Ratu Rania Ikut Mengecam Standar Ganda Pemimpin Barat Terhadap Gaza

Yordania meminta diadakannya pertemuan Majelis Umum PBB soal Gaza.

EPA
Ratu Rania dari Yordania
Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Permaisuri Kerajaan Yordania Ratu Rania ikut menyampaikan pendapatnya mengenai perang antara Israel dan Hamas yang sedang berlangsung di Jalur Gaza. Menurutnya, para pemimpin Barat menerapkan 'standar ganda' karena tidak mengutuk pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap warga sipil Palestina dalam pemboman yang sedang berlangsung di Gaza.

Baca Juga


“Masyarakat di seluruh Timur Tengah, termasuk Yordania, kami terkejut dan kecewa dengan reaksi dunia terhadap bencana yang terjadi. Dalam beberapa minggu terakhir, kami telah melihat standar ganda yang mencolok di dunia,” ujarnya Ratu Rania dalam sebuah wawancara bersama Christiane Amanpour dari CNN yang disiarkan, Rabu (25/10/2023).

Ia menuturkan, ketika kelompok Hamas melakukan serangan mendadak ke Israel pada tanggal 7 Oktober, dunia segera dan dengan tegas mendukung Israel dan haknya untuk membela diri dan mengutuk serangan itu. “Tetapi apa yang kita lihat dalam beberapa minggu terakhir, kita melihat keheningan di dunia,” ucap Ratu Rania.

Israel membalas dengan serangan udara tanpa henti terhadap daerah kantong kecil Palestina yang menurut Kementerian Kesehatan Hamas di Gaza telah menewaskan 6.546 orang, sebagian besar warga sipil dan banyak dari mereka adalah anak-anak. Mereka juga memberlakukan pengepungan total terhadap 2,4 juta penduduk Gaza yang menghadapi bencana krisis kemanusiaan.

"Apakah kita diberitahu bahwa membunuh sebuah keluarga, seluruh keluarga, dengan todongan senjata adalah tindakan yang salah, namun tidak masalah jika kita menembaki mereka sampai mati?" kata Ratu Rania.

Banyak pemerintah negara-negara Barat telah berulang kali dan secara terbuka menyuarakan dukungan mereka terhadap Israel dan mendesak Israel untuk menghormati hukum internasional ketika mereka terus melakukan pemboman dan menyiapkan serangan darat yang dikatakan bertujuan untuk menghancurkan Hamas dan menyelamatkan para sandera.

Sementara itu, ribuan orang melakukan protes di seluruh dunia Arab, termasuk di ibu kota Yordania, Amman, untuk menyatakan dukungan bagi rakyat Gaza.

Sekjen PBB Antonio Guterres pada hari Selasa berbicara tentang “penderitaan besar” di Gaza dan mengatakan telah terjadi “pelanggaran hukum internasional yang jelas” di sana, sebuah pernyataan yang mendapat tanggapan keras dari diplomat tinggi Israel. Israel dan sekutunya sejauh ini menolak seruan gencatan senjata, yang menurut Gedung Putih hanya akan menguntungkan Hamas.

Amerika Serikat pekan lalu memveto rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan 'jeda kemanusiaan' dalam konflik Israel-Hamas, dengan mengatakan bahwa resolusi tersebut tidak mengakui hak Israel untuk membela diri. Pekan lalu, Yordania adalah salah satu dari beberapa negara, termasuk Rusia, yang meminta pertemuan Majelis Umum PBB karena kebuntuan Dewan Keamanan.

sumber : AFP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler