Kementan Gandeng Asosiasi Kejar Target Produksi 35 Juta Ton Beras

Kementan akan kolaborasi dengan asosiasi untuk tingkatkan hasil pertanian.

Republika/Wihdan Hidayat
Petani merontokkan gabah secara manual saat panen padi IR 64 di kawasan Minggir, Sleman, Yogyakarta, Senin (16/10/2023). Pada musim panen akhir tahun ini membawa kabar baik bagi petani di Yogyakarta. Pasalnya, tingginya harga gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) saat ini di tingkat petani. Untuk harga GKP mencapai Rp 6.700 per kilogram dan untuk harga GKG sebesar Rp 7.700 per kilogram. Sementara untuk HPP gabah GKP sebesar Rp 5 ribu per kilogram dan GKG sebesar Rp 5.100 per kilogram. Harga ini diprediksi masih bisa naik jika musim hujan terlambat dan baru terjadi pada tahun depan.
Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian menggandeng Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) untuk mengejar target produksi 35 juta ton beras pada 2024 dan memperlancar distribusi beras.

Baca Juga


"Pada Rakernas Perpadi ini, kami berterimakasih dapat bertemu dengan para penggiling padi seluruh Indonesia. Kami hadir mendengarkan apa yang bisa kami bantu melayani penggilling padi, termasuk bagaimana saudara-saudara penggiling padi bekerjasama dengan petani,” kata Plt. Menteri Pertanian (Mentan) Arief Prasetyo Adi saat memberikan arahan pada Rapat Kerja Nasional Perpadi 2023 sebagaimana dikutip dari keterangan resmi di Jakarta, Senin (23/10/2023).

Plt. Mentan Arief menyampaikan target produksi beras pada tahun sebesar 35 juta ton meningkatkan dibandingkan tahun 2023 yang hanya 31 juta ton. Penambahan itu disebutnya agar Indonesia tidak lagi perlu mengimpor beras untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.

“Tahun depan saya meminta Dirjen Kementerian Pertanian mempersiapkan padi 35 juta ton setara beras. Ini supaya kita tidak impor lagi beras," ucapnya.

Berdasarkan KSA Badan Pusat Statistik, luas panen padi tahun 2023 diperkirakan 10,20 juta hektar dengan produksi 53,63 juta ton GKG atau setara 30,90 juta ton beras. Sedangkan konsumsi 30,62 juta ton alias surplus 0,28 juta ton beras.

"Cara untuk mewujudkan ini adalah menaikkan produktivitas padi, dari 5,2 ton per hektar menjadi 5,4 atau 5,5 bahkan 5,7 juta ton per hektar," sebutnya.

Arief menuturkan dalam rangka mencapai target produksi beras 35 juta ton tahun 2024, Kementan bersama dinas pertanian seluruh Indonesia harus memastikan berjalan suksesnya Musim Tanam (MT) I 2023/2024 yang berlangsung mulai November 2023 sampai Maret 2024. Karena itu, hal penting yang harus dijamin adalah ketersediaan benih, pupuk, saluran irigasi, penanggulangan hama dan penyuluh pertanian ada bersama petani.

“Yang terpenting untuk mencapai target produksi beras ini dengan membangun ekosistem pangan, yaitu head to head kementerian atau lembaga terkait, men-detail-kan satu per satu teknis ada kementerian teknis, kemudian pasca panennya ada penggiling padi, sehingga kita sama-sama dari on farm dan off farmnya dapat meningkatkan produksi," tuturnya.

Lebih lanjut Kepala Badan Pangan itu mengatakan langkah lain untuk mengejar target produksi beras 35 juta ton tersebut yakni menyiapkan asuransi pertanian bagi petani dan pelaku usaha pertanian, merincikan optimalisasi alat mesin pertanian dan merincikan 26.000 outlet pupuk milik Pupuk Indonesia di seluruh Indonesia agar terisi pupuk bersubsidi dan komersil.

Kemudian, memastikan kesiapan kepala daerah untuk mengeksekusi permasalahan di lapangan dan memberikan penghargaan bagi dinas pertanian provinsi/kabupaten yang sukses menaikkan produksi.

"Kami juga di Kementerian Pertanian menerapkan penanggung jawab wilayah sehingga permasalahan lapangan dan petani dalam budidaya padi cepat tertangani. Oleh karena itu, langkah penting dilakukan juga adalah optimalisasi peran penyuluh," jelasnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler