Din Syamsuddin: Janganlah yang Tua-Tua Ingin Jadi Presiden, Sindir Prabowo?

Deklarator KAMI Din Syamsuddin mengaku mendukung pasangan Anies-Muhaimin.

Dok PKS
Eks Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Din Syamsuddin bertemu Presiden PKS Ahmad Syaikhu.
Rep: Eva Rianti Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengungkapkan secara gamblang dan mantap bahwa dirinya mendukung pasangan Anies Rasyid Baswedan dan Abdul Muhaimin Iskandar (Amin) sebagai capres-cawapres pada Pemilu 2024. Dia menyebut, kedua sosok tersebut merupakan pemimpin muda yang berintegritas.
 
Din pun menyinggung agar yang sudah berumur tidak perlu lagi maju sebagai pemimpin negara. Hal itu disampaikan oleh Din saat bersama sejumlah pimpinan ormas Islam mengunjungi Kantor DPP PKS, Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Kamis (26/10/2023), usai bertemu Presiden PKS Ahmad Syaikhu.

Baca Juga


"Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar ideal bagi masyarakat Indonesia masa depan. Selain muda, janganlah yang tua-tua ingin jadi presiden," kata Din dalam konferensi pers, Kamis.

Din mengibaratkan dirinya yang saat ini menginjak usia 65 tahun tidak ada keinginan sama sekali untuk menjadi presiden. Pun jika ada yang mengusung ikut kontestasi Pilpres 2024.
 
"Saya ini enggak terlalu tua pun tidak terlalu muda, rasanya enggak mau saya kalau dicalonkan PKS sata akan menolak itu. Apalagi kalau jadi calon wakil presiden, maunya lebih tinggi," ujar Din disambut gelak tawa audiens.
 
Meski begitu, Din tidak menyebutkan capres-cawapres yang dimaksud. Namun, diketahui capres dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto berusia 72 tahun. Lalu, cawapres dari PDIP dan koalisinya Mahfud MD berusia 66 tahun.
 
Din menyebut, pasangan Amin merupakan pemimpin yang juga memiliki visi yang besar ke depan. Sehingga, keduanya bisa membawa Indonesia pada kemajuan.
"Satu ideal, yang kedua visioner. Punya visi tentang Indonesia masa depan dan punya pengetahuan luas tentang masalah-masalah global. Ini jangan main-main buat rakyat Indonesia," tutur Din.

Menurut Din, Indonesia saat ini, berada di pusaran pertumbuhan global dengan pergeseran geopolitik dan geostrategis. Sehingga memerlukan pemimpin yang visioner yang bisa menerjemahkan nilai-nilai dasar kebangsaan yang ada pada Pembukaan UUD 1945, seperti Sukarno.
 
"Trisakti Bung Karno berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, berkepribadian secara budaya, saya yakin bisa diterapkan oleh Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar," ujar deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) tersebut.

Kawal isu identitas Amin...

Din Syamsuddin mengaku tidak sepakat adanya pengidentikkan politik identitas yang dituduhkan kepada pasangan Amin. Din mengaku, sebagai orang yang dekat dengan Anies maupun Muhaimin, bakal mengawal pasangan tersebut agar jangan sampai menerapkan politik identitas menyambut kontestasi Piplres 2024.

“Saya tidak setuju kalau ada yang menuduh ini gejala politik identitas. Walaupun identitas itu melekat dengan orang, semua politisi punya identitas itu sah-sah saja, tapi saya yakin pasangan Amin ini adalah yang berwawasan kebangsaan, InsyaAllah umat berbagai agama lain, suku-suku bangsa Indonesia tidak perlu khawatir," kata Din.

Politik identitas dan politisasi agama diketahui memang kerap dituduhkan pada sosok Anies, terutama saat ia memenangkan Pilkada DKI 2017. Isu itu pun masih belum hilang dalam ingatan publik, terlebih menyongsong Pilpres 2024.

Din kemudian menjamin isu itu tidak akan tumbuh kembali. "Saya sebagai kawan dekat beliau berdua akan ikut jadi pengawal. Kalau sampai tidak pada komitmen kebangsaan inilah alasan mengapa saya dari dulu sudah merapat dan sekarang ini semakin merapat (pada Anies-Muhaimin)," kata Din.

Ketua Ranting Muhammadiyah Pondok Labu tersebut mengaku, telah berpengalaman dalam berbagai organisasi yang mengangkat nilai-nilai pluralisme. Sehingga paham betul ihwal isu politisasi agama ataupun politik identitas.

"Saya termasuk pemrakarsa dialog antaragama, bila perlu juga ya kita sampaikan kepada kawan-kawan ya daripada umat agama lain, demi untuk Indonesia, tidak perlu ada yang mengkritik, apalagi ada yang menggunakan politik identitas, itu hanya cara memiting lawan, enggak usah lah hal-hal seperti itu," kata Din.

Din menekankan bahwa tuduhan politik identitas dengan menyebarkan kebencian tidak hanya merugikan perorangan atau organisasi, tetapi sangat merugikan bangsa Indonesia. Dia berharap, tidak ada lagi pengembangan atas isu tersebut.

“Kepada siapa pun pemimpin bangsa ini, satu tetap tegakkan wawasan kebangsaan berada di atas untuk semua golongan, namun yang kedua tidak ada salahnya bahkan banyak benarnya kalau siapapun yang diberi amanat Indonesia ini jangan mengabaikan nasib umat Islam yang besar jasanya bagi Republik ini," kata Din.

"Oleh karena itu saya berharap dan mendorong Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar berada pada wawasan Islam yang rahmatan lil'alamiin yang diusung PKS, Islam yang watasiyah, saya ini Ketua Poros Dunia Watasiyah Islam, Chairman of Global Fulcrum of Watasiyah Islam," kata Din menegaskan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler