Muhammadiyah: Israel Lakukan Kejahatan Perang tak Berperikemanusiaan
Israel terus lakukan serangan intensif di Jalur Gaza
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Serangan Israel terhadap Jalur Gaza Palesitna telah melanggar nilai-nilai dasar dan hak asasi manusia paling dasar. Israel sama sekali tidak menunjukkan rasa berperikemanusiaan dan tidak tertarik untuk melindungi nyawa warga sipil.
"Tindakan Israel itu sangat tidak berperikemanusiaan. Israel juga telah mengabaikan seruan Dewan Keamanan PBB (Gencatan Senjata)," kata Sekjen Muhammadiyah Abdul Mu'ti kepada Republika.co.id, Ahad (29/10/2023).
Menurut Mu'ti, melihat apa yang dilakukan Israel pada serangan-serangannya kali ini, yang menggempur Gaza tanpa henti, jelas sekali tujuannya adalah untuk genosida atau pembunuhan besar-besaran secara berencana terhadap rakyat Palestina.
Mu'ti menganggap apa yang dilakukan tentara Israel dibawah kepemimpinan Netanyahu adalah sebuah kejahatan perang.
"Melihat apa yang dilakukan sekarang ini, jelas Pemerintah Netanyahu sengaja melakukan genosida terhadap bangsa Palestina. Bahkan, tidak berlebihan apabila (menyebut) Netanyahu telah melakukan kejahatan perang," katat dia menegaskan.
Israel sendiri tidak mengindahkan seruan PBB untuk melakukan gencatan senjata di Gaza. Maka, kata Mu'ti, yang bisa dilakukan adalah menekan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya untuk membujuk Israel agar menghentikan genosida di Palestina.
"Yang bisa dilakukan adalah menekan Pemerintah Amerika Serikat dan sekutunya untuk membujuk Israel agar berhenti melakukan semua bentuk kekerasan di Gaza," kata Mu'ti.
Sejak Jumat (27/10/2023) malam, di tengah pemboman besar-besaran yang tiada henti, Israel memutus total listrik, layanan komunikasi dan internet di jalur Gaza.
Tujuannya sangat jelas untuk memutus komunikasi internasional yang menghubungkan Gaza dengan dunia luar. Sebagaimana disebutkan juga oleh Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, bahwa apa yang dilakukan Israel di jalur Gaza adalah sebuah kejahatan perang.
“Pemadaman listrik yang dilakukan Israel, yang dimaksudkan untuk mencegah semua saluran komunikasi internasional menghubungkan Gaza dengan dunia luar, jelas menunjukkan niat untuk melakukan kejahatan perang. Ini adalah upaya untuk menyembunyikan kebenaran buruk mengenai penghancuran nyawa warga sipil oleh Israel," kata Erdogan.
Baca juga: Alquran Bolehkan Nepotisme dari Kisah Nabi Musa Tunjuk Nabi Harun Asisten? Ini Kata Pakar
Laporan Aljazirah dari jalur Gaza pada Jumat (27/10/2023) malam, menggambarkan kepanikan warga di utara Jalur Gaza. Mereka panik karena semua komunikasi terputus. Israel mengintensifkan serangannya.
"Orang-orang sangat takut, dan mereka sangat panik, tidak bisa berkomunikasi dengan mereka yang kini berada di pengungsian," ujar wartawan Aljazirah, Safwat Kahlout.
"Mereka biasanya saling mengabarkan kondisi satu sama lain saat serangan udara Israel. Mereka sangat khawatir dengan kerabt yang mereka cintai."
Baca juga: Perbedaan Mencolok Antara Miskin dan Kaya dalam Jalani Hisab Amal Kelak di Akhirat
Aljazirah menggambarkan bagaimana orang yang saling bantu satu sama lain, dengan bahu mereka membawa korban ledakan ke rumah sakit. Hal itu dilakukan karena mereka tidak bisa berkomunikasi dengan rumah sakit.
Lebih dari 7.000 warga Palestina dilaporkan meninggal sejak serangan Israel pada 7 Oktober. Korban yang wafat termasuk 2.913 anak kecil.