Israel Masih Larang Bahan Bakar Masuk ke Jalur Gaza
Ttruk yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza dilarang membawa pasokan bahan bakar.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Setelah diblokade total selama dua pekan oleh Israel, konvoi bantuan kemanusiaan akhirnya mulai memasuki Jalur Gaza sejak akhir pekan lalu. Barang-barang esensial yang dibawa dalam konvoi tersebut antara lain makanan, air, dan pasokan medis. Namun bahan bakar, yang juga vital bagi masyarakat Gaza, tak tercakup di dalamnya.
Ketika mengumumkan blokade total pada 9 Oktober 2023 lalu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyatakan tak akan mengizinkan bahan bakar dan gas memasuki Gaza. Dia menambahkan, Israel juga memutus suplai listrik dan air ke wilayah yang telah diblokade sejak 2007 tersebut.
Tak tercakupnya bahan bakar dalam konvoi bantuan kemanusiaan yang memasuki Jalur Gaza segera diperingatkan oleh PBB. Juru Bicara Sekjen PBB Stephane Dujarric mengungkapkan, sebelum pertempuran terbaru antara Israel dan Hamas pecah, jumlah truk yang mengangkut barang-barang kebutuhan masyarakat di Gaza bisa mencapai 450, bahkan lebih.
“Sekarang kita melihat 20 atau 30 truk (yang masuk ke Gaza), dan kami tidak melihat adanya bahan bakar, yang merupakan kekhawatiran besar. Kita tinggal menghitung hari, dan ketika hal itu terjadi, hal tersebut akan sangat menghancurkan, ditambah dengan situasi kemanusiaan yang sudah sangat buruk,” kata Dujarric, Senin (23/10/2023), dikutip Anadolu Agency.
Kendati demikian, Dujarric menolak berkomentar saat ditanya mengapa sejauh ini PBB tidak dapat mengirimkan bahan bakar ke Jalur Gaza. "Saya tidak mau menjelaskan secara detail. Yang bisa saya sampaikan kepada Anda adalah kami ingin mendapatkan bahan bakar. Kami belum bisa mengatasi semua rintangan yang ada untuk mendapatkan bahan bakar itu," ucapnya.
Konvoi bantuan kemanusiaan secara berangsur terus memasuki Jalur Gaza. Konvoi ketiga yang terdiri 20 truk pengangkut bantuan melintasi gerbang penyeberangan Rafah ke Gaza pada Senin lalu.
“20 truk yang membawa bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke Gaza melalui penyeberangan Rafah,” kata Juru Bicara Palestina Wael Abu Mohsen, dikutip laman Middle East Monitor.
Kantor berita Mesir, MENA, mengonfirmasi bahwa konvoi ketiga dari truk pengangkut bantuan memasuki terminal menuju Gaza. MENA mengatakan truk-truk tersebut memuat bahan makanan, air, obat-obatan dan pasokan medis lainnya. “10 truk bantuan lainnya sedang dipersiapkan,” kata MENA.
Konvoi bantuan pertama yang terdiri dari 20 truk memasuki Gaza pada Sabtu (21/10/2023) lalu melalui jalur penyeberangan Rafah. Rombongan truk tersebut membawa bantuan makanan, air, dan medis.
Sementara itu, konvoi bantuan kedua yang terdiri dari 14 truk memasuki Gaza pada Ahad (22/10/2023). PBB mengatakan Jalur Gaza membutuhkan sekitar 100 truk bantuan setiap hari untuk mengatasi meningkatnya kebutuhan kemanusiaan di sana.
Terkait bahan bakar, Komisaris Jenderal Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini mengatakan, stok bahan bakar yang dimiliki lembaganya di Jalur Gaza hanya tersisa untuk tiga hari. Jika Israel belum mengizinkan pasokan bahan bakar memasuki Gaza, situasi kemanusiaan yang sudah parah di wilayah tersebut akan semakin memburuk.
“Dalam tiga hari, UNRWA akan kehabisan bahan bakar, yang sangat penting bagi respons kemanusiaan kami di Jalur Gaza,” kata Lazzarini dalam sebuah pernyataan, dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA, Senin lalu.
“Tanpa bahan bakar, tidak akan ada air, tidak akan ada rumah sakit dan toko roti yang berfungsi. Tanpa bahan bakar, bantuan tidak akan menjangkau banyak warga sipil yang sangat membutuhkan. Tanpa bahan bakar, tidak akan ada bantuan kemanusiaan. Tidak ada bahan bakar yang akan semakin mencekik anak-anak, perempuan dan masyarakat Gaza,” tambah Lazzarini.
Dia mengingatkan, UNRWA adalah aktor kemanusiaan di Jalur Gaza. Lazzarini menekankan, tanpa bahan bakar, UNRWA bakal mengecewakan masyarakat Gaza yang kebutuhannya terus meningkat setiap saat.
Sejak 7 Oktober 2023 lalu, Israel membombardir Gaza dengan serangan udara. Agresi tersebut dilakukan sebagai respons atas serangan dan operasi infiltrasi Hamas ke wilayah Israel. Dalam serangan dan operasi tersebut, setidaknya 1.400 warga Israel telah dilaporkan tewas.
Sementara serangan Israel ke Jalur Gaza yang sudah berlangsung selama 16 hari telah membunuh sedikitnya 5.087 jiwa, termasuk di dalamnya 2.055 anak-anak. Sedangkan korban luka melampaui 15 ribu orang. Serangan Israel juga telah menyebabkan lebih dari 1 juta warga Gaza terlantar dan mengungsi.