Bahan Bakar Menipis, RS di Jalur Gaza Terancam Berhenti Beroperasi dalam 2 Hari
Rumah sakit-rumah sakit di Jalur Gaza terancam tak dapat lagi beroperasi
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Rumah sakit-rumah sakit di Jalur Gaza terancam tak dapat lagi beroperasi jika suplai bahan bakar ke wilayah tersebut tak segera dibuka. Stok bahan bakar untuk kegiatan operasional rumah sakit di Jalur Gaza hanya tersisa untuk dua hari ke depan.
“Kami memiliki waktu kurang dari 48 jam sebelum semua generator listrik di rumah sakit kehabisan bahan bakar,” ujar Juru Bicara Kementerian Kesehatan di Gaza Ashraf Al-Qudra, Selasa (24/10/2023), dikutip Anadolu Agency.
Meski saat ini konvoi bantuan kemanusiaan mulai diizinkan memasuki Jalur Gaza, Al-Qudra menilai, proses tersebut lambat dan tidak dapat mengubah realitas di lapangan. “Sistem layanan kesehatan telah mencapai tahap terburuk dalam sejarahnya,” katanya.
Dia mendesak PBB dan Komite Palang Merah Internasional mendorong agar bahan bakar dapat segera dipasok ke Jalur Gaza. Hal itu guna mencegah fasilitas dan layanan kesehatan di wilayah yang sudah dibekap krisis kemanusiaan berhenti beroperasi.
Setelah diblokade total selama dua pekan oleh Israel, konvoi bantuan kemanusiaan akhirnya mulai memasuki Jalur Gaza sejak akhir pekan lalu. Barang-barang esensial yang dibawa dalam konvoi tersebut, antara lain, makanan, air, dan pasokan medis. Namun, bahan bakar, yang juga vital bagi masyarakat Gaza, tak tercakup di dalamnya.
Ketika mengumumkan blokade total pada 9 Oktober 2023 lalu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyatakan tak akan mengizinkan bahan bakar dan gas memasuki Gaza. Dia menambahkan, Israel juga memutus suplai listrik dan air ke wilayah yang telah diblokade sejak 2007 tersebut.
Tak tercakupnya bahan bakar dalam konvoi bantuan kemanusiaan yang memasuki Jalur Gaza segera diperingatkan oleh PBB. Juru Bicara Sekjen PBB Stephane Dujarric mengungkapkan, sebelum pertempuran terbaru antara Israel dan Hamas pecah, jumlah truk yang mengangkut barang-barang kebutuhan masyarakat di Gaza bisa mencapai 450, bahkan lebih.
“Sekarang kita melihat 20 atau 30 truk (yang masuk ke Gaza), dan kami tidak melihat adanya bahan bakar, yang merupakan kekhawatiran besar. Kita tinggal menghitung hari, dan ketika hal itu terjadi, hal tersebut akan sangat menghancurkan, ditambah dengan situasi kemanusiaan yang sudah sangat buruk,” kata Dujarric, Senin (23/10/2023).
Kendati demikian, Dujarric menolak berkomentar saat ditanya mengapa sejauh ini PBB tidak dapat mengirimkan bahan bakar ke Jalur Gaza. "Saya tidak mau menjelaskan secara detail. Yang bisa saya sampaikan kepada Anda adalah kami ingin mendapatkan bahan bakar. Kami belum bisa mengatasi semua rintangan yang ada untuk mendapatkan bahan bakar itu," ucapnya.
Konvoi bantuan kemanusiaan secara berangsur terus memasuki Jalur Gaza. Konvoi ketiga yang terdiri 20 truk pengangkut bantuan melintasi gerbang penyeberangan Rafah ke Gaza pada Senin lalu. “Dua puluh truk yang membawa bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke Gaza melalui penyeberangan Rafah,” kata Juru Bicara Palestina Wael Abu Mohsen, dikutip laman Middle East Monitor.
Kantor berita Mesir, MENA, mengonfirmasi bahwa konvoi ketiga dari truk pengangkut bantuan memasuki terminal menuju Gaza. MENA mengatakan truk-truk tersebut memuat bahan makanan, air, obat-obatan dan pasokan medis lainnya. “Sepuluh truk bantuan lainnya sedang dipersiapkan,” kata MENA.
Konvoi bantuan pertama yang terdiri dari 20 truk memasuki Gaza pada Sabtu (21/10/2023) lalu melalui jalur penyeberangan Rafah. Rombongan truk tersebut membawa bantuan makanan, air, dan medis. Sementara konvoi bantuan kedua yang terdiri dari 14 truk memasuki Gaza pada Ahad (22/10/2023). PBB mengatakan Jalur Gaza membutuhkan sekitar 100 truk bantuan setiap hari untuk mengatasi meningkatnya kebutuhan kemanusiaan di sana.