Hamas meluncurkan ribuan roket ke wilayah Israel. Ratusan anggota Hamas yang berhasil memasuki wilayah Israel kemudian melakukan serangan ke beberapa kota di dekat perbatasan Gaza.

Anggota Hamas dilaporkan melakukan penyerbuan ke 22 lokasi di Israel, termasuk kota-kota dan komunitas kecil sejauh 24 kilometer dari perbatasan Gaza. Ketika mundur, mereka menahan sejumlah warga untuk dijadikan sandera. Jumlah warga Israel yang disandera dilaporkan antara 100 hingga 150 orang.

Hamas menyebut serangan roket dan infiltrasi ke Israel sebagai Operation Al Aqsa Flood. Mereka mengatakan, operasi itu diluncurkan sebagai respons atas penyerbuan ke Masjid Al-Aqsa dan meningkatnya kekerasan pemukim. Hingga berita ini ditulis, sedikitnya 1.400 warga Israel telah tewas akibat operasi Hamas.

Merespons operasi serangan Hamas, Israel meluncurkan Operation Swords of Iron dan membombardir Jalur Gaza. Target utamanya adalah markas atau situs lainnya yang berkaitan dengan Hamas.

Namun bangunan-bangunan penduduk turut terimbas serangan udara Israel. Hingga berita ini ditulis, jumlah warga Palestina di Jalur Gaza yang meninggal akibat serangan Israel telah melampaui 2.800 jiwa, termasuk di dalamnya 750 anak-anak. 

Menurut PBB, agresi Israel juga telah menyebabkan setidaknya 1 juta warga Jalur Gaza terlantar dan mengungsi. Kehidupan di Gaza kini kian mencemaskan karena Israel tak kunjung membiarkan konvoi bantuan kemanusiaan memasuki wilayah yang diblokade sejak 2007 tersebut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler