PM Kanada Diusir dari Masjid Hingga Dicap Berlumuran Darah Palestina

PM Kanada dicap telah berlumuran darah Palestina

Brendan Smialowski/Pool Photo via AP
Perdana Menteri Justin Trudeau terus ditekan oleh warga negaranya sendiri. Ia diusir dari masjid dan dicap berlumuran darah Palestina
Rep: Dwina Agustin Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Perdana Menteri Justin Trudeau terus ditekan oleh warga negaranya sendiri. Dalam beberapa kesempatan, Trudeau dikonfrontasi soal kebijakannya terhadap pembantaian di Jalur Gaza.

Trudeau menghadapi seruan secara langsung saat mengunjungi sebuah Masjid Organisasi Muslim Internasional (IMO) di Etobicoke, Ontario, pada 20 Oktober 2023. Bahkan, ia diusir dari masjid tersebut.

"Kamu sungguh memalukan. Berapa banyak lagi anak-anak Palestina yang perlu dibantai?" terdengar seorang perempuan di antara kerumunan memberi tahu Trudeau di luar masjid.

“Berapa banyak lagi sebelum Anda menyerukan gencatan senjata?” ujarnya.

Pada satu titik, seorang pria terdengar berteriak "Memalukan". Pria lain terdengar bertanya kepada Trudeau, "Apakah Anda mengutuk Israel?" katanya.

Baca Juga




Sementara dalam kejadian terbaru, Trudeau dipepet massa pro Palestina. Mereka menyebut tangan PM Kanada tersebut telah berlumuran darah.

"Kamu memalukan, Justin! Tanganmu berlumuran darah! Bebaskan Palestina!" kata massa yang terus berusaha mendekati Trudeau.


Negara sekutu Israel terus ditekan....

Demonstrasi pro Palestina menyebar di seluruh dunia, bahkan skalanya semakin membesar setiap harinya. Bahkan negara-negara Barat yang menjadi sekutu Israel tak luput dari aksi protes massal. 

Tak hanya Kanada, di PM Inggris, Rishi Sunak pun mendapatkan tekanan dari ratusan ribu pengunjuk rasa. Mereka meminta Sunak agar mendesak diadakannya gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

Pemerintahan Sunak tidak menyerukan gencatan senjata. Inggris hanya menganjurkan jeda untuk kemanusiaan, agar bantuan dapat menjangkau orang-orang di Gaza.

“Negara-negara adidaya yang terlibat saat ini tidak berbuat cukup. Inilah sebabnya kami ada di sini, kami menyerukan gencatan senjata, menyerukan hak-hak Palestina, hak untuk hidup, hak untuk hidup, hak asasi manusia, semua hak kami,” kata pengunjuk rasa Camille Revuelta.

Beberapa kota di Perancis telah melarang unjuk rasa sejak perang dimulai, karena khawatir hal tersebut dapat memicu ketegangan sosial. Bahkan ketika pemerintah Macron melarang protes pro-Palestina di Paris, unjuk rasa kecil tetap berlangsung pada 28 Oktober. Beberapa ratus orang juga melakukan unjuk rasa di kota selatan Marseille.

Hal yang sama juga terjadi di Jerman. Meskipun ada larangan untuk melakukan protes, ribuan orang turun ke jalan di seluruh Jerman, dari Berlin hingga Frankfurt dan Cologne.

Selain itu, tekanan terhadap pemerintah Jerman semakin meningkat untuk mengakhiri tindakan keras yang saat ini dilakukan. Seminggu terakhir ini, 100 seniman, penulis, dan ilmuwan Yahudi yang tinggal di Jerman menandatangani surat terbuka yang menyerukan perdamaian dan kebebasan berekspresi.

Sedangkan di AS yang merupakan negara sekutu dekat Israel, Biden pun mendapatkan desakan kuat. Ratusan aktivis Yahudi Amerika liberal melakukan aksi duduk di kantor Partai Demokrat di Capitol Hill untuk menuntut gencatan senjata dalam meningkatnya perang antara Israel dan Hamas.

Menurut laporan The Guardian, banyak tokoh progresif yang marah, menuduh Biden semakin memungkinkan terjadinya kekerasan terhadap warga Palestina. Mereka memperkirakan Biden akan menanggung akibat buruk dalam pemilu tahun depan dengan para pemilih Muslim dan Arab-Amerika yang telah muncul sebagai konstituen Demokrat yang penting dalam pemilu baru-baru ini.




BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler