Mengenal Iron Beam, Sistem Pertahanan Udara Berbasis Laser Milik Israel Paling Canggih

Israel sangat bergantung pada sistem pertahanan Iron Dome dalam menghadapi Hamas.

Reuters/Amir Cohen
Seorang tentara Israel berjalan di dekat peluncur baterai pencegat rudal Iron Dome yang ditempatkan di kota pesisir selatan Israel, Ashkelon, 16 Januari 2014.
Rep: Kamran Dikarma Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Di tengah berlangsungnya pertempuran antara Israel dan Hamas, beredar sejumlah video di media sosial yang diduga memperlihatkan Israel sedang menguji sistem pertahanan udara baru berbasis laser miliknya.

Baca Juga


Sistem tersebut dikenal dengan nama Iron Beam. Namun, video-video yang beredar belum terverifikasi secara resmi.

Sejak Hamas melancarkan serangan udara pada 7 Oktober 2023 lalu, Israel sangat bergantung pada sistem pertahanan Iron Dome untuk menjaga kota-kotanya agar aman dari hantaman roket. Namun, sistem Iron Dome memerlukan pasokan rudal pencegat yang sangat mahal.

Di tengah kekhawatiran bahwa persediaan rudal akan menipis, kini ada laporan bahwa Israel sedang menguji sistem pertahanan rudal berbasis laser baru.

Yang Perlu Diketahui tentang Iron Beam

1. Iron Beam adalah sistem pertahanan udara senjata berenergi terarah yang diresmikan di Singapore Airshow pada 11 Februari 2014, oleh kontraktor pertahanan Israel, Rafael Advanced Defense Systems

2. Keuntungan utama penggunaan senjata berenergi terarah dibandingkan pencegat rudal konvensional seperti Iron Dome adalah biaya per tembakan yang lebih rendah, jumlah tembakan yang tidak terbatas, biaya operasional yang lebih rendah, dan tenaga kerja yang lebih sedikit.

3. Iron Beam menggunakan laser serat guna menghasilkan sinar laser untuk menghancurkan target di udara.

4. Baterai Iron Beam terdiri dari radar pertahanan udara, unit komando dan kontrol (C2), serta dua sistem HEL (High Energy Laser).

5. Kedua senjata laser tersebut dapat menghasilkan daya 100–150 kW (cukup untuk memberi daya pada 5-8 rumah tangga selama sehari) dalam hitungan detik

6. Sistem ini memiliki jangkauan hingga tujuh kilometer dan dirancang untuk menghancurkan roket jarak pendek, artileri, bom mortir, dan UAV (drone) dalam waktu empat detik setelah sepasang laser serat optik berenergi tinggi melakukan kontak dengan target mereka.

7. Iron Beam merupakan elemen keenam dari sistem pertahanan rudal terintegrasi Israel, selain Arrow 2, Arrow 3, David's Sling, dan Iron Dome.

8. Tidak seperti pencegat rudal konvensional, biaya seluruh proses untuk setiap intersepsi atau pencegatan oleh Iron Beam tergolong murah, yakni sekitar 2.000 dolar AS per tembakan. Sementara sistem pencegat rudal konvensional dapat memakan biaya 100 hingga 150 ribu dolar AS per tembakan.

Masih dikembangkan

Selama hampir 20 tahun, kontraktor pertahanan Israel, Rafael Advanced Defense Systems, telah bekerja sama dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), berusaha mengembangkan senjata High Energy Laser (HEL). Hal ini mengarah pada pengembangan sistem anti-rudal “Magen Or” (Iron Beam).

Demonstrasi purwarupa Iron Beam telah dilakukan Singapore Airshow pada 11 Februari 2014. Sejak saat itu, Israel mengerahkan sumber daya manusia dan keuangan yang besar untuk mewujudkan sistem senjata tersebut.

Penelitian terutama ditujukan untuk meningkatkan kekuatan, jangkauan, dan akurasi laser. Hal itu agar pancaran energi tetap cukup koheren untuk mencapai penetrasi target pada jarak operasional yang diinginkan.

 

 

Sejalan dengan itu, pengembangan telah mencapai kemajuan dalam hal deteksi dan akuisisi target, serta pembangkit listrik mandiri yang efektif untuk laser dan sistem persenjataan. Israel berhasil melakukan uji coba tembakan langsung secara ekstensif terhadap drone, mini-drone, mortir, roket, dan rudal anti-tank dalam penerbangan pada awal tahun 2022.

Sistem Iron Beam secara resmi diluncurkan pada International Defense Exhibition (IDEX 23) di Abu Dhabi, bersama dengan elemen sistem pertahanan udara Iron Dome Israel, yang dirancang untuk ditingkatkan oleh senjata HEL.

Pada Desember 2022 diumumkan bahwa Rafael Israel telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan raksasa kedirgantaraan AS, Lockheed Martin, untuk bersama-sama mengembangkan, menguji, dan memproduksi Iron Beam serta HEL Weapon Systems lainnya di kedua negara tersebut.

Bukan untuk gantikan Iron Dome

Penggantian artileri dan rudal antipesawat dengan teknologi laser masih jauh. Iron Beam disebut tidak pernah dimaksudkan untuk menggantikan Iron Dome atau sistem pertahanan rudal milik Israel lainnya, yakni David’s Sling dan Arrow. Iron Beam akan dimanfaatkan untuk menambah lapisan lain pada kemampuan pertahanan anti-rudal multi-tingkat Israel.

Iron Beam menggunakan laser serat, yang menurut beberapa komentator menggunakan minimal 100 kilowatt, untuk menghasilkan sinar laser terkonsentrasi. Pancaran laser tersebut akan mampu menghancurkan target di udara hingga jarak 7 hingga 10 kilometer. Sistem ini akan bekerja bersama-sama dengan sistem anti-rudal dan pertahanan udara konvensional menggunakan berbagai sistem pengawasan serta dilacak oleh platform kendaraan yang akan memilih platform senjata paling tepat untuk menyerang target.

HEL memang memiliki beberapa keterbatasan, terutama disebabkan oleh cuaca dan kondisi atmosfer. Kondisi ini sangat mempengaruhi kemampuannya dalam beroperasi. Sensor Iron Beam dapat terhambat oleh kabut, hujan, dan awan. Energi laser itu sendiri dapat terganggu oleh hujan, asap, uap air (awan), atau partikel di udara, yang pada akhirnya kehilangan kekuatan dan koherensinya.

Beberapa pakar juga merasa bahwa beberapa detik yang dibutuhkan untuk mengisi daya laser membuat peluncuran sistem lebih lambat dibandingkan dengan peluncuran rudal. Namun hal ini juga berarti bahwa beberapa ledakan dapat ditembakkan sebelum rudal dapat ditempatkan di peluncur.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler