BMKG: 2023 Jadi Tahun Penuh Rekor Temperatur, 3 Bulan Ini Terpanas Sepanjang Sejarah

BMKG sebut 2023 jadi tahun penuh rekor temperatur dan 3 bulan lalu yang terpanas.

www.freepik.com
Suhu panas (ilustrasi). BMKG sebut 2023 jadi tahun penuh rekor temperatur dan 3 bulan lalu yang terpanas.
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, World Meteorological Organization (WMO) mencatat tahun 2023 menjadi tahun dengan penuh rekor temperatur. Di mana, sepanjang Juni-Agustus menjadi tiga bulan terpanas sepanjang sejarah.

Baca Juga


“Di antaranya adalah sepanjang Juni-Agustus menjadi tiga bulan terpanas sepanjang sejarah serta gelombang panas atau heatwave terjadi di banyak tempat secara bersamaan,” ujar Dwikorita dalam keterangannya, Rabu (18/10/2023).

Dwikorita juga menerangkan, BMKG mencatat secara keseluruhan, tahun 2016 merupakan tahun terpanas di Indonesia dengan nilai anomali sebesar 0,8 derajat celcius relatif terhadap periode klimatologi 1981 hingga 2020. Tahun 2020 menempati urutan kedua tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0,7 derajat celcius, dan tahun 2019 berada di peringkat ketiga dengan nilai anomali sebesar 0,6 derajat celcius.

Dwikorita mengungkapkan, kondisi bumi kekinian akibat perubahan iklim cukup mengkhawatirkan. Tidak hanya bencana yang secara intensitas dan durasi semakin bertambah, namun juga krisis air yang juga berimbas pada berbagai sektor kehidupan.

Salah satu yang terdampak...

 

Salah satunya yang terdampak adalah sektor pertanian dimana Food and Agriculture Organization (FAO) memprediksi dunia akan mengalami ancaman krisis pangan pada tahun 2050 mendatang. Belum lama ini, kata dia, India menolak rencana impor beras dari Indonesia karena tengah mengetatkan kebijakan ekspor guna memenuhi kebutuhan domestiknya.

“Situasi ini menggambarkan bahwa negara lain juga berupaya mengamankan stok pangan mereka. Kondisi cuaca dan iklim yang tidak menentu membuat banyak negara yang juga mengalami situasi sulit," ujar dia.

Dia menerangkan, dampak perubahan iklim sudah sangat terasa di Indonesia. Tapi, banyak dari masyarakat Indonesia yang tidak memahami dan mengerti bahwa cuaca ekstrem yang kerap terjadi, kejadian iklim maupun kenaikan suhu udara merupakan dampak perubahan iklim. 

“Kondisi ini membutuhkan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim untuk mengurangi dampak bencana hidrometeorologi dan menurunkan emisi gas rumah kaca,” jelas dia.

Dwikorita menyebutkan, guna memitigasi ancaman krisis pangan BMKG terus melakukan literasi iklim melalui Sekolah Lapang Iklim. Sasarannya adalah petani Indonesia. Di mana mereka diajarkan dan dilatih keterampilannya untuk terampil dalam memahami bagaimana strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di lingkungan wilayahnya, guna memperkuat ketahanan pangan Indonesia.

Dia pun mengajak generasi muda berperan aktif dalam upaya melestarikan lingkungan dan menyelamatkan bumi dari perubahan iklim. Menurut dia, Indonesia butuh ide, pemikiran, sekaligus tindakan nyata yang inovatif dalam aksi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim untuk menciptakan linkungan yang berkelanjutan.

 

"Generasi muda harus terlibat dalam berbagai aksi mitigasi dan perubahan iklim termasuk mencegah laju perubahan iklim itu sendiri untuk menjaga keberlanjutan alam dan menciptakan masa depan yang lebih baik," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler