Gandeng TBEA, PLN Bawa Ilmu dari China untuk Kembangkan Manufaktur Ketenagalistrikan

PLN terus menjalankan skenario transisi energi lewat supergrid dan smartgrid

Dok PLN
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menerima cinderamata dari President Tebian Electric Apparatus (TBEA) Co., Ltd, (TBEA) Huang Hanjie setelah menyaksikan penandatanganan _Memorandum of Understanding_ (MoU) untuk penjajakan kerja sama studi pengembangan bisnis manufaktur kelistrikan dalam rangka mendorong percepatan transisi energi di Indonesia sebagai bagian dari agenda Indonesia-China Business Forum (ICBF) di Beijing, pada Selasa (17/10).
Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- PT PLN (Persero) menggandeng Tebian Electric Apparatus (TBEA) Co., Ltd, China untuk penjajakan kerja sama studi pengembangan bisnis manufaktur kelistrikan dalam rangka mendorong percepatan transisi energi di Indonesia. 


Hal ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) kedua pihak dalam rangkaian agenda Indonesia-China Business Forum (ICBF) di Beijing, pada Selasa (17/10/2023).  

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, seiring program transisi energi yang dijalankan Pemerintah, membuat Indonesia secara bertahap akan beralih ke sumber EBT. Apalagi, PLN terus menjalankan skenario transisi energi dengan menambah porsi pembangkit listrik berbasis EBT menjadi 75 persen dan 25 persen dari gas alam pada 2040 melalui supergrid dan smartgrid.

Untuk mendukung itu, PLN bergerak cepat menjalin kerja sama dengan perusahaan yang terbukti ahli dalam studi pengembangan usaha manufaktur peralatan maupun pembangkit listrik energi terbarukan.

"Kami membangun skenario transisi energi yang ambisius, tetapi kami tidak akan mampu menanggung beban ini sendirian, sehingga perlu melakukan kolaborasi. Kolaborasi kebijakan, kolaborasi teknologi, kolaborasi inovasi, kolaborasi investasi, dan lainnya," ujar Darmawan.

Darmawan menjelaskan, melalui MoU ini kedua belah pihak akan kerja sama dalam penelitian, pengembangan manufaktur peralatan dan infrastruktur kelistrikan hingga pembangkit listrik energi terbarukan, meliputi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), pumped storage hydropower dan pembangkit listrik tenaga hidrogen di Indonesia.

Studi bersama ini juga akan segera disusun untuk mempercepat transfer pengetahuan, bisnis, teknis hingga manajemen risiko dalam pengembangan pembangkit energi terbarukan.

"Proses pengembangan ini termasuk juga untuk meningkatkan kapasitas pegawai PLN tentang pengembangan teknologi dan bisnis energi terbarukan," ujar Darmawan.

Dalam kesempatan itu, delegasi PLN juga meninjau langsung showroom TBEA untuk melihat produk kelistrikan dari perusahaan tersebut seperti teknologi EBT, transformator, switchgear, Gas Insulated Switchgear, High Voltage Direct Current hingga apparatus.

President TBEA Huang Hanjie menjelaskan kerja sama dengan PLN merupakan pengembangan bisnis yang agresif bagi TBEA. Melihat rencana transisi energi yang dilakukan oleh PLN, menjadi peluang bisnis potensial bagi TBEA. Selain itu, TBEA juga tertarik untuk melakukan kerja sama investasi manufaktur peralatan infrastruktur ketenagalistrikan dalam rangka meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di Indonesia.

Sebagai perusahaan transmisi kelas dunia, TBEA menilai salah satu penguat pengembangan EBT adalah jaringan transmisi dan interkoneksi yang kuat dan fleksibel. Indonesia dengan sumber daya alam yang melimpah menjadi salah satu tonggak transisi energi dunia.

"Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi pembangunan yang agresif dan terdepan. Kami melihat kerja sama ini merupakan langkah yang baik untuk masa depan," ujar Huang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler