Israel tak Peduli Kondisi Warga Gaza, Serangan tak Kunjung Dihentikan
Rumah yang dihuni anggota Hamas adalah target yang sah meskipun ada warga sipil
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel tidak peduli dengan kondisi warga sipil Gaza yang terkena serangan udara. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan, mereka akan terus melancarkan serangan terhadap fasilitas Hamas, meski di sekitarnya terdapat warga sipil.
Militer mengatakan, rumah-rumah yang dihuni para anggota Hamas adalah target yang sah meskipun warga sipil tinggal di dekat mereka. “Apa yang disebut rumah pribadi bukanlah rumah pribadi,” kata seorang perwira senior angkatan udara Israel kepada wartawan dalam sebuah pengarahan baru-baru ini.
Penyataan ini pun menjelaskan alasan Israel tetap menyerang wilayah selatan Gaza pada saat yang sama mereka meminta warga Gaza di wilayah utara untuk berpindah. Mereka sebelumnya menjanjikan wilayah selatan akan lebih aman ketika militer menyerang Hamas setelah serangan lintas perbatasan pada 7 Oktober.
Namun, pesawat-pesawat tempur Israel terus menyerang lokasi-lokasi di Gaza selatan, menyebarkan ketakutan di antara para pengungsi. IDF terus menyerang sasaran di seluruh wilayah tersebut, membunuh sejumlah warga sipil. Menurut pihak berwenang di Gaza, 6.546 warga Palestina telah terbunuh sejak serangan Israel dimulai pada 7 Oktober.
Warga mengatakan pemboman di wilayah selatan meningkat pada 25 Oktober. Salah satu serangan merobohkan beberapa gedung apartemen di Khan Younis, sekitar 10 km dari perbatasan Mesir.
IDF mengatakan, meskipun pusat kekuatan utama Hamas berada di Kota Gaza, kelompok tersebut tetap berada di kalangan penduduk sipil di seluruh wilayah kantong tersebut. “Di mana pun sasaran Hamas muncul, IDF akan menyerangnya untuk menggagalkan kemampuan teroris kelompok tersebut, sambil mengambil tindakan pencegahan yang layak untuk mengurangi dampak buruk terhadap warga sipil yang tidak terlibat,” kata militer pada Rabu (25/10/2023), mengulangi pernyataan sebelumnya.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) memperkirakan pada 24 Oktober bahwa lebih dari 1,4 juta orang menjadi pengungsi internal (IDP) di Gaza. Penyeberangan perbatasan Gaza dengan Mesir dan Israel ditutup, yang secara efektif menjebak warga di dalam wilayah tersebut.
Banyak negara Barat menyerukan penghentian pertempuran untuk membuka koridor kemanusiaan bagi warga sipil yang terjebak. Negara-negara Arab dan lainnya pun telah menyerukan Israel untuk menghentikan perang. Namun, Amerika Serikat dan Israel menolak gencatan senjata.